Camping (2)

624 28 1
                                    

Haruskah aku bertanya pada angin yang berhembus?
Apa aku harus bertanya pada ranting yang patah?
Atau malah haruskah aku bertanya pada burung yang bernyanyi itu?
Entahlah,
Yang pasti semua itu tak akan mampu menjelaskan
Untuk siapa hatimu sebenarnya

____________________________________

Sreeekkk!


Terlihat kaki seseorang yang terkena lemparan makanan yang di lempar Tera di depan pintu tendanya. Tentu hanya kaki sebatas bawah lutut, karena mereka sedang berada di dalam tenda.

"Kelakuan siapa ini?" Ucapan seseorang itu yang membuat Tera dan ketiga sahabatnya mendelik dan saling berpegangan tangan kaget.

"S-siapa?" Ucap Sherel membuat Tera mendelik ketakutan.

"Yang ngelempar makanan ini, silahkan keluar!" Ucapan seorang laki-laki. Ya! Sudah jelas laki-laki. Suara beratnya itu membuat Tera ketakutan.

Chacha semakin menekan genggaman pada Tera. "Ra. Pembina kalik. Sono buruan nongol. Ntar kita malah di hukum." Bisik Chacha dengan tatapan yang horror.

"Ya-ya ta-tapi gue gak sengaja tadi, Cha." Bisik Tera menyesal.

"Apa kalian gak dengar saya tadi bilang apa? Saya bilang yang ngelempar makanan keluar!!" Laki-laki tersebut tidak mau jongkok sekalipun untuk melihat. Ia tetap saja terlihat berdiri. Gaya berbicaranya sangat asing untuk mereka ber-empat.
"Ih cepetan Ra! Lo sih buang buang makanan." Ayu mulai berbisik.

Tera menelan air ludahnya berat. "Ya tapi gue gak tau kalo bakal ketawan kakak pembina ini. Duhh gimana dong." Bisik Tera.

"Apa yang suka buang-buang makanan ini selain tidak bisa bersyukur juga tidak bisa mendengar!! Apa tidak paham dengan bahasa manusia!" Teriakan dengan suara berat itu sungguh asing dan berhasil membuat Tera dan ketiga sahabatnya semakin bergidik ngeri. Mereka mencubit secara tak sadar satu sama lain.

"Cepat keluar! Apa saya hancurin tenda ini SE-KA-RANG!" Laki-laki tersebut menekan kata sekarang dan berbicara dengan nada yang benar-benar membentak.

"Iya iya kak. Saya minta maaf kak." Tanpa basa-basi Tera melonjak dan langsung bersujud di hadapan kakak pembina tersebut saat sudah merasa kalau tendanya bergoyang. Entah apa yang di pikirkan Tera. Ia hanya memikirkan bahwa ia tak mau di ganggu dan di hukum. Karna banyak cerita bahwa semua kakak pembina ini dapat menjadi garang seketika saat mengamuk.

"Ma-maaf kak maaf. Saya tadi sedang kesal. Saya,-" Omongan Tera terhenti saat merasa bahwa sekarang ada yang sedang tertawa cekikikan.

"Kenapa!" Suara berat itu terdengar kembali. "Saya kenapa!?" Tanya laki-laki tersebut dengan nada yang tinggi.

"Sa-saya kesal, Kak. Saya tidak suka kalo,-" Omongan Tera lagi-lagi terhenti karna sadar akan apa yang akan di ucapkannya nanti malah akan membahayakan ia dan regunya.

Bodoh. Kalo gue bilang gue gak suka Rendra di sini ntar malah jadi tambah ruwet. Batinnya sembari menepuk pelan jidatnya itu.

Tera terus saja menunduk takut. Sayup-sayup terdengar kembali suara tertawa kecil. Ia melihat celana laki-laki di depannya itu bergetar saat Tera mendengar suara tertawa tersebut. Akhirnya..

"Elo!" Tera berteriak kecil saat mengetahui jika laki-laki yang tengah di mohon pengampunannya itu adalah Rendra. Gila! Monyet ini lagi! Batinnya.

"Apaan sih lo!" Tera langsung berdiri dan membersihkan tangannya yang kotor terkena tanah di rerumputan tempat ia bersujud.

Rendra hanya cekikian dan lalu melepaskan tawa besarnya. "Aaaahahahhahahahha"

The Coolest Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang