NIGHTMARE

13.9K 1.1K 25
                                    

"Hyung?"

"Yoongi Hyung?"

"Taehyung Hyung?"

Aku terbangun dari tidurku begitu mendengar suara. Kubuka kedua kelopak mataku, menengok ke asal suara. Jungkook. Priaku di pinggir sana tampak gelisah tidurnya. Mimik wajahnya menunjukkan kalau ia tengah ketakutan. Peluh pun telah membasahi kaus putihnya.
Di tengah cahaya kamar yang remang-remang, Jungkook menggumamkan nama-nama kakaknya di Bangtan.  

"Seokjin Hyung?"  

"Ho-Hoseok Hyung?"  

Jungkook semakin terlihat menderita. Entah apa yang dimimpikannya. Satu yang pasti, ia sedang memimpikan hal buruk.  

"Jeon-a?"  

Aku telah berpindah di dekatnya, duduk di tepi tempat tidur, di dekat kepalanya. "Jeon-a?" Aku menepuk-nepuk pipinya, berusaha membangunkannya. Orang yang tengah mimpi buruk harus segera dibangunkan, begitu yang  kudengar.  

"H-hyung, tolong jangan lakukan itu."  

"Namjoon Hyung?"

"Jimin Hyung?"

Jungkook semakin gelisah dalam lelapnya. Dengan telapak tanganku, kuseka keringat yang telah membasahi dahinya sambil terus memanggilnya.

"Jeon? Jeon Jungkook, bangunlah."

"Hyung~" gumaman itu terdengar mengindikasikan kesedihan dan ketakutan di saat yang sama. Dia ini memimpikan apa, sih?

"HYUUUUUNG!!!" Jungkook berteriak, segera terbangun dan mengambil posisi duduk. Napasnya tersengal, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Kualihkan pandanganku sebentar ke arah Jeongsan, jaga-jaga siapa tahu jagoan kecilku terbangun sebab teriakan ayahnya. Syukurlah tidur Jeongsan nyenyak sekali.

"Jeon-a, kau tidak  apa-apa?" tanyaku kemudian.

Priaku menengok ke arahku, mungkin baru menyadari keberadaanku. Sejenak ia memasok sebanyak mungkin oksigen ke dalam paru-parunya, kemudian mengembuskan karbondioksida perlahan. Ia lantas menggeleng, lalu berucap, "Aku baik-baik saja. Ha-hanya mimpi buruk."

"Mau aku ambilkan air putih?"

Dia menggeleng. "Sebaiknya kau kembali tidur. Maaf aku sudah membuatmu terbangun," tuturnya.

"Tapi-"

"Aku baik-baik saja. Tidurlah. Aku juga akan kembali tidur."

Jungkook merebahkan tubuhnya. Kubantu ia memperbaiki letak selimut yang menutupi ujung kaki hingga sebatas dadanya. Begitu priaku memejamkan mata, kukecup keningnya, mengucap selamat tidur dan meningatkan agar ia berdoa sebelum kembali berpetualang di alam mimpi.

Aku kembali ke posisiku, di pinggir kiri tempat tidur. Kupastikan dua laki-laki kesayanganku telah terlelap, sebelum aku menyusul mereka ke alam mimpi.

***

Jungkook belum tidur sebab sepuluh menit setelah aku berbaring, kudapati ia turun dari tempat tidur, berjalan ke luar kamar. Aku lantas menyusulnya. Priaku terduduk di sofa. Di hadapannya ada sebuah gelas dengan air yang tersisa seperempat gelasnya.

Pelan-pelan, aku beringsut mendekatinya, duduk di sebelahnya. "Kenapa tidak tidur?" tanyaku.

Jungkook hanya mengatupkan bibirnya dengan pandangan yang mengarah ke gelas di depannya.

"Kamu memimpikan apa tadi?" Aku masih bertanya, meski pertanyaan tersebut mungkin priaku biarkan tidak terjawab.

"Aku mendengar kau mengigau ‘hyung ... hyung' begitu."

"Aku mengigau?"

Aku mengangguk.

"Apa yang kau mimpikan?"

Priaku menarik napas.

"Aku mimpi buruk. Buruk sekali."

"Apa?"

"Ini tentang hyung-hyung-ku di Bangtan," Jungkook mulai bercerita. "Aku bermimpi melihat sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka, Junmi-ya." Ada nada kecemasan yang terselip dalam ucapan Jungkook barusan. Pun, raut ketakutan terukir jelas di wajahnya.

Kutuntun priaku untuk menyandarkan kepalanya di pundakku. Kuelus rambutnya seraya berkata, "Hanya mimpi buruk, Jungkook-a. Mimpi hanya bunga tidur."

"Tapi, aku takut sekali. Entah kenapa, sekarang perasaanku jadi tidak enak," tutur Jungkook. "Aku mau menghubungi hyung-hyung-ku untuk memastikan mereka baik-baik saja."

Priaku hendak beranjak, tetapi segera kutahan tubuhnya. Ia menengok padaku, memandangku penuh tanya.

"Ini sudah tengah malam. Tidak enak mengganggu waktu istirahat mereka, Jeon-a."

"Tapi-"

"Besok, oke?" Aku kembali menuntunnya untuk menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Besok kita akan menghubungi mereka untuk memastikan semuanya baik-baik saja."

Aku tahu betapa kuat ikatan persahabatan antara Jungkook dan keenam lelaki yang lebih tua darinya itu. Lebih dari sekadar sahabat, Seokjin, Yoongi, Hoseok, Namjoon, Jimin, dan Taehyung sudah menjadi kakak-kakaknya. Mereka sudah bersahabat sejak lama, lama sekali.

"Aku … aku takut kehilangan mereka, Junmi-ya."

Jungkook menggenggam tanganku, membuatku bisa merasakan getar ketakutannya.

"Kau tidak akan kehilangan mereka. Kau hanya bermimpi buruk, Sayang," kataku, mencoba menenangkan.

Beberapa menit kami tenggelam dalam kesenyapan malam. Getar ketakutan sudah tidak terasa di tubuh priaku. Pun, napasnya mulai lebih teratur. Kupikir, dia sudah mulai tenang.

"Sayang, ayo tidur. Kau harus istirahat."

Jungkook mengangguk.

Aku bergerak, sebenarnya sebagai kode agar dia menegakkan tubuhnya. Akan tetapi, priaku lekas berkata, "Aku ingin tidur di sini."

"Lebih baik tidur di kamar, lebih nyaman," kataku.

Namun Jungkook bersikeras. "Aku ingin tidur di sini."

"Ya, sudah kalau itu maumu."

Ia menegakkan tubuhnya, menengok ke arahku dan berkata, "Tapi, kau jangan pergi."

Uh?

"Tolong temani aku di sini sampai aku tertidur, setelah itu kau boleh masuk ke kamar menemani Jeongsan."

Kuembuskan napas pelan, kemudian mengangguk. Aku menyingkir dari tempatku agar Jungkook bisa merebahkan tubuhnya di sofa. Tidak lama, aku pun berbaring di sebelahnya, merapat di tubuhnya. Jungkook menenggelamkan wajahnya ke dadaku, seketika, membuatku paham bahwa seseorang ingin dielus kepalanya hingga terlelap.

"Besok kita akan menghubungi hyung-hyung-ku, ‘kan?" tanyanya memastikan.

Sembari mengelus rambutnya, mencium puncak kepalanya, aku berucap, "Tentu saja. Kita akan menelepon mereka begitu kau bangun besok. Sekarang tidurlah. Tidurlah yang nyenyak dan lupakan mimpi burukmu."

-THE END-  

Up lebih cepat dari dugaan wkwk. Berterimakasihlah pada film pendek "WINGS" yang muncul tiba-tiba :v

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang