Mine - 12

2.8K 189 14
                                    

Ps. Ini wordnya udh aku tambahin yya jd jangan ngeluh masih singkat aja wkwk. Jangan lupa vommentnya.
.
.
.

●○●

CAKKA melepaskan pelukan Shilla dengan perlahan sambil memberikan senyum simpulnya. Ia meraih puncak kepala Shilla, memperbaiki rambut gadis itu yang sedikit acak-acakan dengan menyisir rambut gadis itu menggunakan jemari tangannya. Lalu ia menyematkan rambut gadis itu ke belakang telinganya.

"Sesulit apapun hidup lo, sesakit apapun kenyataannya, gue akan selalu disamping lo. Bersama lo. Kita hadapinya sama-sama ya?"

Shilla hanya menatap Cakka dengan tatapan kosong, itu terjadi beberapa detik sampai seorang wanita masuk ke dalam ruang keluarga itu sambil berlari kecil, kemudian begitu ia menemukan Shilla, ia langsung memeluknya.

"Mama?"

Wanita itu memeluk Shilla dengan erat, ia sangat tahu bagaimana Shilla sangat dekat dengan ayahnya. Shilla pasti akan sangat terpukul dengan kenyataan ini. Tapi wanita itu tidak bisa berkata apapun, ia hanya bisa memeluk Shilla yang bahkan tidak menangis seperti yang ada dibayangannya.

Sementara Cakka, tersenyum melihatnya. Ia juga tersenyum tipis pada pria yang datang bersama wanita itu. Pria itu adalah suami dari Ibunya Shilla sekarang.

"Bi, Tante, Om.. Cakka ke depan dulu ya?" Setelah mendapat anggukan dari ketiganya, Cakka langsung meninggalkan ruangan itu.

Setelah satu jam Shilla masih berada di dalam, kini gadis itu keluar bersama Ibunya. Dengan langkah gontai, gadis itu mendekat dan ikut duduk bersama. Ia duduk tepat di sebelah Cakka. Gadis itu masih belum menangis, entah kenapa itu membuat Cakka sedih.

Walaupun Shilla sudah melihat kenyataannya. Ayahnya sudah terbaring kaku dihadapannya. Ia masih tidak menangis. Gadis itu, hanya menatap Ayahnya dengan tatapan kosong. Tak ada airmata yang keluar. Bahkan bendungan air dipelupuk matanya saja tidak ada.

Cakka menoleh, kini ia malah melihat Shilla sedang sibuk dengan ponselnya walau tatapannya masih saja kosong. Cakka sendiri tidak mengerti apa yang Shilla lakukan dengan ponselnya itu.

Berkali-kali ia melihat Shilla mengetik, tapi entah untuk apa.

Gadis itu menyandarkan punggungnya, melipat kakinya ke depan dada, menatap ke depan dengan kosong, tapi tangan terus bergerak tanpa henti.

"Menangislah Shilla!" Ibunya yang ada disampingnya semakin khawatir dengan Shilla yang tidak menangis sedikitpun. Wanita itu saja sudah menangis terisak karena melihat anaknya seperti itu. "Jangan menahannya!" Katanya lagi sambil mengguncangkan tubuh Shilla.

Tapi Shilla tetap tidak menangis.

❤❤❤

Rio aku butuh kamu.

Rio aku butuh kamu.

Rio aku butuh kamu.

Where are u now?

I need you now

Rio aku butuh kamu.

Aku butuh kamu.

Aku butuh kamu sekarang.

Rio kamu dimana?

Rio aku butuh kamu.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang