Unbelievable

1.1K 63 12
                                    

WARNING : ALUR DI PERCEPAT.

Ini pertama kalinya bagiku ke sebuah pesta pernikahan tanpa mama dan papa. Bahkan sekarang aku tidak menyangka bahwa pak Albert yang akan menjadi pasanganku malam ini.

Tidak. Tidak. Aku tidak bisa menahan jantungku lagi yang terus - terusan berdegup kencang.

Jujur saja, aku minim pengetahuan fashion dan make up. Aku terus mencoba - coba dress dan beberapa kemeja lainnya yang cocok denganku sambil bercermin.

Aku tahu ini masih pagi dan acaranya malam nanti, tapi apa salahnya kalau aku bersiap dari sekarang. Lagian, sudah terlanjur tidak sabar berjalan berdampingan dengan pak Albert.

Hari semakin sore, jam dinding yang menempel di tembok kamarku sudah menunjukkan pukul 15.00. Artinya, tidak lama lagi pak Albert akan tiba di rumahku.

Dan ia tidak perlu menunggu lama, karena aku sudah rapih sejak tadi.

"Val? Astaga!" Aku menoleh ke arah pintu yang sudah tertutup kembali. Aku yakin sekali itu mas Rian, tapi kenapa ia bereaksi seperti itu.

Aku membuka pintu dan benar saja, mas Rian berada tepat di depan kamarku. "Ada apa mas?" Tanyaku.

Mas Rian memandangiku dari ujung kaki hingga kepala, pasti ia terkejut dengan penampilanku sekarang.

"Yang benar saja kamu ke pesta pernikahan orang terhormat dengan pakaian seperti ini?!" Ucapnya sambil menunjuk - nunjuk kemejaku.

"Loh, dari dulu kan memang seperti ini gayaku. Kemeja batik, celana jeans. Dan memang cuma gaya yang ini yang cocok denganku" Bantahku.

"Satu lagi, kau lebih terlihat seperti kuntilanak dengan bedakmu seperti itu. Ikut mas!" Tanpa aba - aba mas Rian menarik tanganku menuju kamar mama.

"Ma, beginikah pakaian seseorang apabila diundang ke sebuah pesta megah?" Mas Rian belum melepaskan genggamanku. Bahkan mama sampai berhenti membaca majalahnya untuk sekedar menatapku.

Mama menggeleng pelan, aku hanya bisa menunduk. Kemudian, mama menarik lembut tanganku untuk duduk di kursi meja rias milik mama.

Sepuluh menit. Dua puluh menit. Tiga puluh menit sampai sebuah suara klakson mobil terdengar di depan rumahku. Aku membuka mataku perlahan karena baru saja ditancapkan eyeshadow  dan kawan - kawannya.

"Alif sudah menunggu, tuan putri" Lagi - lagi mas Rian menggodaiku.

Tangan mama sangat luar biasa, bagaimana bisa aku terlihat seperti ini. Gaun ini juga sangat indah dilihat, walaupun bentuk pinggangku sedikit terekspos namun tidak terlalu ketat pada tubuhku. Warna pink gaun ini sangat menyatu  dengan make up-ku. (on media, liat dressnya aja bukan orangnya)

"Udah, Udah cantik. Alif sudah pasti suka" Sahut mas Rian ketika aku masih terus ingin berlama - lama bercermin.

"Berisik!" Aku mengambil sling bagku dan membuntuti mama keluar kamar meningalkan mas Rian.

Subhanallah. Satu kata yang terucap dari hatiku begitu melihat pak Albert bersandar di samping mobilnya dengan tuxedo putihnya. (on media, liat dressnya aja bukan orangnya).

Mata kami bertemu. Aku meremas erat tasku, itung - itung menahan rasa gemetar pada kaki. Sementara orang di sebrang sana, yang aku lihat sih ia seperti menelan ludah sambil memalingkan pandangannya.

"Hati - hati ya lif" Entah sejak kapan mama sudah berada di samping pak Albert.

Aku dan mas Rian pun ikut menghampiri pak Albert. Mereka berdua memang sangat akrab, terlihat dari tepukan pak Albert di punggung mas Rian.

Immarginny Valerie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang