He Came

1K 61 4
                                    

Immarginny Valerie's POV

"Huh" Aku menyandarkan punggungku pada bangku. Entah mengapa, hari ini begitu melelahkan bagiku. Dari mulai jam pelajaran olahraga hingga matematika.

Untung saja, pelajaran matematika sudah dihentikan oleh bel yang bertanda waktunya pulang. Aku membuang nafas lega.

"Gin, mau kah kamu menemaniku ke toko buku?" Tanya Airin menghampiriku.

"Kau tidak mengajakku? Hm" Sela Aurel yang berada di sebelahku.

"Ayo saja kalau kau mau ikut!"

"Tapi sayangnya, aku tidak bisa pergi hari ini" Keluh Aurel.

"Kalau begitu, kenapa kau minta diajak" Aku memandangnya heran.

Aurel pun bergegas pulang bersama anak yang lainnya, kini hanya ada aku dan Airin serta beberapa anak yang sedang piket dikelas.

"Haruskah hari ini? Aku lelah sekali" Aku ikutan mengeluh seperti Aurel.

"Ayolahh, Aku harus beli chapter baru dari komik Attack On Tittan!"

Aku tidak mengerti lagi, kenapa aku punya teman manja seperti ini. Tapi tidak apalah, ia sudah sangat baik membantuku dalam segala hal, jadi aku juga harus membantunya.

"Ah baiklah, tapi hanya beli buku itu dan langsung pulang" Aku mengajukan persyaratan, dan ditanggapi sebuah anggukan oleh Airin.

Aku meninggalkan Airin ke halaman kelas, aku berniat menunggu diluar kelas sementara Airin masih merapihkan buku - buku yang sering ia tinggal di sekolah.

Baru saja keluar beberapa langkah dari kelas, aku mendapati pak Albert sedang memandangiku.

Aku terdiam. Kemudian ia menaikkan sebelah alisnya. Awalnya aku tidak mengerti, tapi setelah melihat anak yang lewat bersalaman dengannya, aku jadi mengerti.

Bodoh sekali aku, biasanya aku langsung bersalaman jika bertemu guru, tapi kenapa hanya dengannya rasa sopan santunku menghilang.

"Ginny, Let's go!"

Pandanganku masih betah menatap pak Albert. Tapi, pendengaranku masih berfungsi untuk mendengar teriakkan Airin.

"Eh ada pak Albert, yah bapak jangan ajak pergi Ginny dulu ya ya ya, saya mau pergi dengannya"

Aku merasa jijik mendengar nada bicara Airin yang memelas seperti itu, tapi justru itu mencuri perhatian pak Albert.

"Kalau begitu, saya juga ikut pergi dengan kalian." Ia membuat keputusan sepihak.

"Enak saja kamu Lif, mana bisa kalian pergi tanpaku" Tiba - tiba saja Pak Erik muncul dan merangkul pak Albert.

Aku semakin pusing dengan keadaan disini. Di satu sisi, aku memang senang pak Albert ingin pergi bersamaku. Tapi karena aku sedang lelah, jadi moodku sedang tidak bagus.

"Kalau begitu, kau pergi saja bersama mereka" Aku menepuk pundak Airin.

"Ah tidak, kau harus ikut" Airin memaksaku.

"Aku lelah sekali rin, kau butuh apalagi memangnya? Kau bisa pergi naik motor dengan pak Erik sementara kalau kau pergi bersamaku. Kita berjalan kaki"

"Airin naik motor dengan pak Erik. Dan kamu naik mobil dengan saya, biar kamu gak cape"

Lagi - lagi, ia mencoba meluluhkan hatiku. Apakah aku harus menerima ajakannya dengan segampang itu, atau aku sok jual mahal saja dengannya.

Setelah memandang ketiga orang dihadapanku kini yang sedang menunggu keputusanku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut.

Immarginny Valerie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang