Trauer

2.7K 310 35
                                    

Prilly kembali mengujungi danau tempat terakhir kalinya ia jalan dengan Ali. Pandangannya lurus kosong ke depan, mata hazel itu memerah sebam. Suasana danau yang tenang membuat Prilly lagi-lagi meneteskan air matanya.

Prilly membuka laptop yang ia bawa.
Diambilnya kaset pertama pemberian Ali, memulai memutar isi kaset itu di laptopnya. Prilly tersenyum saat melihat layar laptop itu menampilkan sosok yang ia cinta. Pria itu tersenyum di depan kamera, dengan wajah sayu pucat ia masih bisa membuat vidio itu.

"Hai sayang,  kamu ingat gak saat kita enggak jadi nonton beberapa hari yang lalu. Tapi mungkin saat kamu melihat vidio ini bukan lagi hari, tapi bisa jadi beberapa minggu yang lalu. Kamu tau gak alasan dari kesibukan aku? Aku bilang ada acara bukan, kamu mau tau acara aku apa?" Prilly mengangguk spontan, seakan ia sedang melakukan vidio call bersama Ali.

"Acara aku di rumah sakit. Kamu jangan heran yah, sebelumnya, aku hanya ingin mengetahui penyakitku, karena waktu itu aku merasakan sedikit tidak enak badan. Tapi dugaan aku salah, ada penyakit yang aku tidak tau. Maaf jika pada saat itu membuat pikiranmu jadi aneh-aneh tentangku."

Jeder!!! Prilly lagi-lagi merasakan kebodohanya, tak seharusnya ia berpikiran yang tidak-tidak dengan Ali. Berapa banyak lagi kebohongan yang Ali sembunyikan.

"Nah besoknya, aku ingin cerita sama kamu tentang penyakitku. Tapi aku merasa belum waktunya kamu tau, terlebih kamu bilang akan pulang ke Indonesia. Aku enggak mau kamu jadi kepikiran dan gak jadi liburan karena aku, maaf yah aku udah gak jujur sama kamu."

Ali menundukan kepalanya tak lagi melihat kamera. Prilly merasakan hatinya hancur, saat sakit seperti itu Ali masih memperdulikan perasaan Prilly, dan memilih menanggung beban kehidupannya sendiri.

"Hari ini tepat seminggu kepergian kamu ke Indonesia, aku melakukan operasi di bagian dada. Maaf yah lagi-lagi gak ngabarin kamu tentang hal ini. Udah dulu yah sayang, aku harus melakukan operasi dulu. Doain semoga operasinya lancar, ini adalah alasan aku kenapa buat vidio ini. Jadi saat kemungkinan aku tidak terselamatkan, kamu bisa mendengarkan penjelasanku lewat vidio ini. Ich liebe dich!" 

Layar pipih itu meredup bersamaan dengan senyum manis Ali. Menampilkan hitam di bagian depan tanda vidio sudah selesai. Prilly tidak  tau harus bersikap marah atau sedih, Ali yang selama ini tak pernah mengeluh selalu dicurigai dengan Prilly tenyata menanggung bebannya sendiri.

Prilly mengeluarkan kaset itu dan memasukan kaset baru. Dengan tampilan yang masih sama seorang pria itu memulai vidionya dengan senyum khasnya. Hanya saja di vidio itu berbeda dari vidio sebelumnya, tempat yang di pakai saat membuat vidio itu terlihat seperti kamar Ali, bukan rumah sakit seperti vidio sebelumnya.

Ingatan Prilly kembali saat menjenguk Ali  sakit di rumahnya, apa vidio kali ini di ambil saat Prilly belum datang.

"Hai, Prill. Sudah liat vidio sebelumnyakan, hari ini tepat dua hari setelah aku keluar dari rumah sakit. Tepat di dada tempat paling ternyaman yang biasanya kamu peluk, telah tertanam beberapa selang alat medis. Kamu pasti tidak tau apa fungsi dari selang bening ini, ahh aku melupakan sesuatu. Pacar pintarku inikan adalah mahasiswi kedokteran yang sangat cerdas luar biasa." Suara Ali diiringin kekehan kecil itu, sedikit membuat Prilly bisa menarik lengkunggan kecil pada bibirnya.

"Aku harap, aku bisa bertahan lebih lama lagi untuk hidup. Mungkin sampai kamu balik dari Indonesia nanti. Aku kangen kamu Prilly."

"Maaf jika nanti aku tidak bisa mengambulkan mimpi kamu, seperti pernikahan yang terjadi di Jerman. Mungkin kamu akan menikah dengan pria keturunan Jerman yang bisa mencintaimu serta mengwujudkan keinginanmu."

Prilly menggeleng keras, ia memang mengidamkan pernikahan seperti yang terjadi pada saat menghadiri pernikaan Franz sepupu Ali di Berlin.  Namun tentu saja dengan Ali, bukan dengan pria lain! Prilly tidak setuju dengan yang satu ini.

"Mungkin vidio ini juga akan jadi yang terakhir sebelum hembusan napasku. Jadi, jangan nakal yah saat gak ada aku di samping kamu yah. Aku akan tetap berada di dekatmu dan akan selalu mengawasimu dari kejahuan. Ich vermisse dich." Suara Ali melemah dibarengi dengan suara ketukan pintu dari luar kamar Ali.

Prilly terkejut saat menyadari dialah orang yang masuk ke kamar Ali, ternyata vidio ini merekam semua kejadian dimana Prilly bersama Ali. Memeluknya terakhir kali hingga ungkapan cintanya.

Vidio itu yang terakhir kali Prilly tonton, sebelum layar laptopnya berubah warna menjadi hitam. Ia mengusap kasar air mata yang jatuh di pipinya, hatinya teriris menahan sesak di dadanya.

"Aku mohon, bangunkan aku dari mimpi ini. Ali gak benar-benar ninggalin Prilly, Ali tolong bilang sama aku kalau kamu masih hidup!! Aku tau kamu ada di sekitar sini, keluar Ali, keluar!! Aku yakin kamu lagi buat kejutaan untuk akukan? Kumohon! ini gak lucu Ali! Keluar!" Prilly mengeram frustrasi, berteriak meraung kesakitan berharap ini semua hanyalah mimpinya. Saat ia bangun dari tidurnya nanti Prilly harap  hal ini tak pernah terjadi pada dirinya, tapi sayang hal ini nyata, dan Prilly benar-benar sedang tidak lagi bermimpi!

Prilly mengambil sebuah surat warna merah muda di dekat tasnya dengan tangan bergetar. Ia sangat takut untuk membuka isi amplop itu, apa lagi Prilly masih belum juga bisa menerima kenyataan semua ini. Digenggamnya surat pertama, Prilly memejamkan matanya mengembuskan napas panjang. Mengumpulkan segala keyakinan dan keberanian untuk membuka surat itu. Perlahan tapi pasti  ia mulai membukanya serta mulai membaca.

Hai sayang, apa kabar?  Aku harap kamu akan selalu baik. Setelah kamu baca surat ini, itu berarti kita sudah nggak menghirup udara yang sama. Jangan menangis, kamu terlihat cantik saat menangis seperti itu. Tapi akan lebih cantik lagi saat kamu menghapus air mata dan tersenyum pada dunia bahwa kamu adalah wanita kuat. Maaf bila aku menjadi alasan atas air mata kesedihanmu. Ingin sekali rasanya aku mengusap pipimu dan memeluk tubuhmu erat, agar  kamu tidak lagi merasa sedih. Ahh, maafkan aku yang terlalu berangan-angan untuk memelukmu setelah dunia kita sudah berbeda.
Tetaplah  menjadi Prilly yang aku kenal, lanjutkan hidupmu walau tanpa aku. Aku mencintaimu bahkan sampai hembusan napas terakhirku, cinta yang aku punya akan selalu utuh dan bertambah untukmu. Aku akan selalu hidup di sampingmu, karena aku akan selalu ada dalam setiap hembusan napas  pada jantung hatimu.
Terima kasih atas semua kenangan yang kamu berikan padaku. Kamu datang di saat yang tepat sayang, di saat aku benar-benar merinduhkanmu.
Aku yang mencintamu Carmelia Prilly.

~Jonathan Alifire Weber~

Prilly memeluk tubuhnya sendiri, bukannya memberhentikan tangisnya seperti  apa yang diperintahkan Ali. Prilly justru  mendekap sepucuk surat yang terakhir itu, rasanya ia ingin sekali menyusul Ali bersama-sama menuju alam keabadian.

"Aku juga mencintaimu, Li. Terima kasih atas semua hal istimewa yang telah kamu berikan untukku. Kamu akan tetap mempunyai ruang tersendiri dihati aku, Li. Tidak akan pernah ada yang  bisa mengantikan posisimu di hatiku." Prilly menatap langit biru bertabur awan putih dengan tatapan sayunya, ia tersenyum seakan di langit sana ada Ali yang sedang mengawasinya dari kejauhan.

########

Semoga chapter ini memuaskan dan feelnya sampai ke kalian semua. Gak bohongkan, jika votenya cepat dan banyak Sal ini bakal update cepat.
Yang biasanya seminggu sekali bahkan dua minggu sekali ini cuman tiga hari wkwk 😂

Ini belom ending yah, masih ada satu part lagi. Ayo vote dan commentnya agar aku semangat ngetik kelanjutanya hihi

Terima kasih semuanya, salam sayang dari aku 😘

Sal❤

Liebe Dich in Deutsch (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang