Aku yang akan menjemput Jeongsan hari ini. Sekalian aku mau ke tempat Ahra Eonni.”
“Oh, ya sudah kalau begitu.”
“Eum. Sudah, ya. Selamat bekerja.”
“Oke, Sayang. Jangan merindukanku, ya.”
“Rindu apanya? Sudah ah! Bye.”
Itu yang kukatakan pada Jungkook sekitar tiga puluh menit sebelum aku memutuskan untuk berkunjung ke butik Ahra Eonni. Aku sedang duduk di dalam taksi, dalam perjalanan menuju sekolah Jeongsan.
“ … pihak Kepolisian Seoul sedang berupaya untuk segera menangkap pelaku penculikan anak yang belakangan membuat resah para orang tua yang memiliki anak berusia sepuluh tahun ke bawah.”
“Kasus penculikan anak semakin sering saja terjadi belakangan ini. Saya merasa prihatin pada orang tua yang anaknya menjadi korban penculikan,” sopir taksi mengomentari berita yang berasal dari radio. “Orang-orang sekarang sungguh mengerikan. Anak-anak tidak berdosa pun dijadikan alat untuk mendapatkan banyak uang.”
Ya, belakangan memang marak diberitakan kasus penculikan terhadap anak kecil. Kasus terakhir yang kutonton di televisi adalah seorang gadis kecil berusia empat tahun diculik saat pergi berbelanja dengan ibunya.
“… untuk itu, Presiden Republik Korea Selatan menghimbau agar para orang tua senantiasa mengawasi anak-anaknya.”
“Saya juga merasa cemas dengan kabar ini, Ajussi. Saya punya dua anak yang masih kecil.”
“Semoga anak-anak Anda selalu dilindungi Tuhan, Nyonya.”
Aku mengamini.
Setelah beberapa menit perjalanan, taksi berhenti tepat di depan gerbang. Aku keluar, bergegas masuk ke area sekolah. Suasananya mulai agak sepi sebab bel pulang berdering sejak sepuluh menit yang lalu. Masih ada beberapa anak yang bermain di sekitar area bermain, tapi aku tidak melihat Jeongsan di sana. Mungkin dia di kelas atau di area bermain di belakang kelas.
“Uh? Nyonya Jeon?” Wali kelas Jeongsan melihatku.
“Apa kabar, Han Sonsaengnim? Di mana Jeongsan?”
Kedua bola mata Han Sonsaengnim membulat. “Bukankah tadi Jeongsan sudah dijemput?”
Gantian kedua bola mataku yang membulat. “Dijemput? Tidak! Aku yang akan menjemput Jeongsan hari ini. Aku sudah memberi tahu ayahnya sebelumnya.”
Perasaanku mulai tidak enak.
“Mungkin Nyonya bisa menghubungi Tuan Jeon dulu untuk mengkonfirmasi keberadaan Jeongsan.”
Dengan jantung yang berdegup kencang, kurogoh clutch bag-ku. Segera kuhubungi ayah dari anak-anakku, berharap Jeongsan benar bersamanya. Begitu aku mendengar ia menjawab panggilanku, tidak kuberi dia kesempatan menyapa sebab aku secepatnya bertanya, “Apa Jeongsan bersamamu?”
“Tidak,” sahutnya, berhasil membuat jantungku berdetak semakin tidak karuan. Oh, Tuhan. “Kenapa? Bukankah kau yang akan menjemputnya?”
“Itu masalahnya, Jeon-a,” suaraku bergetar, “Jeongsan tidak ada di sekolah.”
“Apa maksudmu? Dia tidak ada bagaimana?”
Aku bergerak menjauh dari wali kelas Jeongsan sambil berkata, “Ya, dia tidak ada di sekolah. Wali kelasnya bilang ada seseorang yang menjemputnya. Kalau bukan kau, lalu siapa?”
Aku tidak bisa menahan satu bulir air mataku untuk meleleh di pipi.
“Oke. Kau jangan panik, oke? Mungkin saja Taehyung Hyung yang membawa Jeongsan pulang. Aku akan menghubunginya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]
FanficSeason kedua dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya dan Jeon Jeongsan. Highest rank #45 dalam FANFICTION - 16/03/2017