Secercik Harapan

750 37 7
                                    

Hujan
Hujanlah yang mengerti semua
Mengerti keadaan
Dimana semua orang tengah
mencaci kedatangannya..
Namun aku percaya
Dia datang membawa kesejukan

Matahari
Mataharilah yang mengerti
Betapa rindunya hati
Betapa sakitnya jiwa ini
Menahan semua kehendak hati
Menekan keinginan
Keinginan yang ingin kuungkapkan

Bulan
Bulanlah yang menemani
Ditengah sepinya malam
Saat semua terlelap dalam setengah kematian

Pelangi
Pelangilah yang memberi warna
Warna-warni di tengah birunya langit
Menampar warna biru
Dan menghiasinya dengan penuh warna yang agung

Kaulah Pelangiku
Yang selalu mewarnai hidupku
Tak peduli meski kau jauh
Banyak yang mengatakan kau mustahil untuk ku genggam
Jangankan menggenggam
Ku gapai pun tak mungkin

Aku selalu bermimpi
Aku selalu berpikir
Bisakah aku bersamamu?
Karna nyatanya kau terlalu tinggi
Kau terlalu indah untuk ku miliki
Dan kau terlalu sempurna

Tak bolehkah aku bermimpi?
Mimpi-mimpiku yang sudah lama terpendam
Yang terlalu lama ku genggam
Meski berbagai rintangan menghadang
Aku akan berdiri kokoh menentang

Akan ku tantang awan yang berani menghalangi jalanku
Akan ku musnahkan udara yang mencoba melenyapkanmu
Dari pandanganku
Akan ku cabik-cabik burung yang berani menyentuhmu

Oh pujaan hatiku
Kaulah yang selalu ku pikirkan
Kaulah yang selalu ku dambakan
Kau juga yang selalu ada dalam ingatan

Begitulah isi sebuah kertas yang baru saja Tera dapat dari bawah pintu rumahnya. Tera membuka dan membacanya sembari tiduran di kamarnya.

Tiba-tiba

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu rumahnya kembali berbunyi. Tera langsung bergegas membukanya.

Namun alhasil. TIDAK ADA SIAPAPUN DI SANA.

"Lagi dan lagi" Batin Tera sembari celingak-celinguk mengecek siapa yang tengah mengetuk pintunya sedari tadi.

Dilihatnya ke lantai, Tera menemukan sebuah bunga mawar merah dengan sepucuk surat menggelantung di bagian tangkainya.

"Apa lagi ini?" Ucap Tera lirih sembari mengambil bunga tersebut dari lantai rumahnya.

Dan pada waktu yang sama,

"Kak Raraaaaaaa" sapa Diko, anak kecil dari tetangganya. Dia memang selalu memanggil Tera dengan sebutan Rara. Dia tidak mau memanggilnya dengan sebutan Tera. Karena baginya nama itu adalah nama yang tidak jelas.

"Iyaa" Tera membalas sapaannya.

"Kak Rara dapet bunga ya" celetuk anak kecil itu.

"Oh ini?" Tera tampak kaget dan berusaha menyembunyikannya.

"Tadi aku lihat ada kakak laki-laki ganteng di depan rumah kak Rara. Orangnya tinggiiiiiii banget" Anak tersebut mengangkat tangannya ke atas memraktekkan betapa tingginya laki-laki itu.

"Tinggi?" tanya Tera.

"Iya. Tadi dia bilang ke aku lho kak." Seketika mata Tera membulat.

"Bilang apa?"

"Katanya aku suruh diem. Oh iya. Kakak itu bilang kalo dia titip salam buat Kak Rara." ucap anak kecil itu sembari cengengesan.

"Ah kamu pasti bohong kan" Tera menggelitik pinggang Diko sampai dia terkekeh dan merasa sangat geli.

The Coolest Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang