Flashback on
Hari ini tepat hari jadiku yang kedua bulan sama Deni. Aku sangat menyayangi dan mencintai, dan ku rasa Deni begitu sebaliknya. Tapi sudah seminggu belakangan ini sikap Deni berubah, Deni agak sedikit kasar, tapi aku tidak pernah menceritakan sikap Deni ke Kak Putra. Aku mencoba memaklumi deni, mungkin Deni udah mulai bosen sama aku, yaa inilah pasang surut dalam pacaran tidak selalu manis seperti awal pertemuan.
Hari ini Deni mengajak ku kerumahnya, awalnya aku menolak karena Deni tinggal sendiri, Mama dan Papanya jarang pulang kerumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan memilih tinggal di sebuah apartement yang dekat dengan kantor mereka.
"Dekk, ada Deni tuh diluar"
"Iya Kak bentar" aku pun segera mengambil tas dan segera menghampiri Deni.
"Kamu mau kemana emangnya dek?"
"Ahh aku mau kerumah Deni kak"
"Yaudah hati-hati ya jangan pulang malem-malem ngga enak diliat tetangga nya Deni"
"Iya kak"
Deni sangat kelihatan begitu berantakan dan aku dapat mencium aroma alkohol di helaan napasnya. Di dalam mobil aku mengeratkan pelukan tasku.
Sesampainya di rumah Deni, aku hanya duduk di kursi yang berada diteras rumahnya karena aku tidak berani masuk kedalam, aku tidak mau terjadi kesalahpahaman karena aku berkunjung ke rumah cowok dan saat malam pula.
"Sini sayang masuk ke dalam, temenin aku"
Kini suara Deni berubah seperti menggoda ku, sekujur tubuhku membeku, rasanya ingin aku menelfon Kak Putra dan menjemputku di rumah Deni sekarang juga. Sungguh aku sangat takut sekali.\
Lalu tiba-tiba Deni menarik tangan ku dan memaksaku berjalan masuk ke kamarnya. Aku mencoba mendorong tubuhnya namun tenaga ku tak cukup kuat. Dia mencium bibirku dengan kasar dan aku memukul dadanya, setelah itu pipiku ditampar oleh tangan nya yang kekar.
"Apa yang mau kamu lakukan Den, lepasin aku. Aku mau pulang" aku semakin memukul dada bidang Deni, Aku dan Deni pada saat itu baru menjadi siswa kelas IX tapi ukuran tubuh Deni tidaklah seperti badan laki-laki seusianya. Tubuh Deni sangat atletis karena dia pemain basket di SMP ku.
"Aku ngga akan lepasin kamu sayang, aku sudah cukup sabar menunggu ini semua, aku sudah tidak sabar ingin mencicipi seluruh bagian tubuhmu,"
"Kamu ngga mungkin ngelakuin ini ke aku Den, kamu bilang kamu sayang sama aku Den, aku mohon lepasin" Deni makin lihai memainkan tangan nya di punggungku, aku semakin bergidik ngeri dan meronta-ronta di pelukannya.
"Siapa yang bilang aku ngga mungkin ngelakuin ini ke kamu? Siapaa?!!!" Deni pun menghentikan aksi tangan nya dan aku sedikit lega
"Den kamu mabuk, kamu ngga sadar apa yang kamu lakuin" aku sedikit menggeser posisiku sambil mencari letak ponselku.
"Aku ngga mabuk sayang, aku sadar bahkan sangat-sangat sadar" Deni semakin menindih tubuhku. Dan membuka baju ku dengan sekali sentakan, dan aku semakin mencari letak ponsel ku dan.....Haaaap akhirnya aku menemukan ponselku dan segera menelepon kontak yang ada di panggilan keluar, aku juga tidak tahu siapa yang aku telpon barusan.
"Toooolonggg siapapun yang mengangkat telepon aku toloooong aku" Deni pun langsung melempar ponselku hingga mati.
Putra POV
Aku merasa khawatir sama Anna, sedari tadi aku memegang handphoneku taku ada panggilan dari Ayah ataupun Anna.
Aku mendengar deringan ponselku berbunyi dan saat aku melihat di layar ponselku ternyata Anna yang menelpon buru-buru aku menjawabnya dan suara napas Anna tidak karuan. Jantungku berdebar.
"Toooolonggg siapapun yang mengangkat telepon aku toloooong aku"
"Haaalo Ann, ada apaaa? Kamu dimaaana?!!!" dan detik berikutnya sambungan telpon pun terputus saat aku mencoba menelpon kembali ponsel Anna sudah tidak aktif. Dan aku teringat bahwa Anna bilang kalau dia kerumah nya Deni. Aku berlari mengambil kunci mobil dan melajukan mobil ku dengan kecepatan di atas rata-rata.
Sesampainya di rumah deni aku segera mencari keberadaan Anna dan saat aku berdiri di sebuah kamar aku mendengar ada teriakan didalamnya, aku segera mendobrak pintu kamar itu.
Braaaaaak
Aku terkejut melihat pemandangan di depan mataku, aku pun menarik rambut Deni dan meninju wajah nya. Aku sungguh kalap malam itu ingin rasanya aku segera membunuh Deni tapi saat aku melihat wajah Anna, aku menghentikan aksi ku dan mendekat ke arah Anna dan langsung memeluknya. Kugendong tubuh nya keluar dari kamar Deni, dan ku bawa dia kerumah sakit.
Setelah kejadian itu selama 1 minggu Anna tidak mau keluar kamar, dokter yang menangani Anna bilang bahwa Anna mengalami syok batin. Aku semakin tidak tega melihat keadaan nya. Dan dari itu lah aku semakin ketat menjaga Anna, Anna tidak boleh berpergian sendiri, karena aku tidak mau kejadian kelam itu terjadi kepada Anna
Flashback Off
Haaaiiiiii jangan lupa VOMENT nyaaa yaaaaa:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Cotton Candy
ChickLitAnna Mutiara Rilliani, gadis berumur 16 tahun yang sangat menyukai cotton candy. Cerita ini bermula pada saat Anna baru menjadi siswa di SMA Abdi Wacana. btw cover nya by @2miracle7 , Makasih yaa kak:)))