putus

1.2K 133 1
                                    

"andra, makasih atas semua yang sudah kamu berikan, waku, perhatian dan juga cacian. Aku rasa hubungan kita cukup sampai disini saja. Berpacaran adalah hubungan yang saling terikat tapi bukan berarti bisa mengusai kehidupan. Nilaiku merosot dan aku butuh waktu untuk memperbaiki. Solusi terbaik aku tak mau terbebani dengan permasalahan diantara kita"

Pesan itu akhirnya terkirim juga pada andra. Dari semalam ia terus membuka tutup draft pesan. Ia masih belum memiliki keberanian menghadapi reaksi andra.

Dia pasti akan langsung mengamuk karna keputusan sepihak sisi. Tapi saat digo datang kerumah dan menebarkan kebahagia dengan es batu yang ia bawa sisi semakin meyakini bahwa melepaskan andra adalah pilihan terbaik.

Sisi menghela nafas lega, hari ini ia akan memulai dengan keadaan yang baru. Untuk sementara waktu ia harus bertahan dengan sekolah ini sebelum keputusannya untuk pindah sekolah terpenuhi. Bunda mengijinkan, tapi belum dengan ayahnya.

Dilain sisi andra merasa pengkhianatan yang sebenarnya masih tak ia yakini itu benar. Bahkan keputusan sisi untuk mengakhiri hubungan mereka semakin membuat andra yakin jika sebenarnya bukan itu alasan yang sebenarnya.

Kenangannya dengan sisi mulai berkelebat jelas difikirannya. Membuat pandangannya mengabur, hatinya terasa nyeri.

Berbagai penilaian negatif terus berkecamuk.

"dasar pengkhianat, lo bawa hati gue dan seenaknya lo pergi!"

"Hati lo terbuat dari apa sih? Bahkan yang seharusnya mutusin itu gue"

"lo gak berhak giniin gue, lo pergi tanpa menjelaskan pengkhianatan lo!"

"karma itu berlaku si! Lo jangan main main sama perasaan"

Andra menghela nafas tatkala rentetan pesan yang baru saja ia ketik terkirim. Setidaknya ia sedikit lega, meskipun itu bukanlah sikap yang baik.

Seharusnya laki laki tak mengomel dipesan dan sosial media, bukankah lebih baik datang dan menjelaskan atau bertanya.

Andra kembali merasakan sesak didada, novel yang rampas dari sisi masih berada diatas meja belajarnya.

"jangan kak!" seru sisi saat andra menarik novel itu secara paksa.

"pacar lo buku apa gue sih! Berasa duduk sama patung gue, sementara gue sita" protes andra.

Ia tak suka jika sisi memperhatikan yang lain, sisi juga tak suka jika saat ia mebaca harus dipotong seperti itu. Rasanya seperti sedang menonton film terus ada adegan ciuman terus mati lampu. Penasaran gak abis abis.

"jangan otoriter gini dong kak, sisi punya hobi yang harus kakak pahami. Itu novel sisi dari minjem, sisi harus pulangin"

Andra menggeleng, ia tak suka dibantah. Ia membiarkan sisi marah dan menghabiskan mie goreng yang tadi ia anggurkan.

Jika bersama dengan andra pertengkaran seperti ini memang tak terhindarakan. Apalagi akhir akhir ini saat sisi mulai mengetahui kedekatannya dengan alleta. Ia seakan menjadi jadi.

Ia yang membuat kesalahan seharusnya andra menyadari dan memperbaikinya bukan malah baik memenjarakan sisi. Membatasi sisi untuk tak banyak bergaul dengan teman temannya tujuannya agar sisi tak bergosip, mendengar kabar kedekatannya bersama alleta.

Andra mengepalkan tangannya, tak ada balasan sama sekali dari sisi. Kali ini tak bisa menerima lagi pengkhianatan itu, semua karna digo. Ia tak bisa kehilangan sisi, andra sudah kehilangan alleta dan tak mungkin ia membiarkan begitu saja ini kembali terjadi.

"awas lo digo!!" teriaknya menggema didalam kamar, ia menyapu barang barang diatas meja belajarnya dengan tangan. Membanting apa yang bisa ia banting. Melampiaskan amarahnya berharap rasa sesak karna sms sisi bisa mereda. Tapi percuma, bahkan ia merasa semakin sesak.

**Dibatas Waktu**

Happy birthday pacar kesayangan. Hari ini akan update sampek end

Dibatas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang