"Sayang, kau tahu teman Taya yang datang ke rumah tadi sore?"
Kita sedang berada di dalam kamar. Aku sedang tengkurap di atas tempat tidur, memintamu memijat punggungku yang terasa pegal. Sembari menikmati pijatan, aku teringat pada kejadian sore tadi. Ketika pulang dari kantor, aku menemukan Taya bersama seorang temannya di ruang tamu.
Aku tidak akan sepenasaran ini andai temannya itu perempuan—seperti yang biasanya datang ke rumah untuk belajar bersama. Namun, yang datang sore tadi itu adalah laki-laki. Dia bahkan terlalu besar untuk siswa kelas tiga sekolah dasar. Bahkan, ini bukan pertama kalinya. Kemarin, anak laki-laki itu juga datang ke rumah.
Kau yang duduk di tepi tempat tidur, menjawab, "Ya. Jung Taewoo. Kakak kelasnya di sekolah."
Kakak kelas?
Sudah kuduga.
"Dia kelas berapa? Empat? Lima? Enam?"
"Enam."
Hmm ... kalau begitu, usianya sekitar dua belas tahun, menjelang remaja.
"Anak siapa?"
"Ya, anak oranglah. Memangnya anak setan?"
Aku mendengus. "Bukan begitu. Aku cuma mau tahu siapa orang tuanya," balasku. "Ke bawah sedikit. Nah, iya, di situ. Mantap."
"Aku belum tahu siapa orang tuanya. Aku belum bicara banyak dengan anak itu tadi," kau menjawab seraya memijat bagian dekat pinggul. Terasa nyeri di bagian itu. "Memangnya, kalau kau tahu siapa orang tuanya, kenapa?"
"Tidak apa-apa. Aku cuma mau tahu. Omong-omong, kenapa dia datang lagi? Kemarin dia juga datang ke rumah."
"Kalau kau penasaran tentang anak itu, kenapa tidak kau tanyakan saja pada putrimu?" Kau menyahut. Minyak urut baru saja kau olesi lagi di punggungku, kini memijat bagian bahu. Uh, enaknya.
"Aku tidak sepenasaran itu juga. Apa salahnya, sih, kalau aku mau tahu tentang teman-teman Taya? Apalagi teman lawan jenis. Bagaimanapun, Taya itu putriku. Aku tidak mau dia dekat dengan laki-laki sembarangan. Uh, pelan-pelan. Sakit."
Aku mendengar sebuah kekehan samar. "Kau cemburu pada Jung Taewoo?"
"Cemburu apanya? Kenapa aku harus cemburu pada bocah ingusan? Lagipula, apa yang harus aku cemburui, hah?"
"Duh, sewotnya," gumammu.
"Aku sewot karena kau menuduhku yang tidak-tidak."
"Iya, iya, kau tidak cemburu pada Jung Taewoo," balasmu. "Sudah selesai."
Aku berbalik, berbaring terlentang. Aku menemukanmu masih duduk di tepi tempat tidur, menutup botol minyak urut yang tadi kau gunakan. "Menurutmu, besok anak itu akan datang lagi?"
"Mana aku tahu." Kau mengangkat kedua bahumu sekilas. "Pakai bajumu. Nanti kau masuk angin," titahmu, kemudian berdiri dari tempat tidur.
Kuambil baju kaus yang tadi kulepaskan dari tubuhku. "Kau mau ke mana?" tanyaku begitu melihatmu melangkah menuju pintu.
"Menonton!"
"Kau tidak mau menonton tubuh suamimu yang seksi ini, hah? Dada bidang dan perut sixpack?"
"Aku mau menonton drama, bukan perut sixpack."
Heol.
***
"Appa pulang~"
Keesokan harinya, aku pulang dari kantor dan ...
"Selamat sore, Ajussi."
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]
FanfictionSeason kedua dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya dan Jeon Jeongsan. Highest rank #45 dalam FANFICTION - 16/03/2017