bis cinta atau kaktus cinta?

2K 177 0
                                    

Sisi memasang headset ditelinganya, salah satu kebiasaannya saat berada didalam bis. Dengan novel yang selalu berada didalam tasnya. Mendengarkan lagu dan juga membaca, riuh didalam bis tak membuatnya terganggu.

"lo suka baca novel?" Sisi mendongakkan kepalanya, senyum manis tersungging. Satu tangannya menutup buku dan yang lain melepas satu headsetnya.

"lebih tepatnya novel lama sih kak" Sisi menarik tasnya mempersilahkan Digo untuk duduk disisinya.

"novel yang bagus, sayangnya zaman sekarang orang lebih suka mendengar ketimbang membaca" Digo melirik sekilas cover novel dipangkuan Sisi dan menarik sisi headset yang menggantung.

Sisi hanya tersenyum membiarkan Digo membagi lagu yang ia dengarkan. Sisi membuka selipan jari diantar novel yang Ia bawa. Fokusnya kembali membaca.

"suka karya sastra lama?" Sisi mengangguk tanpa mengularkan suara sedikitpun.

"gak cuma sastra lama sih kak, yang baru juga aku suka. Sayang aja disekolahku gak update" keluh Sisi, jemarinya membalik lembar demi lembar novel yang ia baca.

"kesian pula!. Disekolahku malah gak ada novel Si" sahut Digo. Sisi cengo, ia menutup buku yang ia bawa tak percaya dengan apa yang dikatakan Digo.

Tubuhnya yang mungil sedikit terhimpit ketika Digo terdorong oleh penumpang berdiri karna kondisi bis yang berdesakan. Paha mulusnya yang sedikir terekspos karna rok pendeknya sedikit menyingkap bergesekan langsung dengan tangan Digo yang menyangga tubuhnya agar tak lebih menghimpit tubuhnya.

"maaf" Digo yang merasa tak enak hati langsung meminta maaf, hanya dijawab anggukan oleh Sisi. jantungnya berdetak lebih cepat, mirip sekali ketika ia bersama dengan andra. Cepat ia menggelengkan kepalanya.

"gue tau perpustakaan yang update banget" Digo memecah kecaggungan yang terjadi.

"boleh ajak gue kesana kak?" pinta Sisi. rasanya seperti mendapat air digurun pasir, menyejukkan. Sudah sejak lama ia berharap ada orang yang mampu sepemikiran dan sehobi dengannya. Jangan Tanya mencari novel lama dan sastra lama memang tak semudah mencari novel percintaan. Apalagi Sisi adalah gadis berusia 15 tahun, ia sangat dibatasi untuk keluyuran mencari buku yang ia sukai.

Digo mengangguk, ia memberikan sebuah bollpoint pink pada Sisi, membuat prilly menautkan kedua alisnya. Tanpa meninggalkan sepatah katapun ia turun dari bis.

"kita beda bis, seharusnya!" Sisi bergumam memandang bollpoint ditangannya. Baru beberapa kali bertemu tapi Digo seperti orang yang mengenalnya dengan baik. Pink adalah warna kesukan prilly, ya mungkin saja bukan kesengajaan.

**diabatas waktu**

Seperti perjanjian kemarin hari ini Sisi harus berpura pura menjadi maling dirumah sendiri. Kebetulan sekali ia tak sempat untuk membeli tanaman diluar. Kemarin ia sampai rumah sudah jam lima sore karna macet, sepertinya bukan hanya masalah untuk Sisi tapi untuk semua kalangan.

"bun Sisi berangkat!!" teriaknya dari halaman rumah.

"sarapan dulu Si !! baru jam enam ini" bunda membuka pintu depan, memanggilnya untuk kembali.

Kepalang tanggung, ia sudah membopong tanaman milik bunda. Jika ia kembali maka akan mendapatkan seribu satu dongeng pagi. Ia hanya melambai dan berlari membuka gerbang rumah.

Jangan dicontoh ini bukan sikap yang baik. Mau apalagi jika ia izin maka akan banyak pertanyaan dan syarat dari bunda. ambil saja setelah itu izin, bunda mungkin akan marah tapi hanya sebentar kemudian akan kembali normal.

Maksud hati ingin menormalkan uang jajannya agar tetap malah sama saja. Sisi menghela nafas panjang, ia menyeka keringat yang mengalir dikeningnya. Olah raga pagi, ia harus kejar kejaran dengan bis karna tanamannya ketinggalan di halte. Sepanjang perjalanan ia terus saja menggerutu, jika bukan karna andra mungkin tak akan sudi ia begini. Ah ya andra, mungkin karna senior itu dudah terlanjur mencuri hati Sisi.

Sekolah masih sepi, jika ada school award mungkin Sisi akan menjadi nominasinya. Pintu gerbang utama sekolahpun belum terbuka sempurna, hanya terbuka untuk satu orang masuk.

"selamat pagi!!"

Sisi berjengkit kaget ketika bahunya ditepuk. "eh ka andra, selamat pagi" sapa Sisi memutar saat mengetahui siapa yang menepuknya.

"ini buat gue ya?" Andra meraih pot kecil berisi tumbuhan yang didekap Sisi.

Sisi hanya mengangguk dan menyerahkannya pada andra. Entah kebetulan atau tidak andra sudah berada disekolah sepagi itu. Ketahuilah, si pimpinan tawuran itu sudah menjadi langganan absen pada jam pertama karna terlambat.

"kok kaktus sih" protesnya ketika menerima tumbuhan yang Sisi berikan. Sisi hanya mampu tertawa melihat raut wajahnya saat protes. Menggemaskan.

"gak ada ketentuankan, jadi terserah aku dong mau kasih apa. Tenang masih ada 30 lagi dan aku pastiin akan jadi kejutan untuk kakak" jelas Sisi, mereka berdua memecah keheningan didalam lorong sekolah.

"setidaknya lo kasih tumbuhan yang akan meninggalkan kesan buat gue. Lo Cuma punya waktu 30 hari untuk merebut hati gue" goda andra, ia menatap Sisi yang berjalan disisinya.

"merebut? aku gak akan merebut apapun kak. Aku sadar posisiku, dan soal hati? Bukan jadi alasan untuk aku nyakitin orang lain. Karna kebahagian yang aku pengen gak akan menghancurkan kebahagian orang lain"

Andra hanya mampu memandangnya takjub. "aku pengen kakak seperti kaktus ini, akan bertahan dikondisi apapun, mampu melindungi diri sendiri meskipun dengan melukai. Ya dalam kata lain aku pengen kakak selalu selamat setiap kali tawuran" lanjut Sisi.

Makna yang Sisi berikan bukan secara sengaja ia rangkai. Ia hanya mengikuti arus pembicaraan. Tapi jujur dalam hatinya memang itu yang ia inginkan. Andra tidak terluka.

"you're sweet!! Pasti bahagia banget kalo bisa pacaran sama lo" jawaban andra membuat pipi Sisi bersemu. Tak tau kah sedikit pujian akan menggoyahkan pertahanannya untuk tak terlalu masuk terlalu dalam pada pintu cinta milik andra.

"bahagia atau nggak itu tinggal yang menjalani kak, belum tentu orang yang rame, pengertian dan penyayang akan membahagiakan pasangannya. Karna bahagia itu gak tercipta karna satu orang aja, semacam timbal balik"

Andra menggeleng, ia takjub mendengar setiap kalimat yang Sisi lontarkan. Seperti bukan gadis berumur lima belas tahun.

"kalau mau bahagia ya harus saling memberi, menyayangi, ngertiin. Jangan Cuma maunya menerima tanpa mau memberi" Sisi menghentikan langkahnya, diikuti andra yang memandangnya tak kedip.

"aku kekelas dulu ya kak" pamit Sisi, lagi lagi andra hanya mampu mengangguk.

Andra kembali memandang kaktus yang tumbuh didalam pot kecil yang Sisi berikan. Jika disaat hatinya sedang diambang keraguan Sisi datang dengan beribu keyakinan apa ia bisa disalahkan untuk itu? Cinta tak bisa dipaksa, itu benar. Tapi apa salahnya jika terus mencoba memperbaikinya? Pasti tidak akan salah. Yang salah jika hanya satu pihak yang memperbaiki, karna sampai kapanpun tidak akan menemukan titik temu.

Cinta bukan hanya masalah satu pihak, tapi bagaimana keduanya membangun dengan baik. Komunikasi, pengertian dan rasa yang akan disampaikan. Pastikan dengan cara yang baik, yakinlah semua akan berakhir dengan sebuah kebahagiaan.

**diabatas waktu**

udah disaranin nyelem di wp aja deh wkwk, authornya juga lagi nyelem supaya adem. gak bermaksud apa apa sih.

jangan lupa vote nya ya, setidaknya itu cara my beloved readers memberi semangat saya menulis, terimakasih..

Dibatas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang