Dedicated for yeonhwa017, author of Min Family Stories.
Take a rest, my bestie :*
Get well very soon.*
Aku, Jungkok, Taya, dan Jeongsan baru saja tiba di sebuah rumah sakit. Kemarin, Jung Hana, sahabatku sekaligus istri dari Min Yoongi, telah melahirkan anak keduanya. Aku dan Taya sudah melihat bayinya kemarin, bayi perempuan yang diberi nama Min Hyunmi. Agak mirip dengan namaku … hehehe. Mungkin Hana terinspirasi dari namaku.
Tidak begitu lama menyusuri koridor, akhirnya kami masuk ke kamar tempat Hana dirawat. Di dalam ruangan yang didominasi warna putih itu, ada Yoongi, Hyunsik, dan juga adik perempuan Yoongi, Yoonri.
“Woah, kalian datang?” Hana yang tengah duduk sembari menimang putri kecilnya, menggumam takjub. “Duh, Taya bawa apa untuk adik kecil?”
“Bukan untuk adik kecil, Imo. Ini untuk Imo biar cepat sembuh,” gadis kecilku menyahut. Parsel yang dibawanya telah diambil alih oleh adik Yoongi.
“Terima kasih, Sayang,” gumam Hana. “Ah, Jeongsan juga ikut, ya?”
“Iya. Katanya mau melihat adik kecil.”
“Mau melihat adik kecil atau mau main dengan Hyunsik Hyung?” Aku dan Hana melirik ke arah Jeongsan yang tahu-tahu telah bersama Hyunsik. Sebuah tab di tangan Hyunsik menjadi objek dua bocah laki-laki itu. Ah, dasar bocah.
“Ah, Hana Nuna, Yoongi Hyung, selamat, ya. Bayi kalian cantik sekali.” Jungkook yang berdiri di sebelahku, bersuara.
“Siapa dulu, dong, ibunya,” timpal Yoongi yang duduk di sebelah istrinya.
“Dooh,” gumamku menggoda.
Kami berempat tertawa.
Bayi yang dibungkus selimut berwarna merah muda itu terlihat tenang di dalam gendongan ibunya. Kata Hana, bayinya baru saja diberi ASI dan sekarang sedang terlelap. Ah, ya, enaknya jadi bayi, hanya makan dan tidur.“Hana-ya, boleh kugendong anakmu?”
“Tentu saja, Junmi.”
Pelan-pelan kuambil Hyunmi dari pelukan ibunya, lantas duduk di atas kursi yang baru saja diangkatkan Jungkook untukku. Bau bayi yang khas seketika menyesaki indraku. Hyunmi kecil menggeliat, mungkin tahu bahwa yang menggendongnya saat ini bukanlah ibunya.
“Ssh … Ini Junmi Imo, Sayang.”
Melihat Hyunmi kecil membuatku teringat saat aku baru saja melahirkan Taya dan Jeongsan. Dulu, mereka sangat kecil, lemah, dan tidak tahu apa-apa. Sekarang, Taya-ku sudah tumbuh menjadi kakak perempuan yang pintar. Lalu, Jeongsan-ku, hah … dia masih menjadi adik kecil yang takut pada monster—monster kelinci-babi, tepatnya. Waktu cepat sekali berlalu. Rasanya tidak sabar melihat Hyunmi kecil tumbuh menjadi seorang gadis.
“Kalian tidak berencana untuk punya anak lagi?” tanya Hana.
Aku menengok ke arah Jungkook yang berdiri di sampingku.“Kalau aku, terserah Junmi saja,” katanya.
“Loh? Kenapa ‘terserah aku?’”
“Ya, kan, kamu yang mengandung. Kamu yang membawa bayi di dalam perutmu selama sembilan bulan. Aku, kan, hanya perlu ‘menanam benih’. Beres!”
Kudengar Hana dan Yoongi tertawa.
Dih! Jungkook ini. Apa-apaan dia bicara seperti itu? Membuatku malu saja.
“Dua orang sepertinya sudah cukup, Hana-ya,” jawabku.
“Siapa tahu Jeongsan mau punya adik,” celetuk Yoongi.
Aku mendengus pelan. “Kan sudah ada Hyunmi. Hyunmi kan adiknya juga,” balasku.
“Iya, sih.”
Aku masih menimang Hyunmi ketika Yoongi telah beranjak dari sebelah Hana. Ia duduk bersama Jungkook dan kedua anakku yang tengah menikmati kue dan minuman yang dihidangkan oleh adiknya. Aku masih ingin berlama-lama menggendong si kecil, Hyunmi.
Setelah beberapa saat, Jeongsan menghampiriku. “Eomma, ayo pulang.”
“Lho? Kenapa Jeongsan mau pulang? Jeongsan, kan, belum melihat adik kecil? Ini lho adik kecilnya,” kataku.
Hanya mengintip Hyunmi sejenak, Jeongsan berkata sambil menarik-narik tanganku, “Ayo, Eomma. Jeongsan mau pulang.”
“Eh, awas dong, Sayang. Nanti adik Hyunmi jatuh. Aish! Iya, iya. Kita pulang.”
Aku berdiri dari dudukku, mengembalikan Hyunmi ke dalam dekapan ibunya, lalu memberi bayi mungil itu kecupan singkat di keningnya. “Cepat besar, ya, Hyunmi. Kalau sudah besar, nanti Imo jodohkan dengan Jeongsan Oppa.”
Hana tertawa pelan mendengar ucapanku, “Ada-ada saja kau, Junmi.”
Aku, Jungkook, Taya, dan Jeongsan lantas pamit. Jeongsan sangat menampakkan gelagat tidak betahnya di ruangan ini meski ia telah bermain game dengan Hyunsik.
Sekali lagi kami berjalan menyusuri lorong rumba sakit, kali ini menuju halaman parkir. Sembari berjalan, Jungkook memulai pembicaraan dengan melontarkan kalimat, “Aku jadi sedikit terpikir dengan ucapan Hana Nuna.”
Keningku mengernyit. “Ucapan Hana yang mana?”
“Tentang ‘tambah anak’ itu, lho.”
Well, aku mulai mencium sesuatu yang aneh di sini.“Terus?”
“Kau benar-benar hanya mau dua? Hanya Taya dan Jeongsan?”
Aku menengok ke arahnya sekilas. “Dua anak itu sudah cukup, Jeon-a.”“Bagaimana kalau Taya dan Jeongsan mau punya adik?” katanya. “Taya, Jeongsan, kalian mau punya adik lagi, tidak?”
“Tidak!” tegas Taya. “Adik Jeongsan, sudah cukup. Taya tidak mau punya dua adik. Mengganggu.”
Ya, ampun. Alasan macam apa itu, Jeon Taya?
“Kalau kau Jeongsan?”
Ish! Apa-apaan, sih?
Jagoan kecilku menggeleng. “Jeongsan juga tidak mau punya adik.”
“Kenapa?” tanya Jungkook terdengar penasaran. Sejujurnya, aku juga sama penasarannya sebab Jeongsan biasanya mengeluarkan jawaban polos dan tak terduga khas anak kecil. “Memangnya Jeongsan tidak mau punya adik bayi?”
“Tidak mau. Adik bayi sepelti monstel kecil keliput. Menyelamkan. Jeongsan tidak suka.”
Tuh, ‘kan?
Kubilang juga apa?
-THE END-
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarSeason kedua dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya dan Jeon Jeongsan. Highest rank #45 dalam FANFICTION - 16/03/2017