Small letter

733 39 3
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi semua murid kelas 10 Ipa 1. Yahhh karena ini hari Rabu, mereka kebagian pelajaran olahraga. Dan olahraga kali ini adalah lari 3,4 Km. Dimana mereka akan di catat waktu tempuhnya. Bayangkan saja. Panas panas lari larian!

Panas teriknya matahari pagi membuat semua murid yang berlari kebanjiran keringatnya sendiri. Baju bagian belakang anak laki-lakipun malahan terlihat sudah basah kuyup. Serasa ingin memerasnya. Iuh. .

"Gueeeehhh capiiiieeeekkkk" Ucap Sherel lebay sembari memegang pundak Ayu.

"Ayoooooo se-ma-ngat" Ucap Ayu patah patah dan sangat tidak bergairah.

"Bantuuu gueee jalan Raaaaaaa" ucap Chacha sembari bersender di pundak Tera.

"Sejak kapan sih nih tanjakan dibuuaaaatttt" Ucap Ayu sembari menarik baju belakang Tera.

"Siapa juga sih yang punya ide ngebuat nih tanjakan!" Ucap Chacha.

"Gak tau apa! Nyusahin orang tau gak!" Omongan Chacha semakin ngelantur.

"Dibuat turunan kek pa gimana gitu biar kita gak susah kek gini!" Chacha menggerutu tidak jelas.

"Plis deh Cha! Kalo di buat turunan, trus kita balik arah jalannya sama aja jadinya tanjakan! Bego!" Ayu mengecap jidat Chacha dengan cara menepuknya.

"Aw! Iya juga ya" Chacha terlihat Plengeh.

"Alaaaaa berat woi!" Tera menghentikan jalannya.

"Kalian tuh ya! Gak sadar apa gue diemin dari tadi!" Tera menunjukkan wajah kesalnya.

"Napas gueeehhh vrohh napas gueeehhh" Chacha semakin lemah lesu.

"Perut gue kayak ditusuk jarum. Gila rasanya ke mau dateng bulan" Sherel memegang perutnya dan menampakkan wajah nyengir.

"Jangan gondelin gueeee doooong. Tanjakan nihhhhhh"  Keluh Tera pada Chacha dan Ayu yang sedari tadi memegang pundak dan bajunya untuk bantuan berjalan.

"Bawa badan gue aja udah berat. Jangan di tambah-tambahin berat badan lo semuaaaaaaa" Tera reflek terjongkok karena tidak kuat menahan beban Ayu dan Chacha yang sedari tadi menggondelinya.

"Aaaaahhhh bodo ahhh gue mau isitirahat di sini!" Ayu langsung duduk di jalananan tanpa pikir panjang.

"Gue juga! Bodo! Mau ketabrak motor kek mobil kek ato tukang siomaypun gue rela" Ucap Chacha sembari duduk delosoran di jalan itu. Ya memang sih jalan itu tidak ramai, karena itu hanyalah sebuah jalan tanjakan yang merupakan gang ke suatu desa. Namun tetap saja sering kendaraan mondar-mandir di sekitarnya.

"Yang penting gak nengah" Jawab Sherel cuek sembari memeluk tiang listrik di sekitar jalan itu.

"Adek lelah bang" Tera mengusap keringat yang mulai berjalan menelusuri setiap inchi wajahnya.

"Ayolah semangat! Bangun lo semua! Nggak malu apa duduk duduk di jalan! Di liatin tuh sama orang orang. Kirain ngapain ntar" Sherel mencoba menarik dan membangunkan Chacha dan Ayu yang duduk di jalan itu.

"Ah apaan sih Sher!" Ayu menghempaskan tangan Sherel.

"Auk ni! Cuek aja kalek. Mau dipandangin cowok kek cewek kek nenek kek kakek kek bapak bapak sekalipun gue gapeduli!" Ucap Chacha mantep.

"Yakin? Ih itu liat Rio ada di sana" ucap Sherel heboh. Seketika Chacha berdiri dengan semangat dan langsung berpose elegan.

"Mana mana?" Tanya Chacha sembari merapikan bajunya.

"Ehem ehem" Sherel langsung berdehem.

"Siapa? Rio?" mata Ayu membulat sempurna.

"Maksud lo Si Gorio rio itu?" Tanya Tera.

The Coolest Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang