Früh (Awal)

4.1K 376 17
                                    

Hari ini aku kembali menuntut ilmu di Gynamsium fakultas M-Kurz, senang sih rasanya bisa kuliah di tempat yang sangat bergengsi ini. Walau sebenarnya tak mudah untuk bisa lulus setelah masuk, harus mempunyai mental yang benar-benar harus tahan banting membagi waktu dan kerja part time. Kalo di pikir mungkin akan terasa sangat memusingkan dan memilih berhenti melanjutkan studynya ke negara asal. Jadi harus benar-benar kalian yang tangguh saja yang bisa bersekolah di sini.

Aku mendengarkan penjelasan dosen dengan sangat serius, sesekali aku mengetuk bolpoin yang aku gengam karena tak mengerti dengan apa yang dosen itu jelaskan. Bukan karena aku yang terkesan bodoh, tapi memang pelajarannya yang sedikit lebih cepat dari di Indonesia jadi aku harus bisa membiasakan diriku mengikutin sistem pelajaran yang ada.

Aku mengisi kuis dengan sangat hati-hati karena soal yang diberikan memang tak sulit tapi sangat membingungkan. Aku mengerjakannya hingga tiba waktunya kuis itu dikumpulkan karena jam pelajaran sudah habis. Aku membereskan bukuku dan bergegas meninggalkan kelas ketika sang dosen terlebih dahulu meninggalkan kelasnya.

Saat di depan kelas tanganku ditarik dengan seorang yang membuatku menghentikan langkahku dan berbalik melihatnya.
Mataku membulat sempurna karena dia lagi orang menyebalkan ternyebelin yang pernah aku temukan.

"Mau lari kemana? Mana baju gue?" tanya Ali melepas pergelangan Prilly.

"Gue disini, baju lo ada di rumah gue." ucap Prilly menatap tajam Ali.

"Lho kok dirumah lo? Atau jangan-jangan lo buang baju gue." ucap Ali menatap Prilly penuh curiga.

"Nggak usah dekat-dekat mukanya, biasa aja." ucap Prilly menahan bahu Ali agar Ali tak semakin menyudutkanya.

"Nggak kok ini biasa, kenapa hem... Minta dicium?"  ucap Ali semakin berani menyudutkan Prilly. Ali tak peduli dengan lingkungan sekitarnya, why? Siapa juga yang mau memperhatikan mereka come on! Ini Negara Jerman, Ali bebas melakukan apa saja di sini termaksud mencium perempuan yang baru dikenalnya kemarin.

Ali semakin mendekatkan dirinya dengan Prilly, sehingga kini Prilly tak lagi bisa melepaskan dirinya karena Ali berhasil meyudutkanya. Prilly kini tak lagi memberontak ia pasrah entahlah Ali benar-benar akan menciumnya atau tidak.

Semakin dekat bahkan kini Prilly bisa merasakan hembusan napas Ali menerpa kulitnya dengan dekat dan Prilly akhirnya menutup matanya karena tak mungkin ia melihat adegan tak layak sensor seperti ini, walaupun yang melakukanya adalah dirinya sendiri, rasanya tak pantas Prilly melihatnya.

Sepertiga detik Prilly tak merasakan pergerakan pada tubuhnya, bahkan tak merasakan apapun yang menyentuh kulitnya terlebih bibirnya. Ali sendiripun tak bergerak memandang gadis polos di depannya kini seperti ketakutan yang menurut Ali sangat mengemaskan ini.

"Mengharapkanya eh?" bisik Ali tepat ditelinga Prilly dengan memainkan alisnya. Prilly membuka matanya tak percaya lagi-lagi ia di permainkan, tapi kali ini sungguh sangat memalukan. Prilly seperti benar-benar mengharapkan ciuman dari Ali.

Prilly mendorong bahu Ali dengan kesal dan berlalu meningalkan Ali. Tapi bukan Ali namanya, Ali menarik pergelangan Prilly agar ia tak pergi hal itu justru semakin membuat Prilly semakin kesal dibuatnya.

"Karena lo nggak bawa baju gue, lo harus temanin gue makan siang."

"Lho gak bisa gitu dong, apa hak lo ngatur-ngatur gue?"

"Hak gue? You have me. Selama baju gue belum lo balikan artinya lo harus ikut kemana pun gue pergi."

"Nggak apa-apaan, nggak bisa gitu dong."

"Gak ada bantahan lo ikut gue sekarang." ucap Ali menarik lembut pergelangan Prilly menuju parkiran mobil dan meninggalkan kampus begitu saja.

*************

Liebe Dich in Deutsch (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang