Maaf typo bertebaran, akan aku edit secara berkala. Happy Reading💕💞
Sudah seminggu ini Prilly tak ingin bertemu dengan Ali, bahkan Prilly selalu menghindar saat berpapasan dengan Ali di kampusnya. Tapi Prilly selalu punya seribu cara agar bisa menghindar, seperti sekarang Prilly memilih untuk menunggu Allena berada dalam kindergarten dari pada di rumah bertemu dengan Ali.
Sebenarnya bukan soal baju saja yang Prilly hindarkan, tapi sifat Ali yang mulai tak jujur yang membuat Prilly jera.
"Lho kok Kak Prilly udah di sini," tanya Allena dengan tas ransel di pundaknya.
"Iya Kak Prilly harus buru-buru jemput Allena, Allena jangan main dulu yah karena Kak Prilly harus sekolah juga," Allena mengganguk mengerti, Prilly menghembuskan napasnya pelan. Allena adalah gadis pintar dan penurut, membuat Prilly tak begitu tertekan dengan perkerjaanya sebagai aupair.
"Onkel Ali..." Prilly mematung seketika bukan hal mudah untuk menghindar dari Ali, dan sekadang Ali ada di belakangnya apalagi Allena memanggil nama Ali.
"Allena masuk ke mobil yah sayang," Allena mengelengkan kepalanya, tak ingin menurut.
"Ayo dong sayang masuk."
"Allena mau ketemu Onkel Ali dulu Kak," ucap Allena menunjuk Ali yang berjalan menuju mobilnya.
"Allena masuk dong, Kak Prilly buru-buru nih."
"Allena masuk sekarang," bentak Prilly yang membuat Allena terlonjak kaget dan detik itu juga tangis Allena pecah, Prilly yang panik akhirnya mengendong Allena dan memasuki dalam mobil.
Prilly memutar badannya setelah meletakan Allena duduk dari kursi penumpang. Mata Prilly membulat sempurna melihat Ali yang kini ada di hadapanya.
"Permisi," ucap Prilly mendorong sedikit tubuh Ali agar menjauh darinya, tapi Ali justru memegang pergelengan tangan Prilly.
"Kita harus bicara," Prilly menelan salivanya takut, melihat tatatapan dan cara bicara Ali yang dingin.
"Maaf gue buru-buru," ucap Prilly menyentak kasar pergelangan tanganya, tapi apa boleh buat tenanga Ali jutru jauh lebih besar di bandingkan tenaganya.
" Helfen Sie mir bitte. (Tolong aku)," teriak Prilly pada pemuda yang kebetulan lewan di hadapannya. Ali membulatkan matanya tak percaya, liat saja Prilly ingin sekali bermain-main rupanya dengan Ali.
"Es tut mir leid, was los ist, sei nicht unhöflich mit Frauen. (Maaf ada apa ini, jangan kasar dengan Perempuan)." ucap pemuda itu pada Ali.
"Oh tut mir leid, das ist meine Frau, und es war meine Tochter im Auto war. Leider stören sie mag so. (Oh maaf ini istri saya, itu anak saya ada di dalam mobil. Maaf menggangu dia memang suka begitu)." ucap Ali dengan santai tanpa melepaskan tanganya di pergelanga tangan Prilly.
" Oh Frau, sorry, wenn mir so entschuldigen. (Oh istrinya, maaf kalau gitu saya permisi)," ucap pemuda itu dan berlalu dari hadapan Prilly dan Ali.
"Masuk!" Prilly menghentak-hentakan kakinya dan mencibirkan bibirnya kesal memasuki mobil, niat ingin mengerjakan Ali tapi justru dia yang terkena. Ali memutar tubuhnya duduk di kursi pengemudi di samping Prilly.
Tak ada pembicaraan yang tercipta, bahkan Allena sendiri sibuk dengan dunianya yang hanya diam menatap jalan lewat jendela mobil. Sesampainya di rumah Ali menyuruh Allena untuk masuk ke dalam rumah sendiri dan meminta izin pada Frau Jennyta untuk membawa Prilly pergi.
Prilly mengerutuk tak jelas sedari tadi hingga kini mobilnya memasuki komplek perumahan, Prilly menatap tajam Ali saat mobilnya berhenti di halaman parkir sebuah rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe Dich in Deutsch (END)
Fiksi PenggemarMenceritakan seorang gadis yang tinggal di negara München, Jerman. Seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di Jerman. Ia mendapatkan Brect Gymnasium, yaitu sebuah kampus terkenal di München. Gadis itu pun bukan hanya kuliah disana bahkan dia be...