Ps. Updatenya lama gak? Gak kan yaa.. semoga part ini bikin kalian greget ya.. semoga feelnya dapet dan selamat membaca^^ jangan lupa vommentnya.
.
.
.
.❤❤❤
"Tadi sore Cakka cafe dan kita banyak ngobrol."
Pemuda dihadapannya langsung menatapnya dengan serius sambil bertanya, "Cakka? Ngobrolin apa aja?"
"Banyak. Dia juga cerita tentang kamu yang kesulitan setelah aku kecelakaan. Maaf ya..."
"Cuma itu?"
Ify mengangguk dan akhirnya pemuda itu menghela nafas dengan lega.
"Jangan pernah minta maaf." Akhirnya kata itu yang muncul setelah ia menghela nafasnya.
Ify mengangguk lagi kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak tegap pemuda disampingnya itu, "Gak ada yang pernah tahu, seberapa kangennya aku selama empat tahun gak ketemu kamu." Gumamnya dan setelah itu, sebuah kecupan mendarat dikeningnya dengan lembut.
"Oh ya, hari minggu ada acara pertunangan sepupu aku. Kamu dateng sama aku ya?"
Ify tahu, kalau ia akan mendapat jawaban anggukan hangat dari pemudanya yang membuatnya kini tersenyum lebar.
Kemudian gadis itu berjalan ke arah piano di dekat sofa mereka duduk itu, dan memainkan fur elise yang menenangkan. Pemuda tadi masih diam sambil tersenyum disampingnya, tapi kemudian ia menghampiri gadisnya dan ikut duduk bersamanya.
"Sekarang gantian aku." Ucap pemuda itu untuk meminta mengambil alih tuts-tuts piano itu. Lalu ia memainkan sebuah musik asing, yang mungkin hanya mereka berdua yang tahu.
Musik dengan alunan indah, buatan pemuda itu beberapa tahun lalu. Musik yang diciptakan dengan begitu romantis, yang ia beri judul Per Amore.
Ify sudah lama sekali tidak mendengarnya, sehingga ia menatap pemuda itu lekat dengan mata yang berbinar.
Dan pemuda itu tidak menyadari sampai ia selesai memainkannya, kalau gadisnya meneteskan airmata. "Kenapa nangis?"
Ify menggeleng sambi sedikit tertawa, kemudian tangan pemuda itu langsung menghapus airmata yang mengalir diwajahnya, namun kemudian tangannya bergerak ke arah tengkuk gadis itu, tanpa kata ia menempelkan bibirnya ke bibir ranum gadis itu dengan lembut.
❤❤❤
Malam yang panjang. Entah kenapa Shilla berpikir seperti itu. Karna semalaman ini ia tidak tahu harus melakukan apa, karna belajar pun rasanya ia malas dan tidak bisa konsentrasi. Ia juga mencoba menelepon Rio tapi tak kunjung diangkat. Shilla hanya mencoba mengerti kalau Rio pasti sedang belajar. Toh, Rio memang cinta sekali dengan buku-buku pelajaran dibandingkan dengan dirinya.
Tapi sepengertian-pengertiannya, Shilla tetap saja kesal, karna setidaknya Rio harus membalas pesannya. Karna sejak pulang sekolah, sampai sekarang sudah pukul jam sepuluh malam Rio juga belum menghubunginya. Shilla tidak tahu harus berbuat apa jika ia sudah sangat merindukan pemudanya seperti ini.
Akhirnya, Shilla hanya bisa memainkan ponselnya dan mengupload sesuatu ke instagram miliknya. Ia memfoto sebuah jendela, dari ruang kamarnya yang gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionShilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia sedang sangat-sangat sedih. Itupun hanya beberapa orang saja yang bisa ia perlihatkan. Bahkan, ketika diabaikan, diacuhkan, disakiti oleh kek...