Terpukul Kenyataan

23 2 0
                                    

"Selagi kau sudi menerima dengan hati yang lapang, semuanya tidak akan terasa sakit."

____________________________________

"Tera? Ada apa, Nak? Sedari kemarin kamu tidak mau berbicara apapun. Jangankan berbicara, keluar kamar saja hanya untuk mandi. Ibu khawatir, Nak."

Suara halus yang menentramkan jiwa setiap insan itu mulai terdengar. Lagi.
Namun Tera tetap diam dalam duduk termenung di kursi pinggir jendela kamarnya.

"Tera, buka Nak. Setidaknya makan dulu."

Tok tok tok 

Ibu Tera terus berusaha membuat Tera mau keluar kamar. Ia merasa pasti ada yang tidak beres, karena ia paham jika Tera seperti ini pasti Tera sedang ada masalah yang sangat besar. Menurutnya, Tera berlaku seperti saat Tera berpisah dengan ayahnya dulu.

Ibu Tera semakin khawatir. Ia berpikir keras sebenarnya apa yang terjadi dengan anak kesayangannya itu.

Dulu terakhir dia begitu karena dia ditinggal oleh ayahnya. Lalu kenapa ini... Batin Tina yang tak lain adalah ibu Tera. 

Di sisi lain, Tera terus saja merenung. Dia sangat tidak percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ayah yang meninggalkannya bertahun-tahun lamanya tiba-tiba muncul sebagai papah Rendra?

Aaaaaaaaaaaarghh!! Teriak Tera yang kemudian ia menangis terisak. Kedua tangannya memegang kepalanya sembari menjambak pelan rambutnya.

"Tera?? Kamu kenapa, Nak? Cerita dengan ibu." Ucap ibu Tera di balik pintu dengan suara panik. Tiba tiba..

Tok tok tok .. Suara pintu depan rumah terdengar pelan. Ibu Tera menarik napas dalam-dalam dan membuangnya pelan. Lalu meninggalkan depan kamar Tera dengan ragu-ragu. Takut terjadi apa-apa dengan anak satu-satunya itu.

Tina kemudian menarik kenop pintu dengan pelan. Cahaya matahari mulai masuk dalam rumah.

Laki-laki dengan tubuh jangkung tampak berdiri di depan pintu. Tidak seperti biasa yang ia lihat. Kini raut wajahnya nampak datar. Tidak seceria setiap ia datang ke rumah.

"Nak Rendra?" Sapa Tina, ibu Tera.

Walau bibir Rendra terasa kelu, namun ia tetap berusaha untuk menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum sedikit. Lalu bersalaman sopan dan mengucapkan Assalamualaikum

"Waalaikumsalam. Silahkan masuk, Nak." Tangan Tina menarik pelan tangan Rendra mengarahkan agar masuk ke dalam rumah. Namun Rendra hanya berdiam diri di tempat sembari menahan rasa sakit hatinya.
Langkah Tina pun terhenti. Ia pun merasa bingung sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa Tera sedih seharian dan kini ia melihat Rendra juga menahan rasa sedih.

"Sebenarnya ada apa? Ada masalah apa kalian berdua? Mengapa semuanya sedih?" Tanya Tina, ibu Tera.

Mata Rendra yang sedari tadi menatap ke bawah langsung menatap wajah wanita paruh baya tersebut setelah mendengar bahwa Tera juga sedih. Namun lagi-lagi bibirnya kelu hendak mengatakan satu kata pun. Semuanya terasa kaku.

Melihat tingkah Rendra yang tidak biasa, ibu Tera pun semakin bingung.
"Kenapa, Nak? Ayo ke dalam cerita apa saja. Ibu bingung. Ibu bingung melihat anak kesayangan ibu terus saja mengurung di kamar. Ibu khawatir, Nak. Jika memang... " perkataan Tina terhenti karena Rendra sudah mulai bicara.

"Apa, Bu? Tera mengurung diri di kamar seharian?" Wajah Rendra yang semula kaku berubah menjadi panik.
Kemudian Rendra langsung menuju mobil sport merahnya itu. Mobil yang biasa ia pakai kemana-mana.
Ia tampak lama berbincang dengan seseorang di ujung sana. Di dalam mobil tepatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Coolest Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang