Ps. Jangan lupa vommentnya ya^^
.
.
.
.
●○●
6 tahun kemudian..
"Welcome back to Indonesia. Happy Graduation!"
Seorang gadis dengan celana putih, pakaian berwarna biru langit potongan bahu sabrina itu tersenyum lebar menyambut seseorang yang ada dihadapannya. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu.
Gadis berambut panjang terurai itu sudah membawa dua bucket bunga ditangannya. Lalu ia menyerahkan bucket bunga itu pada kedua orang yang kini ada dihadapannya.
"Akhirnya kita ketemu lagi." Ucapnya pada seorang pemuda sambil memberikan satu bucket bunganya.
Satu bucket bunganya ia berikan pada gadis yang ada dibelakang pemuda itu, "Hai Shilla!" Sapanya dengan ceria.
Gadis yang disapa dengan nama 'Shilla' itu tersenyum tipis, sambil menerima bunga pemberiannya.
Ia beranjak mendekati pemuda tadi lalu mereka berjalan bersama menuju parkiran bandara itu.
"Gimana kabar orang-orang di Indonesia? Gimana kabar lo?"
Gadis itu tampak tersenyum simpul, "Banyak yang lo lewatin di Indonesia. Pertama, lo harus tahu kalau gue udah jadi designer seperti impian gue. Kedua, gue bakal buka cabang baru di Singapore. Ketiga, banyak temen SMA kita yang juga sukses."
"Oh ya? Wah! Selamat! Gabriel? Dia apa kabar?"
"Dia udah jadi dokter di rumah sakit milik keluarganya itu."
Gadis itu menyerahkan kunci mobil miliknya pada pemuda itu, agar pemuda itu yang menyetir sementara ia akan duduk disampingnya dan Shilla dibiarkan dibelakang.
Setelah di mobil, ia menoleh pada Shilla, "Shilla, kamu masih inget aku kan?"
Shilla tersenyum manis, sambil mengangguk, "Iya, Gladys."
"Pricilla gak bisa ikut jemput kalian. Katanya ada schedule yang gak bisa di cancel."
"Si Prissy gimana kabarnya?" Tanya Shilla.
Gladys tersenyum lagi, "Dia sangat rindu sama kamu."
Jawaban Gladys membuat Shilla tertawa kecil. Pembicaraan mereka terhenti sampai situ. Shilla kembali memperhatikan jalanan ibu kota tanah air kelahirannya itu. Jalanan yang sedikit asing baginya. Mungkin karena mereka sudah lama tidak di Indonesia.
"Kka, lo siap jadi pemimpin WorldTech? Gue denger, kalian kembali untuk itu."
"Hm. Memang."
Gladys melirik Shilla yang ternyata sudah tertidur, "Lalu, Shilla? Dia udah siap?"
"Dia siap. Malah, dia lebih siap dibandingkan sama gue." Jelas Cakka sambil tersenyum dengan ekspresi yang meyakinkan.
Gladys mengangguk, "Bagaimana soal kesehatannya?"
"Dia sudah sangat baik. Buktinya dia bisa lulus jadi sarjana gitu."
"Soal ingatannya? Apa itu juga udah kembali."
Cakka mengulum bibirnya, lalu menggeleng pelan, "Kata dokter, ada sesuatu yang menghambat ingatannya. Dia terlalu takut untuk mengembalikan ingatannya. Dia harus punya keberanian dan Shilla belum punya itu sampai sekarang."
"Apa yang buat dia takut sama ingatannya? Tentang kecelakaan itu?"
Cakka mengangkat bahunya, "Entahlah. Mungkin kuncinya ada di Rio. Mereka sempet bicara kayaknya. Dan mungkin, pembicaraan itu bikin Shilla sangat terluka. Jadi, hatinya, bersikeras untuk lupa sama kejadian itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionShilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia sedang sangat-sangat sedih. Itupun hanya beberapa orang saja yang bisa ia perlihatkan. Bahkan, ketika diabaikan, diacuhkan, disakiti oleh kek...