じゅうご

52 4 0
                                    

Baru saja gue bisa baca novel lagi, tiba-tiba ada seseorang yang membuyarkan semuanya.

"Gea!! Lo dipanggil Bu imas di kelas sebelas IPA satu" teriak sang ketua kelas gue dari ambang pintu

Gue yang sedari tadi sedang membaca novel pun cukup terkejut dengan informasi yang baru saja diberitahu.

"Lo kenapa Ge?" Tanya Manda dengan wajah bingung namun gue hanya mengangkat bahu menandakan tidak tahu

"Yaudah gue kesana dulu deh" ucap gue lalu berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju pintu

"Perlu kita antar ga Ge?" Tanya Denira yang memberi tawaran

"Gausah, gue udah gede kali" jawab gue lalu berjalan keluar dari kelas

Gue berjalan santai melewati lorong SMP dan SMA, pas sekali untuk bisa sampai ke kelas IPA satu itu harus melewati kelas IPS satu yang berarti kelasnya kak Gio.

Gue semakin memperlambat jalan, agar gue bisa lebih lama melihat kak Gio walau hanya sekilas.

Dan YA!! Tepat sekali gue bisa melihat kak Gio dengan jelas, tapi sepertinya ada yang aneh dari kak Gio.

"What the hell, apa yang dia lakukan?!" Ucap gue dalam hati dengan bingung saat melihat apa yang kak Gio lakukan

Dalam hitungan persekian detik bencana terjadi dikelas itu karena ulah kak Gio, hampir saja gue lepas kontrol mulut gue namun gue sudah lari terlebih dahulu untuk menghindar.

Bagaimana bisa dia sejahil itu? Sampai mengikat tali ke kaki teman sekelasnya, dan tepat saat Bu Nursita memanggil anak itu, semua kursi hingga meja yang ada di belakang anak itu terbawa maju karea sudah diikat oleh kak Gio.

Semua orang menunjuk kak Gio saat Bu Nursita bertanya siapa pelakunya? Begitu juga dengan kak Lorenzo dan kak Kirana juga menunjuk kak Gio yang memang bersalah.

Dengan perasaan gusar gue berjalan melewati lorong kelas IPS, sampai akhirnya gue tiba di depan kelas IPA satu.

Gue melihat sebentar kearah dalam dan ternyata benar Bu imas sudah menunggu gue disana, begitu menyadari gue ada didepan pintu Bu imas langsung memanggil nama gue dan menyuruh gue masuk.

"Permisi Bu" ucap gue dari ambang pintu sambil tersenyum

Seluruh pasang mata yang tadinya melihat kearah kertas yang ada diatas meja kini mereka melihat kearah gue.

"Gea, syukurlah kelasmu sedang tidak ada guru. Tadi Ibu meminta ketua kelas untuk memanggilmu" kata Bu imas

Gue berjalan mendekati Bu imas yang kini sedang duduk dibangku guru.

"Memangnya Ibu ada apa manggil saya?" Tanya gue bingung

"Bisakah Ibu meminta tolong padamu? Ibu ingin pergi ke dinas sebentar sedangkan kondisi kelas saat ini sedang melaksanakan ulangan harian. Maka dari itu Ibu ingin meminta kamu untuk mengawasi kelas ini demi Ibu, bisa?" Tanya Bu imas

"Baik Bu saya akan mengawasi kelas ini" jawab gue ramah lalu Bu imas pun pergi meninggalkan kelas

Gue duduk di kursi guru sambil melihat seluruh isi yang ada dikelas itu.

Hening sekali suasana kelas hanya ada suara oret-oretan pulpen dan lembaran kertas yang dibolak balik.

"Gila!! Ini soal atau soal sihh? Susahnya berasa lagi Olympiade gue" keluh salah satu siswa laki-laki Dikelas itu sambil berteriak

Gue pun langsung melihat kearah sisa kertas soal ulangan yang ada diatas meja guru, kebetulan dimeja itu juga ada kertas HVS dan pulpen.

Gue mulai membaca soal yang tertulis disana, entah mengapa baru saja gue membaca soal itu gue langsung bisa menjawabnya. Ada sepuluh soal dan dalam waktu setengah jam gue dapat menyelesaikan soal-soal itu tanpa harus berfikir keras padahal soal yang gue kerjakan itu pelajaran kelas sebelas dan belum juga gue pelajari disekolah.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang