17. Happy Birthday!

20.2K 972 361
                                    


Beberapa tahun kemudian.

Wanita berambut biru itu tersenyum menyambut makhluk mungil yang berlari kecil ke arahnya.

Tapi kenyataan berkata lain,
bocah berambut hitam itu malah terjatuh hingga lutut serta lengannya kecet karena menggerus tanah.

Semua ini tak luput dari pandangan Lucien hingga membuatnya menghela nafas kesal. Dirinya sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi setelahnya, maka dari itu ia segera beranjak pergi.

Tapi memang nasib buruk selalu menghantuinya karena di detik berikutnya Lily sudah meneriakkan namanya keras-keras diiringi dengan ledakan tangis yang membuatnya muak. Mau tak mau, Lucien berbalik menatap Lily dengan tatapan kesal.

"Lucien, bantu aku, Drexel terjatuh!"

Untuk kesekian kalinya, Lucien berusaha meredam amarahnya dan menghampiri wanita pujaannya itu.

"Apa?" tanya Lucien dingin.

Lily menatap Lucien seolah dia makhluk paling aneh yang pernah ia temui.

"Apa maksudmu dengan 'apa'?" Kening wanita itu berkerut melihat tingkah aneh Lucien.

Lucien tak menjawab tapi menatap geram makhluk mungil yang sedang memeluk tubuh kecil Lily dengan erat. Seolah merasakan tatapan tajam Lucien yang terarah padanya, bocah kecil itu balas menyeringai pada Lucien hingga membuat lelaki itu geram setengah mati.

"Mommy, gendong." ucap bocah lelaki itu manja sambil menarik-narik ujung dress Lily.

"Dia bisa berjalan,kakinya tidak patah. Jangan terlalu memanjakannya." sinis Lucien.

"Lucien, kau itu kenapa?" ketus Lily, jelas ia tak mengerti apa yang dipikirkan lelaki dihadapannya ini.

"Aku bilang, kakinya tidak patah!Kalaupun kakinya patah, aku tak akan membiarkan kutu kecil ini dekat-dekat denganmu!" teriak Lucien murka.

Lily terlonjak kaget mendengar teriakan Lucien, tubuh kecilnya mulai bergetar takut.

Ekspresi marah Lucien langsung berganti menjadi raut penyesalan melihat Lily bergetar ketakutan.

"Maafkan aku." ucap Lucien sambil bergerak mendekati Lily,bermaksud memeluk tubuh kecil itu. Tapi langkah Lucien terhenti, Lily dengan panik langsung menggendong Drexel dan berlari meninggalkan Lucien.

Drexel memberi Lucien tatapan mengejek seolah menunjukkan kemenangannya atas ayahnya itu. Lucien terdiam di tempatnya, menatap punggung kecil yang perlahan menjauh. Tangannya terkepal erat diikuti dengan bahunya yang bergoncang hebat mewakili kemarahannya yang tak terkira. Ia bukan hanya marah. Ia murka!

Dan orang yang membuatnya murka akan merasakan akibatnya.

*****


"Kita perlu bicara." ucap keduanya secara bersamaan.

Setelah itu, keheningan kembali melanda mereka berdua. Baik Lucien maupun Lily saling bertatapan lalu membuang muka.

"Kau duluan." ucap Lucien tenang.

"Kau saja." balas Lily pelan.

Lama tak ada pergerakan diantara keduanya hingga akhirnya Lucien bergerak secara tiba-tiba dan memeluk Lily erat hingga membuat wanita bermata biru itu terlonjak kaget.

"Maafkan aku." ucap Lucien tulus, mengeratkan pelukannya di pinggang kecil itu. Hidungnya menghirup pelan aroma Lily, berusaha menyimpannya dalam benaknya.

Tubuh Lily menegang tapi perlahan lengan kecilnya balas memeluk lelaki itu semampunya. Dia masih berusaha menyatukan kedua tangannya agar bisa memeluk seluruh pinggang Lucien, tapi berakhir dengan dengusan kesal sekaligus pasrah karena tak berhasil sama sekali.

Psycho Admirer ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang