Prolog

7.3K 299 0
                                    

Sinar matahari semakin terik, membuat keringat terus mengalir. Ah bukan, itu bukan karna sinar matahari tapi karna rasa takut. Kakinya terasa berat ketika mencoba untuk menghindar.

"Lari !!! ayo cepat!!" teriakan teriakan itu semakin jelas terdengar.

Seharusnya ia sadar jika sinyal peringatan sudah jelas dikumandangkan, bahkan sebelum ia memutuskan untuk sekolah disana. Bolehkan saat ini berharap menjadi spiderman yang bisa memanjat gedung tinggi disisi jalan atau menjadi manusia super agar terhindar dari senjata senjata tajam itu.

**diabatas waktu**

Kemajuan jaman sedikit banyak ikut mempengaruhi mental anak bangsa. Apalagi bagi anak yang baru saja mengenal dunia luar bisa dibilang baru lepas dari kandang pasti akan sangat mengkhawatirkan orang tua.

"kenapa harus disana sih?" nada bicara gilang terdengar bertanya tak suka.

"SMA panca bakti kan udah terkenal" jawabnya santai.

"terkenal suka tawuran?" cibir gilang.

"kakak bicara gitu seoalah olah aku juga suka tawuran. Terserah aku mau sekolah dimana, aku gak suka orang lain mencampuri urusanku"

ia beranjak dari duduknya. Sebuah bentuk kepedulian gilang, khawatir jika nanti rumor jelek sekolah itu akan berimbas pada keselamatan adik perempuannya. Sayang, ia tak peduli bahkan pada keselamatannya sendiri.

"biarkan saja lang, dia juga diantar jemput kan" bela bunda tak ingin melihat kedua anaknya terus bertengkar. Jangan Tanya bagaimana ayah, dia lebih memilih membayar bodyguard dari pada harus dipusingkan.

**diabatas waktu**

Puluhan anak berseragam putih abu abu itu berkumpul setelahnya mereka berlari. Tangan mereka mengacungkan benda-benda tajam rotan,gir motor, ikat pinggang,batu, pisau bahkan celurit!. Mereka saling berteriak mencaci dan melukai.

Seorang anak SMA yang dipukuli terlihat pasrah, darah bercucuran. Ironisnya orang-orang yang berada disekitarnya malah berlari menjauh, toko-toko yang berada disisi jalan buru buru menutupnya. Polisi yang berada diseberang jalan hanya sibuk menelpon tak mempu menolong.

"wey !! itu anak Darma bakti!!" teriak salah seorang dari mereka yang membuat kerumunan itu berhenti dari aktivitas memukuli, melempar, berteriak dan malah beralih menatapku.

Ia terpaku, untuk pertama kali keinginannya menjadi anak SMA sirna begitu saja. Kumpulan anak brandalan itu berlari kearahnya. Padahal semua sama menggunakan seragam putih abu-abu, bagaimana mereka mengenalinya sebagai siswa darma bakti.

"Bego !! ngapain lo ikut tawuran? Lari !" salah satu dari mereka manarik lengannya, membawanya berlari secepat yang ia mampu menghindari kejaran lawan.

Ah ya, ia mengenalinya. Dia andra si tampan dari darma bakti. Pintar dan berprestasi dan satu lagi ia adalah pempinan tawuran ini. Untuk saja yang menarikku senior darma bakti apa jadinya jika ditarik oleh salah satu siswa dari SMA bakti luhur.

Suara sirine mobil polisi berhasil menghentikan kejaran anak-anak bina ilmu. Mereka selamat setelah masuk kedalam semak-semak dibelakang toko coklat.

"lo bawa sapa sih ndra! Bego banget, kalo belom mengusai medan mending gak usah! Untung lo gak mati" sungut wicak.

Andra menariknya berdiri. Jantungnya belum normal, keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas. Umpatan kemarahan dari senior seniornya tak bisa ia cerna dengan baik. Ia hanya mampu mengucap syukur bahwa ia masih selamat. Sekarang ia mengerti mengapa gilang begitu khawatir, tapi sekali lagi ia tak menggubris kekhawatiran itu. Justru ia terbius oleh charisma andra malaikat penolongnya.

**Diabatas waktu**

Hallo ketemu lagi, ini cerita akan aku dedikasikan buat abang ali💜.
Gak bisa mendiskripsikan, karna dia terlalu baik dan idaman. Ikuti ya ceritanya akan dipublish setiap hari sampai ulang tahun babang nanti.

Dibatas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang