Genap seminggu sudah digo dirawat. Keadaannya juga belum membaik, ia masih dirawat intensif dirumah sakit. Sisi tak seharipun absen untuk menjenguknya. Ada perasaan menghangat saat digo mengorbankan hidupnya untuk memperjuangkan dirinya dan juga cinta mereka.
Tak ada yang sia sia, para pelaku sudah dikenakan sanksi. Andra ditahan, begitu pula para pelaku tawuran masing masing mendapatkan skorsing dari sekolah.
Kedua sekolah ini sudah sering menjadi tagline berita karna kenakalan remaja yang dilakukan, tak hanya sekali dua kali tapi hampir setiap bulan. Puncaknya ketika memakan korban jiwa. Dalam keadaan kritis adalah korban kedua yang akan mengakhiri semuanya.
Dinas pendidikan akhirnya memutuskan untuk menyatukan kedua sekolah tersebut. Sebuah kabar bahagia sekaligus mengharukan.
Sudah seperti cerita didalam dongeng. Cinta bisa merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bolehkah sisi menghela nafas lega jika ia benar benar kehilangan digo? Setidaknya yang digo korbankan tidak akan sia-sia.
Banyak hati yang merasa lega sekalipun ia harus tiada. Mama, bunda , seluruh keluarga termasuk sisi sudah merelakan. Dokter mengatakan jika digo hanya hidup karna alat bantu, jika itu semua terlepas maka berakhirlah kehidupan digo.
Kabar yang benar benar membuat sisi menangis meraung raung. Bahkan ia belum sempat mengucap kata cinta. Ia belum banyak menghabiskan waktu bersama, berbagi setiap duka dan suka. Digo hanya memberinya suka dan sisi hanya mampu berbagi duka. Bukan hubungan yang seimbang. Detik terakhirpun sisi masih belum bisa memberikan kebahagian itu.
"cepatlah kerumah sakit si" kata bunda lirih.
Seperti dejavu, dadanya bergemuruh. Hanya dua kemungkinan, digo memunjukan kabar baik atau semua sudah berakhir. Bahkan suara bunda juga tak memancarkan sesuatu yang bisa ditebak. Tak ada nada sedih ataupun bahagia. Jangan kira jika digo hanya teman kemudian bunda akan tak merasa kehilangan. Sama seperti mama digo, bundapun sama ikut larut dalam kesedihan. Digo cukup memberi kesan yang mendalam.
Setelah meminta izin, sisi bergegas untuk kembali kerumah sakit yang sekarang menjadi rumah keduanya.
Jantungnya terus berdegup kencang tatkala melihat semua orang sudah berkumpul didalam ruang rawat digo. Beberapa hari yang lalu mama sudah meminta izin untuk melepaskan semua alat bantu pada digo hanya sisi belum mengizinkan. Ia masih yakin jika pemilik hatinya itu masih mau bertemu dengannya, ia sedang enggan membuka mata karna lelah dengan andra.
"assalamualaikum" sisi menyadarkan seluruh ruangan yang berada dalam diam.
Sisi berjalan mendekat kearah digo, ia duduk disisi bangsal digo, mengusap tangan yang tertancap jarum infus itu lembut. Air matanya luruh begitu saja, hatinya nyeri saat nafas digo mulai tersendat.
Sisi menyetarakan tubuhnya dengan digo. Ia mengusap lembut, rambut yang mulai terlihat gondrong itu. Dengan air mata yang terus berlinang ia mulai merelakan.
"aku cinta sama kamu" ungkapan yang seharusnya menjadi berita bahagia itu kini malah menjadi salam perpisahan.
"sisi!!" teriak bunda dan mama bersamaan, tangis mereka semakin pecah. Sisi hanya diam mematung ketika para perawat menariknya untuk menjauh dari bangsal.
"ini adalah sebuah keajaiban, detak jantungnya kembali normal." Ucap dokter setelah sibuk memeriksa digo.
Boleh kah sekarang ia benar benar menghela nafas kelegaan? Ia benar benar lega. Perlahan digo membuka mata, menelisik seluruh ruangan yang terasa riuh karna tangis para wanita kesayangannya.
"sisi" desisnya, meski hampir tak terdengar dokter mengerti dan mempersilahkan sisi untuk mendekat.
"i'm here. Maaf jika aku terlalu menyakitimu karna perasaan cinta ini. Maaf jika kehadiranku melukaimu. Yang aku pahami hanya tak ingin kehilanganmu"
Digo mengangguk pelan mendengar bisikan sisi. Sebuah akhir yang indah dari sebuah perjuangan. Cinta memang bukan hal yang sulit jika kamu mau berusaha. Setiap perjuangan tak ada yang sia-sia.
Digo sisi adalah dua kemungkinan yang menjadi mungkin. Ketertarikan yang hadir tanpa disadari. Rasa memiliki tanpa diminta. Melindungi yang tak berujung dan cinta yang sempurna. Sebuah wujud ketulusan untuk saling membahagiakan. Tak ada kata terlambat untuk memulai dan menyesali.
**dibatas waktu**
Finally selesai yess, selamat menikmati cerita anehku
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibatas Waktu
Fanfictionsaat pertama kali melihatnya, aku tau jika aku menyukainya. tawanya yang renyah, hazel indahnya sudah menarik perhatianku. hanya ingin bersamanya, bersama dirinya!. sayangnya tak semudah itu. ada pembatas yang terlalu tinggi diantara kami. bak kis...