WRESTLING

16.6K 1.3K 143
                                    

Twelve years ago.

"Untuk apa kau mengajakku ke sana? Aku sedang banyak urusan, Park Hanbyul!"

"Ayolah. Kau pernah bilang ingin melihat seperti apa wajah pacar baruku, 'kan? Pacar baruku ada di sana."

"Aish! Aku ada jadwal kuliah!"

"Memangnya kuliahmu jam berapa?"

"Err ... jam dua."

"Please, Cho Junmi! Jam dua masih tiga jam lagi."

"Iya, sih, tapi—"

"Sudah! Ikut saja!"

Park Hanbyul, teman SMA yang kuliah di kampus yang berbeda denganku, menarik tanganku menuju stadium olahraga di kampusnya. Awalnya, aku bertandang ke kampusnya untuk mengambil beberapa buku referensi penelitian yang aku pinjam di perpustakaan kampus atas namanya. Namun sepertinya, tidak lama lagi aku berakhir dengan menemani Hanbyul menonton pertandingan olah raga.

Sorak-sorai penonton menyambut aku dan Hanbyul saat kami memasuki stadium. Gadis berambut panjang itu masih menarik tanganku ke tempat kekasih barunya bertanding panah.

"Jimin-a!" Hanbyul berteriak memanggil seorang lelaki bersurai jingga terang berkaus biru yang baru saja keluar dari arena panahan. Lelaki itu menghampiri kami sambil tersenyum, membuat kedua pipinya menyembul.

Imut.

Itu satu kata yang menggambarkan kekasih baru Hanbyul.

Hanya saja ...

"Uh! Byul-a, apa dia temanmu, hm?" Kekasih Hanbyul menunjukku.

"Ya. Kau mengenalnya?" Hanbyul bertanya balik.

"Aku biasa melihat dia di kampusku, Byul-a," sambarku. "Kenapa kau tidak bilang kalau kekasihmu adalah mahasiswa di kampusku?"

Gadis di sebelahku hanya tersenyum lebar, entah apa maksudnya. Tidak lama, ia berkata, "O, ya, kapan kau akan bertanding?"

"Aku sudah selesai bertanding," Jimin menyahut.

Aku tertawa dalam hati. Kasihan kau, Park Hanbyul.

"Lalu, apa kau menang?"

Menggaruk bagian belakang lehernya sembari mengumbar senyum canggung, Jimin berkata, "Kalah."

Aku masih tertawa dalam hati, terlebih saat kulihat raut wajah Hanbyul berubah masam. Ada seseorang yang gagal memamerkan kehebatan kekasihnya ... pfft.

"Oh, ya" Jimin bersuara, lekas mengambil alih suasana yang sempat diselimuti atmosfer kecanggungan, "kalian suka gulat? Sebentar lagi ada pertandingan gulat," ujar Jimin. "Oh, wakil dari kampus kita," lelaki itu melihat ke arahku, "yang akan bertanding."

"Oh, ya?" Hanya sebuah ekspresi terkejut yang bersifat basa-basi.

"Iya. Ayo, tempat pertandingan gulatnya di sebelah sana."

Aku dan Hanbyul mengekor Jimin ke sebuah arena bundar yang telah dikelilingi banyak orang. Jimin menuntun kami mencari spot yang tepat untuk menikmati pertandingan gulat. Yaaah, sejujurnya, aku merasa di mana pun posisinya, melihat dua orang saling berusaha membanting satu sama lain bukanlah sesuatu yang bisa dinikmati. Namun, hah, entahlah. Aku sudah terlanjur mengikuti langkah kekasih baru Hanbyul.

Dua orang peserta pertandingan gulat telah berdiri di tengah arena ketika aku, Hanbyul dan Jimin duduk di bangku-bangku yang berada di sisi kiri arena. Satu orang lelaki memakai baju berwarna hijau. Entah dari kampus mana dia berasal, aku tidak mendengar apa yang dikatakan sang MC saat memperkenalkan peserta. Lalu, lelaki yang memakai kaus biru. Dia wakil dari kampusku dan Jimin.

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang