ERR ... MY EYE IS ...

14.9K 1.4K 194
                                    

Hari kedua menginap di sebuah hotel  dalam rangka liburan, aku hanya berdiam diri di kamar. Sementara itu, Jungkook, Taya, dan Jeongsan, dua hari ini telah pergi ke objek wisata di sekitar hotel. Kemarin, mereka pergi ke waterboom. Pagi ini, mereka pergi ke pantai.

Waterboom …

Pantai …

Ya, kedua buah hatiku dengan Jungkook sangat senang dengan wisata air. Sebenarnya, sih, tidak masalah jika aku ikut. Maksudku, aku bisa mengawasi Taya dan Jeongsan dengan baik. Dan yang paling penting, mengawasi Jungkook—tepatnya mengawasi pandangannya—dari perempuan-perempuan berbikini yang bertebaran di kedua objek wisata itu.
Sayang sekali aku tidak bisa ikut karena—

“Kami pulang~”

Uh, mereka sudah pulang. Baguslah.

Taya dan Jeongsan masuk ke kamar. Gadis kecilku terlihat mengenakan kaus berwarna ungu dan celana selutut yang pagi tadi kumasukkan ke dalam tasnya. Rambut sepunggungnya tampak basah, membuat lembap di bagian belakang pakaiannya.

Sementara itu, Jeongsan mengenakan kemeja kecil berwarna biru dan celana pendek hitam yang tadi juga kumasukkan ke dalam ransel power ranger-nya. Kacamata renang berwarna merah masih bertengger di atas kepalanya yang basah. Seseorang belum bisa move on dari kesenangan yang didapat dari kolam renang.

“Nuna, baju basahnya keluarkan dari tas, ya. Baju basah adik Jeongsan juga.”

“Iya, Eomma.”

Gadis kecilku sudah bisa diandalkan untuk mengurus keperluannya sendiri, juga sedikit keperluan adiknya. Lain cerita dengan Jeongsan. Datang-datang, langsung menyalakan televisi dan … ya, siaran kartun terpampang di kotak elektronik itu.

Sekitar dua menit setelah Taya dan Jeongsan masuk, priaku datang sembari membawa sesuatu di dalam kantung kertas. Ah, itu pasti sesuatu yang kupesan padanya di saat ia dan anak-anak berada di pantai.

“Aku sudah membeli obat tetes mata dan obat anti-biotik yang kau pesan.” Jungkook menghampiriku yang duduk di tepi tempat tidur, menutup mata kiriku dengan telapak tangan. “Memangnya apa yang terjadi pada matamu?”

“Tidak apa-apa. Baik-baik saja.” Aku hendak beranjak menuju kamar mandi, tetapi Jungkook mencegatku. Dia menarik tangan kiriku hingga aku terduduk kembali di pinggir ranjang.

“Tidak apa-apa bagaimana?” Dia menatapku penuh selidik. “Kemarin kau mengeluh matamu nyeri. Tadi, tahu-tahu minta dibelikan tetes mata dan obat anti-biotik. Kenapa, sih? Apa yang terjadi dengan mata kirimu?”

Priaku mengangkat tangannya, hendak menyingkirkan telapak tangan kiriku yang kugunakan untuk menutupi “aib” yang sedang kusembunyikan. Lekas, aku menjauhkan wajahku, tanda aku tidak mengizinkan ia melakukan apa yang ingin ia perbuat.

“Kubilang ‘baik-baik saja’.”
Jungkook mendecak. “Katakan padaku atau …” dalam sekejap Jungkook merebut obat yang tadinya telah berada di tanganku, “kusimpan obat ini sampai kau bicara.”

“Ya!” Aku protes.

“Katakan dulu, apa yang terjadi pada matamu.”

“Tapi, kau harus berjanji tidak akan tertawa, ya?”

Priaku mendengus pelan. “Iya. Aku janji.”

Kuhela napas panjang. Antara ingin dan tidak ingin memperlihatkan apa yang terjadi pada mataku. Namun, tidak ada pilihan lain. Sebenarnya, cepat atau lambat, Jungkook akan melihatnya dan kuharap … dia tidak akan meledekku.

“Eum … mataku …”

Kubiarkan Jungkook yang menyingkirkan telapak tangan yang menutupi mataku sejak tadi. Begitu ia berhasil menyingkirkannya, melihat apa yang sedang dialami oleh mata kiriku yang malang, aku hanya bisa menunggu reaksinya.

Satu detik …

Dua detik …

Tiga detik …

Dan …

“Pfft … kamu bintitan?”

Ya, ada bintit sialan yang menghias sudut luar mata kiriku.

Tawa yang sebelumnya terdengar samar, kini terdengar lebih keras. Mulutnya yang terbuka lebar mendorong pipinya hingga menggembung, nyaris menenggelamkan kedua matanya.

“Tadi kau sudah berjanji tidak akan tertawa, Jeon-a.”

“Ya, ampun, Sayang…,” wajah Jungkook merah karena tertawa, “jangan-jangan kau sering mengintipku mandi, ya? Kau sampai bintitan begitu. Ukurannya besar pula. Ckckck.”

Sekali lagi kupukul lengannya. “Siapa yang mengintip? Aku tidak pernah mengintipmu mandi!”

Dengan nada menggoda, Jungkook berkata, “Sudahlah. Tidak usah mengelak. Itu ada buktinya. Bukti nyata kalau kau sering mengintipku mandi.”

“Sudah kubilang aku tidak mengintip!”

“Ciyee … tukang intip.”

“Bukan!”

“Tukang intip.” Jungkook semakin menjadi.

“Ish! Kubilang bukan!”

“Kenapa susah-susah mengintip, sih? Kalau mau lihat full, kan tinggal masuk kamar mandi. Aku juga tidak akan melarang.”

Hidih!

Sekarang wajahku kuraskaan kedua pipiku memanas. Wajahku pasti sudah merah padam. Ini karena … pertama, aku sedang kesal sebab Jungkook terus meledekku. Kedua, karena kalimatnya yang barusan.

“Kau ini bicara apa?” Kuayunkan tangan kananku lebih keras untuk memukul lengannya. “Dasar menjijikkan.”

Alih-alih kesakitan, dia malah tertawa.

“Apa yang Appa tertawakan? Eomma kenapa?” Taya yang baru selesai mengerjakan perintahku, melangkah menghampiri kami. “Loh? Itu—yang di mata Eomma itu bintit, ‘kan?” tebak gadis kecilku.

“Iya. Eomma bintitan karena sering mengintip Appa mandi,” Jungkook menyahut.

Apa-apaan, sih, dia?

“Tidak, Taya. Itu bohong! Appa bohong!” Aku berusaha mempertahankan harga diriku.

“Di sekolah juga ada teman Taya yang bintitan, lho, Eomma. Gara-gara dia suka mengintip rok anak perempuan.”

Tawa Jungkook membahana. “Tuh, kan? Kubilang juga apa? Kamu bintitan karena suka mengintip, Sayangku. Ciyeee … tukang intip.”

“Tidak!” Aku mengelak. “Aku tidak pernah mengintip siapa pun!”

Mungkin karena penasaran dengan keributan yang terjadi, Jeongsan yang tadinya sibuk memirsa televisi, kini turut bergabung.

“Kenapa? Jeongsan juga mau bilang kalau Eomma tukang intip?” Aku terlanjur tersinggung dengan tuduhan Jungkook.

Jeon kecil menggeleng. “Jeongsan cuma mau bilang kalau Jeongsan kasihan pada Eomma.”

Duh. Jeongsan memang paling  mengerti Eomma.

“Tadi, “ Jeongsan melanjutkan, “Appa yang melihat nuna-nuna seksi, tapi yang matanya sakit malah Eomma. Sabal, ya, Eomma.” Jeongsan menepuk-nepuk pahaku, iba.

Awas kau, Jungkook!

-THE END-

Guys, gue nulis ini sambil nahan nyeri di mata gegara bintitan (suwer, gue ga ngintip siapa2). Kalo kalian baca tapi ga komen, kalian tega/? :'v

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang