"Aaarrgghhh!"Hanya teriakan kesakitan serta keputusasaan yang terdengar. Lalu, secara mendadak semuanya berubah menjadi kesunyian yang mencekam .
Kali ini kesunyian malam kembali ditemani oleh deru nafas memburu seorang lelaki yang dengan tampang tak berdosanya menancapkan pisau kesayangannya ke tubuh tak berdaya itu.
Karena tak mendapat respon yang diinginkan, akhirnya si lelaki angkat bicara.
"Hei, bangunlah! Ck, padahal aku baru saja bermain. Kenapa langsung diam? Dasar payah!" ucap lelaki tersebut dengan nada kecewa yang berlebihan, tetapi matanya menatap mayat di hadapannya dengan mata berbinar-binar.
"Oh, aku mengerti! Kau pasti kesepian." ucapnya dengan ekspresi sedih yang memuakkan. Tapi perlahan bibirnya melengkung membentuk seringai kejam.
"Itu tandanya kita harus mencari teman bermain lagi, bukan?"
Ucapan itu sama sekali tak direspon oleh siapapun. Tentu saja, karena yang tersisa di ruangan temaram itu hanyalah dirinya dan suara-suara di kepalanya.
Tawa lelaki itu bergemuruh memenuhi ruangan. Lalu, dengan mata berkilat aneh ia berteriak, "Ya! Mari kita cari!"
Ucap sang cowok dengan nada kelewat bersemangat dan senyum misterius.*****
"Huh, dasar Leah! Kenapa aku selalu ditinggal sendirian?" ucap gadis berambut biru gelap itu dengan wajah cemberut.Gadis itu menyibak tirai. Tapi, tindakan itu langsung disesalinya saat bunyi petir yang kelewat keras tiba-tiba terdengar.
"Sialan."
Hujan yang semakin deras membuat Lily bergidik ngeri membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Gadis bermata biru itu menggelengkan kepalanya. Ia menghidupkan televisi, berharap kegiatannya itu ampuh mengusir firasat buruknya.
Tetapi, yang didapatinya adalah...
'Baru-baru ini, telah ditemukan mayat seorang wanita dengan kondisi mengenaskan di bangunan kosong di jalan ****. Seluruh warga diharapkan tidak berkeliaran sendirian pada malam hari demi keselamatan. Petugas sedang-'
Lily mematikan televisi dengan bergidik ngeri. Ia tak habis pikir ada orang sekejam dan sesadis itu di bumi ini.
Saat gadis mungil itu sibuk memikirkan berita tadi, terdengar pintu rumahnya diketuk.
Lily membuka pintu takut-takut. Perlahan diambilnya tongkat baseball untuk berjaga-jaga.
Tetapi, yang didapatinya hanyalah derasnya hujan dan gelapnya malam. Tak ada seorangpun diluar.Lily pun menutup pintu rumahnya dengan perasaan kesal karena merasa dirinya ditipu dan dipermainkan oleh orang tak dikenal.
Ia pun memutuskan untuk tidur karena terlalu lelah. Lily menuju kamar tidur dan mematikan lampu, membiarkan kamarnya yang gelap dihiasi beberapa berkas cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela.
Tanpa disadari, seorang lelaki muncul dari kegelapan. Iris gelapnya menatap tubuh mungil itu dengan tatapan rindu. Tangan besar itu mengelus pipi Lily dengan lembut, membuat gadis itu bergumam tak jelas.
Perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir mungil itu lembut, kemudian beralih ke leher Lily dan membuat beberapa kissmark di sana. Tindakan lembut itu berubah menjadi menuntut saat si lelaki misterius sudah tak sanggup lagi menahan semuanya.
Lelaki itu menaiki ranjang kecil itu, membuatnya berdecit pelan saat merasakan beban tambahan. Lengan berototnya memeluk tubuh mungil Lily dengan posesif.
Lelaki berambut hitam itu mulai mencium Lily dengan lebih menuntut dan tak sabaran.
Tangan besarnya menelusup ke dalam kaos tipis Lily, membuat gadis itu terbangun dan kaget setengah mati.Lily berusaha mendorong lelaki itu yang tentu saja hanya sia-sia. Ukuran tubuh lelaki itu bahkan tiga kali lipat dari tubuhnya. Bisa dikatakan kalau lelaki itu menyerupai raksasa yang kelewat mengerikan.
"Pleas-sse, stop it...I can't breathe..." ucap Lily dengan napas terputus-putus.
Tapi, lelaki itu seakan menulikan telinganya dan sibuk menciumi leher gadis itu kuat-kuat. Hal itu tentu saja membuat Lily meringis kesakitan.
"Please..."
"Diamlah!" bentak si lelaki sambil mempererat pelukannya, membuat Lily bergetar ketakutan.
Mata birunya berkaca-kaca memperlihatkan seberapa takutnya ia sekarang. Perlahan air mata mulai membasahi pipi gadis itu."I found you, my little Princess. Shh... Don't cry." bisik lelaki itu dengan senyumannya yang mematikan.
Please...!
Please, stop..!
"Hentikan...!"
Lily terbangun dengan nafas memburu. Manik birunya menatap kamarnya yang sunyi.
'Tak ada siapapun disini.' batinnya.
"Syukurlah, cuma mimpi." ucap Lily sambil menuju kamar mandi.
Tapi, ia melihat ada yang janggal pada dirinya.
Dengan tangan gemetar, Lily menyingkirkan rambutnya dan tampaklah banyak kissmark di lehernya.Hal yang ditakutkannya terjadi.
Kali ini dirinya diingatkan dengan kenangan paling mengerikan yang ia simpan rapat-rapat.'Ya Tuhan. Kumohon, jangan Dia. Jangan Dia lagi.'
*****
Thanks for reading.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Admirer ✔
Любовные романы= Dark Romance = Lily, gadis bertubuh mungil dengan kehidupan yang serba sempurna. Tapi, kehidupan yang sempurna itu berubah menjadi malapetaka. Lily melihat langsung pembantaian orang tuanya yang membuatnya terguncang. Siapa sebenarnya pembunuh ora...