Ps. Jangan lupa vommentnya yaaa ^^
..
.
.
.
.❤❤❤
"Jadi, Rio gak dateng waktu anniv ke dua kemaren?"
Shilla mengangguk pelan, Pricilla bisa melihat jelas kalau saat bercerita panjang lebar tadi sepanjang itu juga Shilla menahan dirinya sendiri agar tidak menangis lagi.
Gadis itu kemudian menepuk pundak sahabatnya itu sambil tersenyum hangat, semoga saja Shilla bisa merasa lebih baik, "Rio itu orang sibuk. Lo udah tahu resikonya semenjak kita masuk kelas sebelas kan?"
Shilla mengangguk lemah lagi, "Tapi gue nggak tahu bakal separah ini."
"Kelas sebelas itu emang waktunya orang-orang sibuk sama organisasi. Apalagi Rio wakil ketos. Lo sendiri tahu kan osis sekolah kita sok sibuk, apalagi semenjak Gabriel yang ngejabat jadi ketos."
Shilla tertawa kecil mengingat kalau Gabriel adalah mantan kekasih Pricilla, dan gadis itu tampak malas sekali menyebutkan nama mantannya, "Mantan lo." Sahut Shilla kemudian.
Pricilla mencibir, "Gak usah bahas itu deh, jadi kesel sendiri gue."
Shilla terkekeh, "Padahal Gab itu cowok perfect dan idaman banget. Tapi malah lo putusin. Why Priss? Why?"
Pricilla mendengus, "Karna kebutuhan seorang wanita yang berpacaran adalah perhatian, bukan pengabaian."
Kali ini Shilla malah diam, ia teringat kalau dirinya juga berada dalam posisi yang sama seperti Pricilla saat itu.
"Apa hubungan gue juga bakal berakhir kaya gitu?"
Pricilla mengangkat bahunya, "Gue udah menduga kalau Rio lama-lama juga bakal sama kaya Gabriel. Masih satu komplotan sih. Kalau soal hubungan, keputusan ada ditangan lo."
"Kalau lo milih untuk menyerah, ya lo bakal sama kaya gue. Tapi kalau lo milih bertahan terus, ya ceritanya akan beda sama gue." Lanjutnya.
Shilla mengulum bibir dengan segala lamunan yang berada diotaknya. Sampai akhirnya Pricilla pergi meninggalkannya diruang UKS itu seorang diri.
❤❤❤
Hoamm... Shilla menguap selebar-lebarnya setelah terbangun dari ranjang UKS. Setelah Pricilla meninggalkannya tadi, Shilla memutuskan untuk menghabiskan jam pelajaran pertama yang sedang berlangsung dikelasnya itu dengan tidur diruang unit kesehatan itu.
Gadis itu merasa lebih segar saat terbangun, matanya juga sudah mengecil karna ia tadi tidur sambil mengompres matanya dengan air dingin. Syukurnya, ia jadi tidak malu untuk masuk ke kelas dan ia bisa beralasan kalau tadi ia sedang sakit.
Shilla mencoba untuk keluar UKS sambil menyematkan tasnya ke punggung, lalu secara kebetulan ia melihat Rio dari arah jauh yang akan melewatinya sebentar lagi.
Rio sedang berjalan bersama Gabriel, dan mereka terlihat membicarakan sesuatu yang tentu saja Shilla tidak akan tahu. Gadis itu sudah mengambil ancang-ancang untuk tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya.
Tapi nyatanya, kenyataan memang selalu menyakitkan, saat Shilla tersenyum sambil melambaikan tangan berniat untuk menyapanya, Rio malah terus berjalan dan melihat ke arah depan seolah tidak ada orang yang berdiri satu meter disampingnya.
Shilla mencibir, ia menurunkan tangannya lalu menatap jemarinya sendiri, "Apa gue dianggep sejenis sama tanaman?" Gadis itu menoleh pada tanaman pajangan disampingnya yang kebetulan tingginya hampir serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionShilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia sedang sangat-sangat sedih. Itupun hanya beberapa orang saja yang bisa ia perlihatkan. Bahkan, ketika diabaikan, diacuhkan, disakiti oleh kek...