THE SECOND JEON JUNGKOOK

14.2K 1.1K 103
                                    

Aku bersenandung kecil sambil menepuk-nepuk pelan bokong jagoan kecilku untuk mengiringinya ke alam mimpi. Kelopak matanya pelan-pelan tertutup, meski mulutnya masih sibuk mengisap susu cokelat dari botolnya. Begitu kelopak matanya merapat, aku mengambil botol susu dari mulutnya. Kuperbaiki posisi tidurnya yang menghadap ke arahku, kemudian kembali melanjutkan tepukan-tepukan pelan di bokongnya.

Sekarang baru pukul delapan lewat tiga puluh menit. Sebenarnya, sedikit cepat dari waktu tidur Jeongsan biasanya, pukul sembilan malam. Namun, kurasa karena kegiatannya hari ini, energinya cukup terkuras. Hari ini adalah hari pertamanya mengikuti pelatihan taekwondo untuk anak-anak. Ini hasil pembicaraanku dengan ayahnya seminggu yang lalu. Jeongsan adalah anak laki-laki, dan kami berpikir bahwa cukup penting baginya untuk belajar beladiri sejak dini. Lagi pula, Jeongsan sangat antusias begitu tahu kami akan memasukkannya ke tempat latihan taekwondo.

"Nanti Jeongsan akan melawan monstel dengan julus-julus. Hyat ... hyat ..." Jeongsan bertingkah seolah sedang mengeluarkan jurus untuk mengalahkan monster.

Seperti biasa, Jeongsan akan bersemangat jika bisa melakukan sesuatu yang berkaitan dengan "mengalahkan monster".

Aku bersyukur, latihan pertama hari ini berlangsung dengan lancar. Jeongsan bisa mengikuti gerakan pelatihnya dengan baik. Ah, apa mungkin karena turunan dari ayahnya, ya? Bisa melakukan banyak hal dengan baik. Terlebih, dulu Jungkook juga pernah mengikuti pelatihan taekwondo.

Dia benar-benar mewarisi banyak hal dari ayahnya.

"Kenapa kau memandangi Jeongsan sambil senyum-senyum seperti itu?"

Kualihkan perhatianku dari Jeongsan dan kudapati Jungkook berjalan memutari tempat tidur. Ia membaringkan tubuhnya di sisi kosong di sebelah kanan Jeongsan usai menyambar ponselnya yang berada di atas meja kerjanya.

"Tidak," gumamku. "Aku hanya berpikir bahwa ... Jeongsan kadang-kadang terlihat sepertimu."

"Tentu saja begitu. Dia kan anakku," Jungkook menimpali. "Kalau dia malah terlihat seperti Seokjin Hyung atau Taehyung Hyung, itu baru mengherankan."

"Ya~!" Aku menegur. Mungkin, ia sedikit menyindir lantaran ketika pertama kali dia memperkenalkanku dengan teman-teman Bangtan-nya, aku banyak memuji Kim Seokjin dan Kim Taehyung.

"Aku benar, 'kan?" ulangnya. "Di mana-mana, buah jatuh tidak jauh dari pohon. Kalau Jeongsan tampan, itu karena aku tampan, bukan karena Seokjin Hyung dan Taehyung Hyung yang tampan."

Huu, mulai.

"Iya, iya. Aku tahu Jeongsan jadi tampan karena turunan darimu. Sekalian saja, Taya cantik karena turunan darimu juga."

"Doooh, jangan ngambek, dong, Sayang."

"Siapa yang ngambek? Dih!"

"Enghh~"

Kupikir, Jungkook akan membalas ucapanku, tetapi yang terdengar justru erangan Jeongsan. Aku lekas menepuk-nepuk kembali bokongnya, juga bersenandung pelan untuk membawanya ke dalam tidur yang lebih lelap.

"Sayang, kamu punya pulsa lebih, tidak? Aku mau transfer ke nomorku."

"Nomormu masuk masa tenggang?" Kujulurkan tanganku meraih ponsel yang berada di atas nakas di belakangku, lalu menyerahkannya pada Jungkook.

"Begitulah," Jungkook menyahut ketika menerima ponselku. "Uh, apa ini?" Tiba-tiba dia menunjukkan layar ponselku padaku. Oh, ya, foto yang kuedit saat bosan menunggu Jeongsan selesai latihan, kujadikan sebagai wallpaper.

"Hanya iseng," kataku. "Beberapa foto Jeongsan, secara tidak sengaja, mirip dengan beberapa fotomu. Aku sengaja membuatnya berdampingan dalam satu frame begitu. Banyak, kok. Masih ada di galeri kalau kau mau lihat."

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang