"Hosh, kau diman-a."Suaramu melemah tatkala kekasihmu, Hoshi dipeluk seseorang perempuan. Bahkan laki-laki tersebut diam saja tak melakukan apapun.
Peganganmu pada kantong plastik yang kamu bawa mengendur namun tidak terjatuh karena kamu masih memegangnya.
Kamu terdiam. Masih mencerna apa yang baru saja terlihat dari matamu sendiri. Sudut matamu memang sudah berair tapi nyatanya air mata itu tak kunjung keluar dari pelupuk matamu.
"Lama tak bertemu denganmu, Kwon Hoshi. Kau semakin tampan saja."
Hoshi masih tak berkutik. Namun ia tiba-tiba tersadar dengan dirimu dan langsung menoleh ke arah kanan, yaitu tepat kepadamu.
Kamu mencoba menoleh ke arah lain, berpura-pura dan kemudian berharap jika Hoshi tak mengetahui bahwa kamu telah melihatnya. Sakit memang.
"Aku sudah selesai," ucapmu selembut mungkin.
Tapi sayang, suaramu terdengar sedikit bergetar.
Kamu berjalan lebih dahulu daripada Hoshi yang mengekorimu dari belakang. Ia tahu bahwa kamu melihatnya, ia tahu bahwa kamu berusaha menahan amarahmu, ia bahkan tahu bahwa setelah pulang dari sana, ia tidak akan bisa menjelaskan kesalahpahaman itu langsung. Jika masalah seperti ini, butuh waktu 1 hari untuk membuatmu tetap tenang.
Bahkan disepanjang perjalanan pulangpun tak ada suara yang terdengar di dalam mobil tersebut. Semua seakan kosong dan membisu.
"Terima kasih."
Kamu berlalu meninggalkan Hoshi dan masuk ke dalam rumah tanpa menatap dirinya yang semakin dilanda rasa bersalah.
-
Sudah 4 hari sejak kejadian tersebut dan kamu bahkan masih memikirkan hal tersebut. Hoshi sudah mencoba menghubungimu terus-menerus namun kamu menolaknya. Ketika ia ke rumahmu pun, kamu berpura-pura tidur hingga akhirnya Hoshi kembali lagi pulang.
Jam 9 dan kamu masih bersama dengan teman-temanmu sebagai pelipur lara dalam permasalahanmu kali ini. Kamu tengah mendengarkan salah satu temanmu yang asyik berceloteh ria dan membuatmu ikut tertawa dengan sedikit lelucon yang ia buat.
Namun itu tak berlangsung lama ketika Hoshi datang dengan wajah kesalnya. Suasana yang awalnya ramai, kini berubah menjadi sepi seakan ada hal yang sudah tidak ada yang dibicarakan lagi.
"Kau tak ingin pulang?" tanyanya dengan nada kesal.
"Aku masih ingin disini."
"Tapi, kau harus pulang. Ini sudah larut."
Sayangnya tak ada respon darimu. Hoshi mencoba menghela napasnya, sekedar untuk meredam amarah.
"Bolehkah aku membawa kekasihku ini?"
Salah satu temanmu mengangguk dan kamu tak percaya dengan apa yang baru saja temanmu itu lakukan. Pasalnya dia sudah berjanji akan melarangmu ketika tiba-tiba saja Hoshi datang dan menjemputmu.
"Tapi aku masih ingin disini. Aku bisa-"
"Pulang."
Nada bicaranya berubah. Terkesan lebih dingin daripada perasaan kesalnya. Kamu tahu, Hoshi akan benar-benar marah dan entah kenapa kamu menjadi takut.
Disinilah kamu sekarang. Berada di dalam mobil Hoshi yang terasa sama saja seperti 4 hari yang lalu.
Tiba-tiba, Hoshi meminggirkan mobilnya dan itu membuatmu dahimu sedikit mengerut.
"Apa yang kau lakukan?" tanyamu dengan tatapan lurus ke depan.
"Coba katakan padaku. Ada apa denganmu? Apa kau mencoba untuk membunuhku secara perlahan dengan menjauhiku selama empat hari ini?"
Kamu tak menjawabnya dan berusaha tetap tenang padahal hatimu bingin memeluknya karena rasa rindu yang terlalu dalam.
"Maafkan aku. Aku seharusnya tak mempersilahkan dia untuk memelukku, tapi ini diluar kehendakku ketika ternyata dia melalukannya secara tiba-tiba, dan setelah itu aku bahkan tidak langsung menjelaskan padamu."
Dan lagi, kamu terdiam.
"Maafkan aku, Y/N."
Tak ada respon.
"Sungguh aku benar-benar gila. Kamu menjauhiku tanpa mendengar penjelasanku terlebih dahulu. Apa kau sudah tak mencintaiku lagi?"
Pertahananmu pecah. Kamu menitihkan air mata.
"Maafkan aku. Seharusnya aku yang mengatakan itu. Aku tak tahu kenapa aku seperti ini, tapi kau tahu? Jujur saja itu sangat menyakitkan. Bahkan aku tak sanggup untuk tidak menangis di depanmu karena dia telah memelukmu," entah sejak kapan kamu menghadap dirinya.
"Aku memang cerewet, menyebalkan, pecemburu, cengeng, tidak bisa diandalkan, egois. Dari awal aku tahu, sifatku memang membuatmu tak nyaman. Pantas saja banyak orang yang berusaha mendapatkan hatimu. Seharus-pffh,"
Perkataanmu terhenti saat Hoshi mencium bibirmu. Awalnya hanya menempel, tapi tak selang beberapa lama ia mulai menggerakan bibirnya. Kamu menarik lehernya, sementara Hoshi mengikis jarak antara kalian berdua.
Kamu merindukannya, tatapannya, senyumnya, perhatiannya.
Bahkan bibirnya.
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua murni dari kesalahanku jadi kau tak perlu minta maaf padaku," ucapnya saat menempelkan dahinya pada dahimu.
"Tapi tetap saja, aku minta maaf karena bersifat seperti ini."
Hoshi tersenyum dan kembali mendekatkan wajahnya hingga hidungnya menyentuh hidung mungilmu. Tatapannya yang kamu rindukan mengunci seluruh isi hatimu.
"Jadi, bagaimana jika kita mempercepat proses pertunangan kita?"
Pipimu merona dengan sempurna. Jika masalah seperti ini, Hoshi pandai membuatmu tersipu malu.
"As your wish."
Kalian tersenyum dengan posisi yang sama. Entahlah, bahkan sekarang ini kamu tidak peduli dengan dunia luar selain laki-laki dihadapanmu itu.
Namun, Hoshi mengatakan sesuatu dan hal tersebut membuatmu kembali merona.
"Kau beranggapan bahwa banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan hatiku. Tapi, bagaimana jika hatiku tetap menginginkanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
imagine
Fanfictionㅡstory about SEVENTEEN x YOU #1 - scoups, seungkwan, the8; 190406 #1 - jeonghan, jun, seungkwan, vernon; 190813 2k17, pea-chu.