Ps. Maaf ya sedikit lama updatenya. Jgn lupa vommentnya sperti biasa. Thanks. Happy reading^^
.
.◎○◎
"Tidak. Aku sibuk."
Gladys tersenyum tipis, ia mengerti kalau Shilla masih kecewa. Atau memang Shilla benar-benar sedang sibuk. Lagipula, Shilla sekarang menjabat sebagai CEO kan?
"Baiklah. Tapi kalau kamu tidak sibuk dan ingin bertemu dengannya. Hubungi saja ini." Gladys memberikan kartu nama milik Cakka. Ya, itu nomor baru Cakka yang belum Shilla miliki.
Gladys tersenyum lagi lalu melangkah mundur dari meja Shilla, "Aku pamit dulu ya." Lalu ia melangkah pergi.
Sekarang tersisa dirinya sendiri diruangan itu. Shilla menatap kartu berwarna putih yang diletakkan Gladys dimejanya itu dengan nanar.
"Aku harus apa?" gumamnya sendiri sambil meraih kartu tersebut. Ia tersenyum dengan miris.
◎○◎
Rio mengetuk meja dengan jemarinya pelan sambil menunggu seseorang yang -katanya ingin menemuinya siang ini. Rio juga tidak menolak, karena ia rasa ini pertemuan yang penting. Rio juga sudah mempunyai banyak pertanyaan dikepalanya.
Pemuda berkemeja biru yang ditunggunya akhirnya datang juga. Ia duduk, lalu menatap Rio, "Lo sudah lama disini?"
Rio menggeleng, "Tidak. Ada apa lo ngajak gue kesini?"
Pemuda itu menghela nafas sebelum benar-benar membicarakan topik pertemuan ini, "Gue cuma mau bilang terimakasih."
"Soal?"
"Malam itu."
Rio memanggutkan kepalanya, "Ah, itu." Lalu menyeruput kopi miliknya.
"Shilla nolak untuk ketemu gue."
"Itu pasti."
Pemuda yang bernama Cakka itu tersenyum tipis, "Shilla benci sama gue?"
"Dia nggak pernah bisa benci sama lo."
"Tapi dia nolak untuk ketemu gue."
"Mungkin dia belum siap. Selama enam bulan dia harus hidup sendiri, tanpa ada elo yang jadi pahlawannya."
Cakka mencibir, "Gue bukan pahlawan."
"Kelihatannya begitu.. selama ini."
"Lo cemburu?"
Rio langsung mengarahkan pandangannya ke arah lain, "Mana mungkin." Gumamnya.
Cakka tertawa kecil, "Tidak salah lagi." Tuturnya.
"Jangan tertawa. Kita jadi terlihat sangat dekat. Lo bukan teman gue lagi." Sahut Rio kemudian dan menghabiskan sisa kopinya.
Cakka kali ini menahan tawanya sambil mengangguk, "Ah benar."
❤❤❤
Hari ini juga Cakka berniat untuk menemui ayahnya. Siap atau tidak, ia harus siap. Dan sekarang Cakka sudah berada di depan rumahnya, setelah memencet tombol bel, ia hanya tinggal menunggu saja.
Tak lama seorang pelayan rumahnya keluar untuk membukakan pintu, ia nampak terkejut dan tersenyum lebar saat mengetahui kalau yang ada dihadapannya itu adalah tuan mudanya, Cakka.
"Tuan? Ah silahkan masuk.."
Cakka tersenyum canggung, "Apa Papa ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionShilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia sedang sangat-sangat sedih. Itupun hanya beberapa orang saja yang bisa ia perlihatkan. Bahkan, ketika diabaikan, diacuhkan, disakiti oleh kek...