DOR!!Bunyi letusan peluru bergema memenuhi ruangan, menimbulkan getaran aneh bagi siapapun yang mendengarnya. Ruangan mendadak sunyi menyisakan gadis yang berlumuran darah di lantai. Mata birunya menatap tak percaya orang dihadapannya, raut kesakitan serta kekecewaan jelas terpatri di wajah kecilnya.
"Lily!" teriak Lucien panik, berlari menghampiri gadis malang itu. Sepatunya menapaki lantai dengan kasar dan tergesa-gesa. Mata hitamnya menatap panik gadis dihadapannya, gurat kecemasan mendominasi wajah tampannya.
"L-lucien.. S-ssakit.. " ucapnya pelan, setetes air mata membasahi pipi putihnya. Mata birunya memancarkan kesakitan, tangannya mulai ternodai oleh darahnya sendiri.
Blaze menurunkan pistolnya dengan gerakan lambat, menatap Lily datar, tanpa emosi.
"Gadis bodoh." ucap Blaze dengan senyuman mengejek.
"Apa yang kau lakukan, sialan?!" bentak Lucien sambil menatap tajam Blaze yang memasang wajah tanpa dosa.
"Woah, woah. Santai adikku, ini belum seberapa de-"
"Diam kau keparat!" bentak Lucien murka, mata hitamnya berkabut karena amarah yang mendominasinya.
"K-kkenapa?" ucap gadis itu dengan suara bergetar, tak bisa menampik rasa kecewa yang perlahan menjalarinya. Matanya menatap Blaze, seolah menuntut penjelasan dari lelaki itu.
"Kenapa?! Kau tanya kenapa?! Kau bodoh atau apa? Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi dengan keparat terkutuk ini?! Kau pikir aku takkan membunuhmu?!" balas Blaze dengan tatapan muak.
"Tutup mulut sampahmu Blaze!" Kali ini Lucien tak dapat menahan emosinya, rasanya ingin sekali ia mengoyak mulut sialan itu.
"Diamlah Lucien. Aku tak menyuruhmu bicara." balas Blaze sinis, kesal dengan adiknya itu.
"Kau bilang kau mencintaiku." pekik Lily dengan suara pelan.
"Cinta? Kau bilang cinta?!" ucap Blaze lantang, tapi dalam sepersekian detik berubah menjadi tawa menggelegar yang mengerikan, cukup membuat semua orang bergidik ngeri mendengarnya kecuali Lucien tentunya.
"Ckckck. Lily, Lily, kau itu naif sekali. Aku tak butuh cinta, gadis bodoh! Tadinya aku masih membutuhkanmu tapi sekarang tidak lagi."
"Apa maksudmu?" tanya Lily dengan suara bergetar, takut dengan jawaban yang akan diucapkan Blaze.
"Aku butuh kau karena adik bodohku ini mencintaimu! Sekali lagi kukatakan,dia yang mencintaimu, bukan aku, bodoh!" jelas Blaze dengan senyum yang semakin lebar.
"Alaric, bawa Lily pergi dari sini. Aku akan mengurus bajingan dan jalang ini!" perintah Lucien.
"Alaric!" Kali ini Lucien menatap tajam lelaki itu, membuat sang empunya nama menoleh.
"Wah, wah. Sepertinya adikku yang manis ini mengerti." ucap Blaze dengan senyum lebar tapi senyuman itu tak mencapai matanya sehingga terkesan mengerikan.
"ALARIC! CEPAT BODOH!" teriak Lucien dengan suara dalam. Iris hitamnya menggelap, bersamaan dengan wajahnya yang mengeras.
Alaric menghampiri Lucien dengan langkah cepat. Walaupun ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi entah kenapa ia punya firasat buruk kalau tak menuruti perintah Lucien.
"Aku arrghh... m-mmasih tak mengerti.." ucap Lily dengan nafas terputus-putus diselingi dengan erangan kesakitan yang membuat Alaric dengan tangkas menggendong gadis mungil itu.
"Pergi Alaric!"
"Lucien, aku tau kau tak takut mati. Tapi bagaimana kalau gadis impianmu itu mati, hm?" ucap Blaze dengan mata berbinar-binar, bibirnya menyunggingkan senyuman sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Admirer ✔
Romance= Dark Romance = Lily, gadis bertubuh mungil dengan kehidupan yang serba sempurna. Tapi, kehidupan yang sempurna itu berubah menjadi malapetaka. Lily melihat langsung pembantaian orang tuanya yang membuatnya terguncang. Siapa sebenarnya pembunuh ora...