"Hoi Alaric!"Seorang pria yang merasa namanya dipanggil membalikkan badannya,lalu menatap sinis makhluk di hadapannya.
"Dasar idiot! Bisakah kau jalan lebih pelan?!" ucap pria berambut merah itu sambil mengatur nafasnya yang terputus-putus, efek mengejar seperti orang kesetanan.
"Apa?" ucap Alaric tetap fokus pada ponselnya tanpa melirik orang dihadapannya.
"Tch! Perhatikan orang yang bicara denganmu, sialan!" ucap pria itu, hilang sudah niatnya untuk bicara baik-baik.
"Katakan saja apa maumu! Kau membuang waktu berhargaku dengan obrolan tak bermutu!" ucap Alaric dingin, tak sudi berlama-lama di samping pria itu.
"Kau jelas-jelas tak tau siapa yang kau hadapi sekarang! Kusarankan kau mundur saja, usahamu akan sia-sia untuk melindunginya." Terlihat jelas sorot matanya memancarkan kekhawatiran akan lawan bicaranya.
"Cih! Asal kau tau saja, aku tak akan mundur. Baik sekarang, nanti, ataupun selamanya. Kalaupun aku harus mati, akan kubuat si keparat itu menyesali perbuatannya!" ucap Alaric dengan emosi yang meluap-luap dengan tatapan yang didominasi kebencian tak terkira.
"Kau tidak tau bermain dengan siapa sekarang."
"Kau salah. Aku benar-benar tau. Karena itu, akan kubuat dia terjebak dalam permainannya sendiri.Kita lihat seberapa hebat dirinya." Alaric tersenyum misterius lalu berbalik meninggalkan lawan bicaranya.
"Bermain dengannya sama saja berjalan ke neraka. Bagi dia, nyawa itu hanya mainan. Kuharap kau berhenti, sebelum semuanya terlambat." ucap pria bersurai merah itu pasrah.
"Aku takkan menyesali keputusanku. Akan kukirim dia ke neraka nya sendiri!" ucap Alaric tegas tak terbantahkan.
'Itulah yang kutakutkan.
Karena, akulah yang akan menyesali keputusanku untuk memberitahumu tentang keparat ini, Alaric'*****
"Hoam... "
Seorang gadis berambut biru menguap untuk kesekian kalinya. Ia menatap buku yang ada dihadapannya tanpa minat. Mata birunya menyusuri setiap kata dengan seksama. Kerutan di keningnya semakin terlihat seiring dengan banyaknya kata yang dibacanya.
"Ugh! Aku tak mengerti sama sekali!" ucap Lily sambil mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan.
Sudah lama dia berkutat dengan buku dihadapannya, yang jelas-jelas tak membuahkan hasil, justru menambah beban pikirannya."Pagi Lily!" Teriakan Leah yang membahana memenuhi kelas membuat Lily menutup telinganya sekuat tenaga, berharap telinganya masih berfungsi dengan baik.
Kelas yang tadinya hening karena beberapa murid yang keluar, mendadak bising karena kedatangan Leah.
"Gila Leah! Ini sekolah bukan hutan!" desis Lily sambil mengedarkan pandangannya.
Murid-murid menatap mereka kesal, membuat Lily tersenyum minta maaf.'Lama-lama reputasiku bisa hancur' batin Lily.
Lily melayangkan tatapan kesalnya kepada Leah. Leah yang ditatap seperti itu hanya nyengir kuda dan memasang tampang 'bodo amat' yang menjadi andalannya dalam segala situasi.
Lily hanya bisa geleng kepala melihat tingkah konyol Leah. Temannya itu lebih pantas disebut pasien rumah sakit jiwa daripada pelajar. Tak jarang tingkahnya menimbulkan kesialan beruntun dalam hidup Lily. Sampai-sampai kisah hidup Lily lebih pantas dinominasikan sebagai skenario film terbaik tahun ini.
"Lily!"
"Ah, ya. Ada apa?"
"Kau tak mendengarkanku ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Admirer ✔
Romance= Dark Romance = Lily, gadis bertubuh mungil dengan kehidupan yang serba sempurna. Tapi, kehidupan yang sempurna itu berubah menjadi malapetaka. Lily melihat langsung pembantaian orang tuanya yang membuatnya terguncang. Siapa sebenarnya pembunuh ora...