Rasa yang terpendam

812 40 0
                                    


Udara malam terasa menusuk sampai ke tulang Tera. Angin dingin menghembus-hembuskan nafasnya. Terdengar suara hewan malam bersahut-sahutan. Lampu terang menerangi ruangan itu.

Tera sedang berada di ruangan pribadinya yaitu ruangan tempat dimana ia menyalurkan hobbynya, melukis.

Dipandangnya suatu lukisan tubuh seorang lelaki dari belakang. Tubuh jangkung dengan body layaknya model internasional. Rambut yang agak gondrong sampai menyentuh pucuk permukaan kerahnya.

"Lo dari belakang aja udah ganteng" Tera tersenyum.

"Setiap lo megang tangan gue, jantung gue.. haha" Tera tertawa kecil seperti orang stres.

"Jantung gue berasa sampe ke perut. Deg degannya tambah kayak mesin diesel. dug dug dug.." Tera memraktekkan detak jantungnya dengan menepuk tangannya ke depan dadanya.

"Ih apaan sih! Kenapa gue baper gini ya." Tera tersenyum salah tingkah.

"Tapi dia ganteng juga kalo di lihat lihat. Orangnya juga kalem. Cuek."

"Rere.." Tera berpikir sedikit.

"Dia bilang dia masih cinta sama Rere? Tapi kemaren dia bilang dia suka sama cewek. Latian nembak? Sebenernya siapa yang dia maksud" Senyum Tera larut sedikit demi sedikit.

"Ah apaan sih ini. Kenapa mood gue jadi ga stabil sih! Apa ini udah tanggalnya gue kedatengan tamu ya" Tera buru buru mencari kalender di dinding ruangan itu.

"Tanggal 2! Ah enggak. Masih lama."

"Perasaan gue kaya di tusuk waktu dia bilang dia mau nembak perempuan lain."

"Ih apaan sih! Gue ngomong apaan coba?" Tera menepuk nepuk jidatnya.

"Hahaha tapi kenapa tiap lihat lukisan ini gue ngerasa jantung gue.." Tera senyum senyum sendiri sedari tadi.

"Tera.." Ibu Tera mengetuk pintu ruangan yang terbuka itu dan kemudian masuk.

"Eh i-ibu.." Tera berusaha menutup lukisan itu dengan tubuhnya berharap bahwa ibunya tidak melihatnya.

"Ibu lihat dari tadi kamu senyum senyum sendiri nak." goda ibunya.

"Ah ibu. Enggak. Tera biasa saja dari tadi"

"Masak?" Goda ibu Tera lagi.

"Trus itu apa yang kamu tutup tutupin?" Ibu Tera berusaha melihat sesuatu yang di tutup tutupi oleh Tera.
"A-apa? Eng-enggak ada ko."

"Coba ibu mau lihat." Tera benar benar tidak bisa menghindari keinginan ibunya.

"Laki laki?" ucap Ibunya saat melihat lukisan tersebut.

"Emmmmmmm jadi anak ibu yang cantik ini melukis lelaki pujaan hatinya yaaa"

"Ah eng-enggak kok Bu enggak! Jangan salah paham dulu, Bu. Itu hanyaa eeee.." Tera tampak kebingungan mengarang cerita.

"Uluh uluh sudah jangan mencoba membohongi Ibu. Ibu tau gerak gerik kamu kalo mau bohong. Pasti bola mata kamu gak bisa diem. Tengok ke kanan tengok ke kiri." Ibunya mempraktekkan arah tengokan bola mata Tera.

"Ah Ibuuuuu" jawab Tera salting yang kemudian di hadiahi senyuman hangat dari ibunya.

"Tera mau tanya Bu."

"Apa anakku yang cantik"

"Ibu dulu ketemu sama laki laki itu dimana?"

"Laki laki? Maksudmu?

"Ayah" Jawab Tera malas.

"Oh ayahmu. Ibu dulu bertemu di pinggir jalan."

"Hah?"

The Coolest Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang