"Lil!""Lily!"
"Lily Andromeda Hunthington!"
Teriakan keras Leah bergema di setiap sudut kantin sekolah.
Semua murid menatap Leah kesal dan sinis.
"Apa apa Leah?! Kenapa kau berteriak?!" balas Lily sambil mendelik pada Leah.
"Ya itu karena kau melamun. Apa yang kau pikirkan?" tanya Ruby.
"Eh? Ruby, sejak kapan kau disini?"
"Oh my fuckin' God! Aku sudah ada disini dari setengah jam yang lalu!" Ruby menatap Lily gemas, berniat mencubit pipi temannya itu kuat-kuat.
"Itu makanya. Jangan melamun terus! Sepulang sekolah kami mau ke Cafe yang baru dibuka, kau mau ikut?"
"Eh, sepertinya aku tak jadi ikut. Aku berniat mendekam di tempat tidurku." ucap Lily menerawang.
"Ya sudah, bye Lily! "
*****
"Lil! Kau yakin tak mau ikut?" ucap Leah sambil nyengir.
"Oh, God! Tidak Leah! Sudah, pergi sana! " ucap Lily sewot.
"Iya, iya. Aku pergi. Dasar cerewet." ucap Leah sambil nyengir, meninggalkan Lily yang masih memelototinya.
Tiba-tiba, sebuah surat jatuh tepat di depan sepatu Lily. Gadis itu pun memungut surat itu.
Sejenak gadis itu mengamati surat berwarna hitam itu. Akhirnya surat itu pun terbuka menampilkan deretan kata yang ditulis dengan tinta tebal berwarna merah.Remember me Princess?
Tiga kata itu sukses membuat tubuh Lily membeku.
Mungkin bagi orang lain itu hanya lelucon atau surat biasa. Tapi, bagi Lily ini lebih dari sekadar lelucon, karena ini juga menyangkut masa lalunya.
Hanya ada satu orang yang memanggilnya princess.
Dia kembali.
Lily menyentuh tinta merah itu. Tatapannya terpaku pada jarinya yang basah oleh cairan merah itu.
Gadis itu pucat seketika. Tapi, merasa bahwa pemikirannya belum pasti, gadis itu menghirup aroma tinta itu. Perlahan, manik birunya membelalak.Ini bukan tinta. Ini darah.
Kumohon, selamatkan aku.
Ayah,.. Ibu,.. Aku takut...
Dengan tubuh gemetar, Lily membuang surat itu sambil menahan tangis. Ia menutup lokernya dengan kasar, membuat banyak murid menatap kesal padanya, tapi kali ini ia sama sekali tak mempedulikan hal itu lagi.
Dengan gemetar Lily menelpon seseorang.
"Halo, Alaric. Biss-sa t-ttolong jemput aku di sekolah? " ucap Lily terbata-bata.
"......."
"Thanks." balas Lily dengan napas tercekat.
Lily menutup telepon dan segera menuju gerbang sekolah, menunggu Alaric dengan gelisah.
Tak lama kemudian, Alaric datang dengan sorot mata cemas sekaligus sedih.
"Lily, kau tak apa?" tanya Alaric sambil memeluk tubuh mungil Lily.
"Dia datang. Dia kembali, Alaric. Aku takut." ucap gadis itu sambil menangis.
"Tenanglah, ada aku di sini. Jangan takut." balas Alaric sambil mencium puncak kepala Lily.
"Thanks Al." ucap Lily sambil tersenyum, membuat Alaric mempererat pelukannya.
Tanpa diketahui, sepasang mata setajam elang menatap si lelaki penuh kebencian lalu menyeringai jahat.
Let's start this game.
*****
Thanks for reading!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Admirer ✔
Romance= Dark Romance = Lily, gadis bertubuh mungil dengan kehidupan yang serba sempurna. Tapi, kehidupan yang sempurna itu berubah menjadi malapetaka. Lily melihat langsung pembantaian orang tuanya yang membuatnya terguncang. Siapa sebenarnya pembunuh ora...