BAB VIII - MALAIKAT DAN GADIS

320 50 23
                                    

〘Apakah ini yang disebut kisah romansa klise? Di mana tokoh wanita tiba-tiba jatuh dari gedung 7 tingkat dan tokoh pria berlari pontang-panting untuk menangkapnya?〙

Bukannya itu lebih mirip kisah horor daripada romantis?! Lagi pula, apa yang akan terjadi jika si tokoh pria menangkap seseorang dari ketinggian seperti itu!

〔Aku rasa, akan muncul tulisan 'The End'

Sudah main selesai saja?!

{Yah, sebenarnya kau bisa saja mengembangkan idenya lagi. Seperti si tokoh pria tidak bisa menangkap tokoh wanita. Karena merasa takut mubazir, si tokoh pria memakan jasad si wanita dan...}

Kita sedang membicarakan romansa! Kenapa kau malah membuatnya menjadi sebuah gore? Itu kanibalisme! Apa kau dari awal sudah berpikir untuk menghubungkan cerita ini dengan makanan?

[Kalau begitu, bagaimana bila si wanita adalah seorang mahou shoujo dan bisa terbang ketika...]

Diam, kau iblis otaku!

《Daripada kau ribut-ribut seperti ini, kenapa kau tidak praktek saja.》

Kau kira situasi seperti itu bisa dicari dengan mudah?

《Yah, memang, kalau dicari akan sangat sulit. Tapi, bagaimana kalau memang kau sudah masuk situasi ini sedari tadi?》

Huh?

(Coba lihat ke atas.)

Malam ini angin dingin bertiup kencang, tapi ternyata masih ada juga orang yang berani memakai pakaian katun seperti itu. Seorang gadis tampak tengah berdiri di ujung bangunan 7 tingkat. Rok dan seragam SMA-nya berkibar diterpa angin, memperlihatkan sosoknya yang sudah seperti bendera.

Belum satu detik, gadis itu sudah melangkah maju dan terjun bebas dari gedung.

{Wuihhh! Jeronimum!}

Apanya yang jeronimum?!

***

Beberapa jam sebelumnya.

"Uah... ngantuk! Ngantuk!"

"Ada apa, Kakak? Tidak biasanya."

"Yah, ada sedikit hal yang harus aku kerjakan. Tunggu sebentar." Aku berhenti dan menghampiri mesin penjual minuman di samping trotoar. "Hafya, kau mau minum apa? Biar aku belikan."

"Huh? Kalau begitu, samakan saja dengan Kakak."

"Kau yakin? Aku mau beli kopi, lho."

"Aku rasa tak apa-apa mencoba sesekali."

"Oke kalau begitu."

Aku memasukan sejumlah uang dan menekan tombol untuk membeli kopi favoritku. Yang paling pahit di antara yang pahit.

"Ini."

"Terima kasih, Kak."

"..."

"Apa ini? Benar-benar pahit!"

"Sudah aku bilang, kan?"

"Apa yang Kakak suka dari kopi ini?"

"Tidak ada. Sebenarnya, aku juga tidak suka kopi ini."

"Kalau begitu, kenapa diminum?"

"Yah, yang pertama karena efek kafeinnya. Dan mungkin, yang kedua, karena pahitnya hidup bisa ditimpa oleh pahitnya kopi. Ini mungkin terdengar aneh, tapi sudah lama aku terbiasa menganggap cairan pahit ini sebagai obat."

Seven Deadly Fools (Jilid 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang