Graduation

368 29 3
                                    

Hari ini adalah hari jadiku yang ke 365 hari dengan pak Albert. Ah  senangnya, sudah satu tahun hubungan ini berlangsung dan nyatanya kami semakin mesra.

Beberapa siswi di sekolah membenciku namun ada juga yang mendukungku, tidak terkecuali Airin yang begitu senang melihatku, walaupun aku tahu sebenarnya kisah Airin dan pak Erik tidak semanis kisahku dan pak Albert hehe.

Hari ini pula adalah hari yang paling ditunggu - tunggu olehku, pengumuman kelulusan. Ujian yang ku lewati dengan sangat santai kemarin membuatku sedikit khawatir.

Terlihat orang berlalu lalang, berbondong - bondong anak mendekati mading utama sekolahku. Ya karena mereka ingin lihat hasil kemampuan mereka selama tiga tahun bersekolah. 

Banyak yang bersorak gembira, menangis haru, ada pula yang berpura - pura senyum ikhlas, dan ada juga yang memperlihatkan wajah kecewanya.

Justru reaksi - reaksi mereka memperlambat jalanku untuk mendekati mading. Selain karena dress dan sepatu hak yang cukup melelahkan ini. Aku takut apakah aku akan menjadi salah satu dari murid yang kecewa, murid yang terharu atau murid yang pura - pura mengikhlaskan?

"Cie Ginny! Selamat ya" Seru seseorang tiba - tiba merangkul leherku.

Ketika aku menoleh, aku mendapati kedua temanku, Kirana dan Lika. Aku buru - buru melepas rangkulannya karena jujur itu membuat leherku pegal.

"Bagaimana nilai kalian?"

"Semua aman terkendali. Lagipula, angkatan kita seratus persen lulus loh!" Jawaban Lika membuatku lega.

Aku pun bersemangat melangkah menuju mading utama.  Begitu aku sampai,  aku mencari - cari namaku dan alhamdulillah nilaiku memuaskan. Rata - rata nilaiku di atas angka 8. Aku sangat bersyukur.

Reaksiku tidak masuk ke golongan yang manapun,  reaksiku hanya tersenyum sembari mengucap syukur.

Setelah puas memandangi hasil nilai, aku kembali berkumpul dengan keenam temanku. Lega rasanya,  tinggal menikmati waktu liburan saja. 

Kami saling berbincang di dalam kelas atau hanya bermain hp padahal kami sedang duduk berhadapan. Dalam arti lain, kami sibuk dengan hp masing - masing.

Aku mulai bosan dan berjalan keluar kelas.  Dan seseorang yang ku tunggu sudah berdiri tepat di sana.

"Gimana nilainya?"

"Alhamdulillah pak,  Bagus"

"Wah, traktir bisa dong nanti malam,  hehehe" Godanya yang menggemaskan.

"Bapak makan malam sama keluarga saya aja gimana? Sama mama,  papa,  mas Rian!" Ajakku bersemangat.

Memang sudah kesepakatan aku dan pak Albert setahun yang lalu, kami akan terus menggunakan saya - kamu terhadap satu sama lain.  Entah kenapa aku lebih suka ia memanggilku 'Val' dan aku memanggilnya 'pak' daripada aku - kamu atau sayang - sayangan yang justru menjijikkan.

"Hmm mau gak ya?" Ia terkekeh sambil pura - pura berfikir.

Ia selalu menyebalkan, tapi justru ini yang selalu membuatku rindu dengan candanya atau tingkah lakunya.

"Kalau gak mau juga gapapa" Gerutuku bersedih.

"Boleh,  tapi tempatnya saya yang nentuin ya?"

Aku mengangguk cepat menanggapi pertanyaannya. Kemudian ia mengajakku berjalan keliling sekolah entah gunanya untuk apa. 

Sejujurnya, satu sekolah sudah tahu soal hubunganku dengan pak Albert.  Eh, terkecuali kepala sekolah ya hehe. Bahkan bu Fiska juga suka meledeki kami kalau sedang berduaan.

Immarginny Valerie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang