Aku terpaksa harus melewatkan satu judul drama yang kutonton setiap malam lantaran Taya dan Jeongsan menguasai televisi. Di layar kotak elektronik itu kini terpampang siaran dari channel kartun luar negeri. Remot berada di dalam genggaman Jeongsan. Artinya, tidak boleh ada yang mengganti channel sampai mereka mengantuk.
Heol.
Jemu dengan kartun yang lucu—tapi tetap saja, ada beberapa scene yang tidak dapat diterima oleh akal orang dewasa, aku beranjak ke dalam kamar. Aku menemukan Jungkook sedang duduk di meja kerjanya, memandang layar laptop. Sebuah lagu milik IU terdengar memenuhi ruangan. Ya, sebuah tendensi bagi priaku ketika mengerjakan sesuatu di laptopnya, maka suara IU yang akan ia pilih untuk menemaninya.
Sudah beranak dua, punya satu istri, dia masih saja menyukai IU.
Dasar fanboy.
Ah, dia bahkan sudah tidak pantas disebut fanboy lagi.
Aku ingat betul ketika masih berstatus pacar, Jungkook pernah mengajakku mengunjungi kamar kost-nya. Selain gambar dan beberapa miniatur Ironman, aku menemukan poster IU tertempel di salah satu sisi dinding kamarnya. Poster ukuran jumbo.
“Kau menyukai IU?” Waktu itu, aku berdiri di dekat poster IU, memandang Jungkook yang duduk di tepi tempat tidurnya.
“Ya. Aku sangat menyukainya. Aku penggemarnya dari dulu.”
“Kenapa kau menyukai IU? Kan banyak penyanyi perempuan lain.”
Tersenyum sejenak, si Jeon itu lantas berkata, “Aku tahu. Tapi, telingaku lebih nyaman mendengar suara IU dibanding suara penyanyi wanita lainnya. IU juga cantik. Dia kesayangan Korea. Nation’s sweetheart. Sebagai penduduk Korea, aku juga harus menyayanginya, bukan?”
Waktu itu, meski merasa agak sedikit—aku bersumpah hanya sedikit—cemburu, aku mengangguk-anggukkan kepala, paham, sebagai respon. Halo, Jeon Jungkook? Aku juga penduduk Korea, tapi tidak sebegitunya menyayangi IU. Huh!
“Onet?”
Aku berseru heran saat kuhampiri priaku. Alih-alih mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya, ia malah bermain game. Di layar laptopnya terpampang sekian kotak yang dipermukaannya terdapat gambar pokemon-pokemon.
“Pekerjaanku sudah selesai,” priaku menyahut dengan mata yang fokus pada monitor. Kursor di layar bergerak ke sana-sini setiap Jungkook menggerakkan mouse di sisi kanannya. Dia tampak kesusahan menemukan dua balok dengan gambar pokemon yang serupa.
“Ya! Apa yang kau lakukan di situ? Jangan berdiri saja,” tegurnya. “Duduk di sini,” dia menepuk bagian kosong dari kursinya yang berada di antara kedua pahanya, “dan bantu aku mencari. Aku selalu gagal sejak tadi.”
Kuturuti perkataannya. Aku telah duduk di depannya, di antara kedua pahanya. Tubuhku yang mungil sama sekali tidak menghalanginya memandang layar sebab ya, dia lebih besar dariku. Malah, ia menyandarkan dagunya di bahu kiriku.
“Ini lho.” Aku bersuara di antara lagu Good Day milik IU yang terdengar.
Sementara tangan kanannya sibuk menggerakkan mouse, mengeklik sepasang balok dengan gambar yang kutunjuk, tangan kirinya juga sibuk di balik kausku. Please, laki-laki ini mencari kesempatan dalam kesempitan saja.
“Memainkan dua game dalam satu waktu, huh?” Aku menyindir.
Ada kekehan samar yang tertangkap oleh indra pendengaranku.
Dasar mesum!
Aku masih membantu priaku mencari balok-balok dengan gambar yang serupa. Sayup-sayup, ia ikut menyanyikan lagu Good Day yang masih terdengar. Demi apa, dia masih hapal liriknya, padahal lagu lama.
“Kau masih menyukai IU?” Kali ini, aku iseng bertanya.
“Uh-hum.”
“Masih menyayanginya juga?”
“Iyap.”
“Kau lebih sayang IU atau aku?”
“Hei! Hei! Apa maksudmu mengajukan pertanyaan seperti itu?”
“Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya saja,” balasku. “Lalu, apa jawabanmu?”
“Kau masih membutuhkan jawaban untuk sebuah pertanyaan yang sudah sangat jelas jawabannya?”
“Jelas apanya?” Aku mulai sewot.
“Ya! Kalau aku lebih sayang IU, aku pasti masih bujangan saat ini, kau tahu?”
Lagu Good Day IU baru saja habis, lantas sepersekian detik kemudian, lagu selanjutnya terdengar. Dan entah kebetulan, entah Jungkook yang menyetel lagu itu tanpa sepengetahuanku, lagu yang berikutnya memenuhi seluruh penjuru kamar adalah lagu IU yang berjudul Loving You. Lantas, priaku menyanyikan lirik lagu itu.
“Loving you is easy because you’re beautiful. Making love with you is all I want to do.”
Lirik barusan seperti mendukung penjelasan yang ia tuturkan padaku.
“Tentu saja aku lebih sayang kamu.”
Dan Jungkook mencium pipi kiriku manja, penuh sayang.
-THE END-
Selamat bermalam minggu, wahai Jones :v
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarSeason kedua dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya dan Jeon Jeongsan. Highest rank #45 dalam FANFICTION - 16/03/2017