Ps. Jujur aku suka kalo ada yang komentar. Apapun itu..karena yang komentar udah pasti baca. Soalnya kalo vote bisa asal kasih tanpa d
dibaca, dan kalo komen kan aku jadi tahu yang mana yang harus dikoreksi dan aku juga bisa tahu tanggapan/perasaan kalian setelah baca. Jadi kalau bisa jangan vote doang yaa^^ thx.. silahkan membaca
⬇
⬇
⬇❤❤❤
"Aku nggak mau pulang, Rio!" Shilla terus mengatakan tidak mau pulang sepanjang perjalanan itu, tapi Rio tetap melajukan mobilnya tanpa menghiraukan perkataan Shilla.
Sampai akhirnya, saat dimana mobil Rio berhenti didepan rumahnya, Shilla meneteskan airmata dan mengangguk pelan, "Oke, aku pulang." Ia langsung membuka pintu mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Sebenarnya Rio bisa saja mengizinkan Shilla untuk ikut kesana, asalkan gadis itu tidak seperti tadi. Kalau saja Shilla datang dan meminta ikut dengannya, Rio juga tidak mungkin menolak Shilla didepan teman-temannya. Kalau begini? Rio merasa Shilla tidak menghargainya.
Begitu ia memastikan Shilla masuk kerumah, Rio memutarbalikkan mobilnya dan melaju kembali ke arah sekolah pelita dengan kecepatan yang sama.
Tidak sampai dua puluh menit, ia sudah kembali dan sudah ikut duduk di dekat teman-temannya.
"Kemana aja lo? Lama banget.. untung lo dateng tepat, soalnya udah mau dimulai." Tutur Alvin sambil mengikat tali sepatunya.
Rio hanya diam sambil mempersiapkan dirinya dengan memakai sepatu basketnya, sementara Cakka terlihat sibuk memainkan ponselnya.
"Kok gak diangkat sih.."
"Telepon siapa?" Tanya Rio
Cakka menoleh, "Shilla. Coba lo yang telepon, mungkin diangkat. Soalnya tadi dia nitip pesan kalau udah mau mulai pertandingannya kabarin dia."
"Shilla udah pulang." Jawab Rio singkat.
"Hah? Kapan?"
"Tadi. Jadi gak perlu di telepon." Jawab Rio lagi lalu tak lama nama tim sekolah mereka dipanggil dan harus segera memasuki area lapangan.
❤❤❤
Sejujurnya, Shilla tahu kalau pria yang sempurna dan super romantis hanya ada di cerita fiksi. Karena pada kenyataannya, pria hanya manis diawal dan semakin lama mereka akan semakin brengsek. Benarkan?
Pria lebih gampang jenuh, bosan, dan juga gampang tergoda oleh wanita. Mereka juga cenderung berbicara dengan nada sangat tinggi ketika sedang emosi dan sulit sekali mengontrolnya. Mereka egois dan hanya ingin dimengerti tapi tidak ingin mengerti pasangannya.
Bertengkar. Baikan. Bertengkar. Baikan. Shilla tidak tahu kenapa mereka selalu seperti itu. Rio juga kadang lembut dan kadang membentak, ia masih tidak mengerti kenapa dirinya masih sangat ingin mempertahankan hubungan dengan orang macam Rio itu.
Sejak pulang sekolah tadi, Shilla masih terbaring asal ditempat tidurnya. Tapi ia masih terjaga, tak sekalipun matanya terpejam dan berniat untuk tidur.
Gadis itu juga sesekali mengecek ponsel yang berada dalam genggamannya itu, berharap jika ada satu pesan saja yang Rio kirimkan untuknya. Permintaan maaf ataupun hal lain yang bisa menenangkan Shilla. Tapi nyatanya sudah tiga jam, tak ada satupun pesan masuk ke ponselnya.
Cakka
Sekarang ponselnya bergetar dan nama itu menguasai layar ponselnya, ah ada apa Cakka menghubunginya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionShilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia sedang sangat-sangat sedih. Itupun hanya beberapa orang saja yang bisa ia perlihatkan. Bahkan, ketika diabaikan, diacuhkan, disakiti oleh kek...