16. Ti Amo

15.1K 969 84
                                    


So you brought out the best of me
A part of me I've never seen
You took my soul
and wiped it clean
Our love was made for movie screens

But if you love me
Why'd you leave me?
Take my body
Take my body

🎶All I want_Kodaline

--------------------------------------------------

Keheningan menyelimuti kedua makhluk yang baru saja mengalami kejadian spektakuler dalam sejarah hidup mereka.
Hanya suara deru mesin serta hembusan nafas yang menemani kedua orang itu selama perjalanan.

Si gadis menatap lurus ke depan, seolah-olah fokus pada jalanan yang akan di tempuh.
Padahal jika diperhatikan mata biru itu hanya sekedar menatap kosong, tanpa emosi ataupun jiwa.

Tak jauh berbeda dengan gadis itu, lelaki disampingnya tampak diam seribu bahasa, bibirnya menekuk ke dalam dan menipis,
menandakan bahwa ia sedang menahan keinginan untuk mengeluarkan apapun dari mulutnya. Baik itu ucapan, helaan nafas, makian maupun isak tangis yang mengancam untuk dilepaskan.

Lucien memegang erat kemudi mobil. Terlalu besar keinginannya untuk menghancurkan segala sesuatu yang tampak di depan matanya.

Setelah sekian lama mencengkram erat stir mobil, ia menghembuskan napas perlahan bersamaan dengan terdengarnya suara pelan yang bergetar.
Cengkramannya mengendur, iris gelapnya meredup kala mendengar isak tangis yang berasal dari orang di sampingnya.

Tangisan gadis itu semakin kuat seiring dengan bahu kecilnya yang bergetar pelan. Lucien menutup matanya lalu menghirup nafas dalam-dalam.

Mendengar tangisan gadis di sebelahnya semakin parah,
Lucien segera mempercepat laju mobilnya. Kali ini Tuhan berpihak padanya.
Ya, kalau kehilangan harapanmu satu-satunya dan melihat orang yang kau cintai menangis bisa disebut kebaikan Tuhan.

Suara mesin tak lagi terdengar,
digantikan oleh isakan pilu dari sang gadis. Jari-jari kecilnya sekarang bersarang di mulutnya,
seolah berusaha menahan tangisannya yang ingin meledak. Ia menggigit jarinya lebih kuat,
guna meredam isakannya sendiri.

Semua ini disaksikan Lucien dengan raut wajah kesakitan. Setiap kali pundak gadis itu berguncang, Lucien merasakan matanya memanas dan mengutuki dirinya sendiri serta kebodohannya.

"Hentikan."

Suara itu bergetar, terlalu banyak emosi yang bercampur di dalamnya.

"Kumohon, hentikan." Kali ini suara itu kelewat pelan dan lemah, terkesan memohon ampun pada yang mendengarnya.

Tapi, sang gadis makin terisak mendengar suara lemah itu. Seolah mendengar suara itu membuatnya semakin terpuruk.

"Kumohon, hentikan! Hentikan!Hentikan!" teriak lelaki berambut gelap itu histeris, kedua tangannya menutup telinganya erat-erat, tubuhnya bergetar disetiap helaan nafasnya.
Mata yang biasanya menatap tajam siapapun itu sekarang terhalang oleh kelopak yang menutupnya.

Lily menatap lelaki disampingnya yang berteriak pilu sekaligus tersiksa.

"Kumohon, jangan lakukan ini padaku. Kumohon, hentikan tangisanmu itu." Lucien menunduk dalam, membiarkan air matanya jatuh membentuk lingkaran-lingkaran gelap di celananya.

"Maaf, maaf, maaf. Seharusnya dia tak mati. Seharusnya begitu." ucap Lucien bergetar, tangannya dengan brutal memukul stir mobil, seolah menyalurkan segala emosinya pada benda tak bersalah itu.

Psycho Admirer ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang