Prilly hanya diam merenung memandang jalan dari sisi jendela mobil, ia binggung memikirkan sesuatu, haruskah Prilly menelpon Daddynya untuk mentransferkan uang €2.433 ini gila! Prilly sudah berjanji untuk tidak meminta uang selama ia tinggal di Jerman, tak mungkin rasanya kalo tiba-tiba Prilly meminta uang kepada Daddy, oh rasanya sangat memalukan! Prilly menghembuskan napas kasar, tak ada pilihan lain, mungkin menurut dan pasrahlah yang bisa Prilly lakukan saat ini.
Tak terasa mobilpun memasukin area parkiran, pikir Prilly mereka sudah sampai di sebuah mall yang terkenal di kota Munchen ini. Setelah mobil Ali sudah berhenti dengan sempurna, Prilly tanpa peduli membuka pintu mobil serta membantingnya kasar keluar tanpa menunggu dua manusia yang masih berada di dalam mobil.
"Gimana baju pesanan Onkel, apa ada di kamar Kak Prilly?" tanya Ali menengok kearah Allena yang berada di belakangnya.
"Ada nih," ucap Allena membuka tas rasel yang ia bawa, Allena mengeluarka kemeja hitam yang ia ambil dari kamar Prilly.
"Kalau kemeja itu punya Onkel, kenapa harus Allena yang mengambilnya? Kenapa tidak Kak Prillynya langsung saja." ucap Allena menunjuk kemeja yang sudah digengaman Ali. Yap, kemeja itu adalah baju yang Prilly cari di kamarnya, baju yang membuat Prilly kini terikat dengan Ali.
"Kalau sama Kak Prilly nanti Onkel Ali gak bisa dekat lagi sama Kak Prilly. Allena gak maukan Onkel Ali jauh dari Prilly?" ucap Ali memberi pengertian, Allena mengelengkan kepalanya mungkin benar apa yang diucapkan Ali jika baju itu Prilly yang mengembalikanya mungkin Allena tak akan melihat mereka bersama lagi, dan hal itu tak mau Allena lakukan.
"Bagus, gadis pintar sekarang ayo susul Kak Prilly sebelum dia curiga." ucap Ali membuka pintu mobil dan mengandeng tangan Allena untuk masuk ke The Riem Arcaden Mall.
The Riem Arcaden adalah besar pusat perbelanjaan terbesar ketiga di Munich setelah pusat perbelanjaan Olympia dan pusat perbelanjaan Neuperlach - pep. Terdiri dari tiga lantai dan 46.500 ruang, dan jaringan toko terkenal sekitar 120 toko. Di lantai atas beberapa kafe dikelilingi oleh toko-toko seperti Hugendubel, Depot, Müller, Zara dan SinnLeffers. Dibagian tengah lantai dasar beberapa rantai restoran juga ada seperti McDonald dan Laut Utara tapi restoran begitu biasa dapat ditemukan. The Riem Arcades, bahkan dengan label sebagai pusat perbelanjaan besar, mendukung kawasan seluruh dengan kebutuhan sehari-hari.
"Cepat banget neng jalanya, mau ngambil gaji." ucap Ali mensejajarkan langkahnya dengan Prilly.
"Bukan urusan lo." ketus Prilly tanpa menoleh kepada Ali serta semakin mempercepat langkahnya.
"Kak Prilly, jangan cepat-cepat jalannya Allena cape tau." geruh Allena memegang pergelangan tangan Prilly.
"Maaf Allena, yasudah sekarang kita ke toko buku dulu yah." ucap Prilly mulai melembut, ia berusaha mengontrol emosinya terhadap Ali.
Mereka sampai di toko buku terkenal di Munchen, Allena sudah berlari menyusuri setiap lorong-lorong rak tinggi dengan susunan buku mengwarnai serta buku bacaan anak seusianya. Sedangkan Prilly ia memilih menyusuri rak buku kedokteran, kebetulan ada beberapa buku yang akan Prilly beli untuk membantunya menyelesaikan praktek anatomi. Dan Ali ia memilih untuk melihat-lihat disepanjang koridor musik untuk membeli pick gitarnya yang patah. Ali melihat beberapa gitar yang terpajang di sana, entah sadar atau tidak Ali mngambil gitar berwarna putih yang berada pada samping tempat duduk. Ali mulai mempetik senar gitar itu untuk memulai menggabungkan beberapa nada menjadi melodi yang indah, Ali bersenandung menyanyikan sebuah lagu romantis yang populer pada zamannya.
In deinen Augen steht so vieles, was mir sagt
di matamu ada banyak hal yang berkata kepadaku
Du fuehlst genau so wie ich
engkau merasakan sama seperti yang kurasakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe Dich in Deutsch (END)
Fiksi PenggemarMenceritakan seorang gadis yang tinggal di negara München, Jerman. Seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di Jerman. Ia mendapatkan Brect Gymnasium, yaitu sebuah kampus terkenal di München. Gadis itu pun bukan hanya kuliah disana bahkan dia be...