The Conjuring

994 63 9
                                    

Kini aku dan mas Rian sudah tiba di rumah. Masih dengan rasa penasaranku mengapa ia bisa mengenali pak Albert dan sebaliknya.

"Mas utang penjelasan sama aku" Ujarku ketika kami menyamankan diri di sofa.

"Kan kamu tau sendiri, Alif itu mahasiswa kesayangan papa. Dia bahkan sempat menjadi asisten papa di kampus. Nah terus, mas Rian itu pas SMA sering ke kampus papa karena mas Rian udah berencana mau ngelanjutin kuliah di situ. Ya, karena mas Rian sering main ke sana dan kebetulan Alif lagi jadi asistennya papa. Kita main bareng deh"

"Main apa contohnya?" Tanyaku.

"Hm.. Main futsal di kampus kadang - kadang. Tapi gak main terus kok, kadang kita suka bertukar pikiran tentang pelajaran, dan hebatnya, Alif itu tau segala hal pengetahuan umum. Gak salah deh dulu jadi idola satu kampus"

Idola satu kampus, idola satu sekolah, belom aja jadi idola para ibu - ibu. Bukan artis aja udah jadi idola, gimana kalau jadi artis? Idola cilik lewat kali ah.

"Mas, kan mas Rian keliatan deket gitu sama pak Albert. Aku boleh tanya sesuatu gak?"

Mas Rian tampak kebingungan sebelum mengangguk ragu.

"Tapi mas Rian harus jawab jujur loh! Soalnya aku selalu menanyakan ini ke pak Albert tapi malah terus diabaikan"

Sekali lagi ia mengangguk sambil mengangkat kedua alisnya.

"Pak Albert itu punya kemampuan gitu gak sih?" Tanyaku penuh kepolosan.

"Hahaha. Kemampuan apa sih? Tebar pesona? Itu mah udah pasti"

"Ih bukan, bukan. Pak Albert bisa baca pikiran orang?" Pertanyaanku menghentikan tawa mas Rian.

"Ah? Baru kali ini ada yang menanyakan tentang Alif seperti ini sama mas Rian"

"Maksudnya?"

"Eish, kamu gak tau aja, mas Rian ini menjadi informan yang baik kalau ada cewe yang pengen ngedeketin Alif, sebut aja batu loncatan gitu. Tapi baru kali ini mas Rian denger pertanyaan kaya gini" Mas Rian menatapku.

"Jadi gini, Alif waktu itu pernah cerita sama mas Rian, dia itu orang yang terlalu peka sama gestur badan seseorang. Misalkan kamu bohong sama dia, dia pasti tau karena gestur badan kamu yang nunjukkin ke dia" Lanjutnya.

"Iya apa? Jadi dia gak bisa baca pikiran sama sekali?" Tanyaku sedikit terkejut.

"Ya engga-lah, kalau dia ngomong yang sesuai sama pikiran kamu berarti hanya kebetulan aja atau dia asal ngomong trus bener" Jelas mas Rian.

Jadi selama ini, aku ketipu sama dia?. Tapi kan tidak hanya sekali dua kali dia bisa membaca pikiranku. 

Apa orang yang bisa membaca gestur tubuh itu lebih menyeramkan daripada orang yang bisa membaca pikiran? Ah sudahlah.

Setelah cukup mendapat info tentang pak Albert dari mas Rian, aku pun segera ke kamar untuk beristirahat dan tertidur, aku rasa hari ini tidak ada les dengan pak Albert, karena papa mengajak keluarga kecilnya makan malam bersama.

***

D-1 Hari Lomba  

Aku masih berkutat dengan hafalan yang diberikan pak Albert agar besok lombaku berjalan lancar. Begitu pula dengan Airin, jika ada waktu kosong saja langsung dimanfaatkan olehnya untuk menghafal.

Entahlah, rasanya aku kali ini benar - benar niat untuk berkompetisi, aku masa bodo dengan yang mau menikah. 

Ini pertarunganku dengan membawa nama kelas, kalau konsentrasiku hilang cuma karena se-onggok manusia tidak penting itu, semuanya sia - sia.

Immarginny Valerie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang