Seorang lelaki tertunduk dalam dengan posisi terikat di sebuah kursi. Sesekali ringisan lolos dari bibirnya. Matanya menatap putus asa sekelilingnya,seakan tak ada lagi pengharapan dalam hidupnya.
Tiba-tiba, pintu terbuka menimbulkan suara berdecit kasar yang membuat lelaki itu mendongak.
Seorang wanita berjalan mendekati Alaric, tak diperdulikannya wajah Alaric yang menatapnya jijik sekaligus muak.
"Mau apa kau kesini? Kalau kau mau menyiksaku, silahkan. Aku tak peduli lagi!" ucap Alaric frustasi, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.
"Tak kusangka kau selemah ini. Apa Alaric yang tangguh itu sudah mati?" ejek wanita itu lalu terkekeh pelan.
"Diamlah, jalang! Dasar pengkhianat! Membusuklah di neraka!" teriak Alaric penuh amarah.
"Simpan kutukanmu itu, sayang. Kau cuma buang-buang tenaga. " balasnya tenang.
"Aku ke sini bukan untuk berdebat. Jadi, hormati aku, dasar bocah!" ketusnya sambil mengeluarkan obat-obatan yang dibawanya.
Alaric mengernyit heran tapi sedetik kemudian menatapnya tajam.
"Aku tak butuh bantuanmu Leah!" ucap Alaric dingin.
"Dasar bodoh! Bersyukurlah aku masih berbaik hati denganmu. Aku tak ingin kau mati semudah itu. Oh tidak, kuralat, Lucien tak ingin kau mati semudah itu." ucap Leah sambil mengobati luka Alaric.
"Bajingan itu! Akan kubunuh dia! Suatu hari nanti, kau juga akan menyesali perbuatanmu!" ancam Alaric dengan tangan terkepal erat.
"Akan kutunggu hari yang indah itu." ejek Leah, senyuman remeh tersungging di bibirnya.
"Nah, selesai." Leah membereskan obat-obatan yang dibawanya dan menatap puas hasil kerjanya.
"Saranku, sebaiknya jaga mulutmu, itu hanya akan memperparah penderitaanmu.
Kalau memang kau masih berminat menyelamatkan gadismu itu." ucap Leah santai.Kepala Alaric langsung mendongak, menatap Leah lurus-lurus.
"Apa yang kalian lakukan pada Lily?! Berani-beraninya kalian me-"
"Apa Alaric? Bicaralah lebih jelas." ejek Leah dengan seringai sinisnya.
"Kalian! Lepaskan aku sekarang!Dasar keparat!" teriak Alaric murka. Dia berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya, tapi tak mengubah apapun. Tali-tali itu seakan terbuat dari baja.
"Woah, calm down, baby. Kenapa kau setegang itu?"
Senyuman licik menghiasi bibir merah Leah, menunjukkan kegembiraan tiada tara saat melihat kemarahan Alaric."Okay! Selamat bersenang-senang di tempat terkutuk ini." ucap Leah riang lalu melangkah menuju pintu keluar.
Tangannya meraih kenop pintu, tapi dihentikan oleh suara Alaric.
"Kenapa?" bisik Alaric.
"Kenapa kau lakukan ini, Leah? Kenapa kau setega itu?" ucap Lucien sedih, suaranya bergetar menahan tangis.
"Padahal dia tulus menyayangimu. Kenapa kau malah menyerahkannya pada si brengsek itu? Jawab aku Leah!" teriak Alaric pada wanita berambut pirang itu.
Leah berbalik menatap Alaric yang menatapnya sendu.
"Aku cuma mengerjakan apa yang diperintahkan. Itu tugasku. Jadi jangan berikan aku wajah memelasmu itu. Tak akan ada pengaruhnya bagiku." balas Leah dingin.
"Aku tau kau masih punya hati Leah. Aku tahu. Kau tak seperti bajingan itu! Kumohon, aku tahu kau masih menyayangi Lily. Aku tahu dari matamu, caramu melihatnya layaknya saudara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Admirer ✔
عاطفية= Dark Romance = Lily, gadis bertubuh mungil dengan kehidupan yang serba sempurna. Tapi, kehidupan yang sempurna itu berubah menjadi malapetaka. Lily melihat langsung pembantaian orang tuanya yang membuatnya terguncang. Siapa sebenarnya pembunuh ora...