Albert's Attack

1.1K 58 7
                                    

ALUR DIPERCEPAT+SHORT UPDATE

"Saya mencarimu" Rintihnya.

Apa ia mengkhawatirkanku?

"Ada apa pak?" Tanyaku seperti tidak terjadi sesuatu.

Ia terdiam sembari mengatur nafasnya. Aku melihatnya sangat kasihan, ingin sekali aku memberinya segelas air namun rasanya seperti berlebihan, hm.

"Saya ada pelajaran matematika sekarang. Kalau bapak mau bicara, gimana kalau sambil jalan aja?" Pintaku yang ia jawab dengan anggukan.

Kami pun berjalan menuju kelasku, dengan sangat perlahan. Aku menikmati setiap langkahku berdampingan dengan langkahnya.

"Saya mendengar semua isu yang beredar. Tapi kenapa kamu tampak seperti biasa - biasa saja." Ucapnya yang ku balas dengan senyuman.

"Memangnya saya kenapa? Saya merasa tidak punya masalah" Jawabku enteng.

"Haha, kau benar" Ia tersenyum. Bahkan, tertawa.

Aku menatapnya yang membuat ia canggung. Mungkin ia heran kenapa aku begitu menatapnya lekat.

"Tetapi, tatapanmu seperti ingin meminta pertanggung jawaban" Katanya membuatku tersenyum tipis.

"Saya kangen ketawa bapak" Ujarku kemudian melepas pandanganku darinya. Bodoh. Mengapa aku bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudah, ish.

"Pak, saya boleh minta sesuatu?"

"Tentu."

"Izinin saya untuk masuk ke kelas, karena guru matematika saya galak" pintaku ketika kami sudah di depan pintu kelasku.

Ia memberhentikan langkahnya mengikutiku. Kemudian ia membungkukan sedikit badannya untuk berhadapan denganku. Ia tersenyum manis, sungguh manis.

"Hmm, kalau begitu izinin saya masuk ke hati kamu, karena kamu sangat cantik. Deal?"

Aku tercengang dengan perkataannya. Aku menahan senyuman yang sudah meronta - ronta ingin dipamerkan. Pipiku memanas dan kurasa mulai memerah.

"Saya janji akan membersihkan namamu dan selalu menjaga kamu" Ia kembali menegakkan badannya dan aku buru - buru membuka pintu kelas.

"Saya izin sendiri aja pak"

Dengan jantung yang masih berdebar - debar, aku membuka pintu kelas. Aku takut kalau ia akan berbicara macam - macam kepada guru matematikaku dan teman sekelasku nanti. Begitu aku masuk, aku melihat Airin sudah duduk rapih dibangkunya.

Alifar Bernando's POV

Aku tidak menyangka kalau reaksi yang ia berikan dengan apa yang ku ekspetasikan sangat berbeda.

Aku pikir, ia akan sedih berminggu - minggu karena fitnah yang terjadi di sekolah ini, namun justru ini sebaliknya dan sedikit membuatku lega.

Tapi tentu saja, aku tidak mungkin akan berdiam diri. Firasatku sudah tertuju pada seseorang yang menjadi dalang dibalik semua drama konyol ini.

"Fiska. Kamu pulang bareng aku aja" Ucapku, ketika kami berpapasan saat bergegas pulang.

Ia sempat menoleh dan menghentikan langkahnya kemudian ia menganggukan kepalanya dengan setengah ragu.

Aku tidak melakukan ini karena rindu dengannya, aku tidak melakukan ini untuk memperbaiki hubungan kami, hanya saja aku ingin mengklarifikasi sesuatu hal.

Kami berhenti di sebuah kafe favorit kami dulu. Dulu. Masih di meja di mana kami dulu sering bermesraan, mungkin Fiska akan mengingat kembali itu, tetapi aku tidak ingin mengingatnya.

Immarginny Valerie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang