Bukan andra jika tak bisa membuat Sisi luluh. Pada akhirnya Sisi kembali mengalah pada perasaannya. Dengan mudah ia memberikan maaf pada andra.
Sore ini andra mengajaknya kebalai kota, setiap sore disana ramai. Banyak pengunjung dan juga orang jualan. Dipinggir jalan berjejer stand makanan dan juga baju atau souvenir. Ada permainan seperti komedi putar dan juga kereta tapi hanya untuk anak anak saja.
Selama menjalin hubungan dengan andra, Sisi beberapa kali melewati malam minggu bersama. Sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya Sisi selalu merasakan bahwa setiap malam yang ia habiskan bersama andra akan menjadi malam yang indah karna dihiasi cinta disetiap sudutnya, cinta Sisi.
"kemana lagi nih?" Tanya andra menggandeng tangan Sisi. mereka usai berkeliling melihat lihat pameran binatang di utara balai kota.
"terserah"
Andra mendengus kesal. Begitulah cewek selalu menjawab terserah untuk keputusan setuju ataupun tidak. Nanti jika tidak cocok marah dan protes, saat ditanya tak memberi jawaban yang jelas.
"duduk disana dulu deh ya?" andra menunjuk bangku kosong di depan air mncur ditengah taman, Sisi hanya mengangguk.
Sebenarnya fikirannya masih belum bisa tenang, fikirannya terus berputar perkataan rindu semalam. Setelah bunda meninggalkan ponselnya, Sisi menerima telfon dari rindu.
Rindu adalah teman sekelas yang juga menyukai andra. Selalu saja ada yang ia lakukan untuk membuat andra berpaling padanya.
"ada apa?" Tanya sisi jutek tanpa basa basi. Sebenarnya ia sudah malas berhubungan dengan rindu, hanya saja ia sudah lebih dari tiga kali menelfon sisi fikir ada hal penting yang ingin rindu sampaikan.
"gue bukan pengen ganggu hubungan lo sama andra,andra itu gak sebaik yang lo kira. Gue kasian sama lo yang terus dibohongi"
"gue udah hampir tiga bulan pacaran sama andra, rasanya gak mungkin" jawabku datar, aku benar bnar tak ingin terpancing.
"selama itu juga lo Cuma jadi pelarian, lo tau kalo andra itu cinta mati sama alleta"
"logika lo udah mati karna rasa cinta lo si. Udah gak terhitung seberapa sering alleta jalan sama andra dibelakang lo, mungkin lebih sering jalan sama alleta dari pada lo"
"jangan ngawur rin, lo tau siapa andra kan" sahut Sisi malas.
"justru karna gue tau siapa andra, lo juga gak tau kalo andra masih sering ikut tawuran?" pertanyaan sekaligus pernyataan rindu benar benar membuat hatinya bergemuruh hebat.
"nggak mungkin rin, dia itu wakil ketua osis gak mungkin masih ikut tawuran" seru Sisi menepis rasa khawatirnya sendiri.
Sebenarnya Sisi sudah melarangnya, ia pernah meminta pada andra dan andra menyanggupi. Rasanya tak percaya jika andra bisa melakukan itu.
Rindu tergelak, "ya jangan sampai ketauan lah Si"
"lo kok tau?" Sisi masih terus mengintrogasi rindu.
"gue kenal andra lebih baik dari pada lo, pikirin baik baik Si. Sebelum lo sangat sangat menyesal" rindu memutus sambungan telepon nya.
Sisi menghela nafas panjang mencoba menetralka detak jantungnya. Ia masih tak mengerti kenapa rindu tiba tiba menghubunginya dan mengatakan jika andra masih sering jalan bareng dengan alleta dan juga tawuran.
Sisi menyadari ia tidak sedang bersaing dalam meraih cinta andra. Meski mentari pernah memiliki ruang dihati andra dan juga rindu yang begitu terobsesi mendapatkan cinta andra, Sisi masih bisa tersenyum lega karna andra miliknya sekarang.
"Si.." sentuhan dipundak Sisi menyadarkan dari lamunannya. "kenapa?" lanjut andra.
Sisi menggeleng, "pengen es krim kak"
"mendung gini Si"
"mendung juga tapi gerah kak!"
Andra mengangguk ia menggiring Sisi untuk mencari penjual es krim, setelah berjalan beberapa meter akhirnya mereka mendapatkan es krim.
Pandangan andra berkeliaran, mengamati hiruk pikuk keramaian dibalai kota. Kebetulan sedang ada parade busana. Tak jauh dari tempat ia berdiri ada cewek yang selalu mencuri perhatiannya, alleta. Bukan suatu kebetulan ia bertemu mentari, karna memang ia sering kesini bersama teman temannya bahkan saat mereka masih bersama.
Sisi meraih dua cup es krim dari penjualnya dengan senyum yang mengembang, bahagianya mendapatkan es krim sama bahagianya saat memiliki andra. Es krim memang selalu menjadi moodbosternya. Sisi menyodorkan satu cup eskrim ditangan kanannya pada andra tapi tak mendapat respon sedikitpun.
Sisi mengikuti arah pandang andra, ia ikut terpaku. Mengertilah ia sekarang kenapa andra sampai seperti orang linglung. Mendadak kedua matanya terasa panas, rasanya tak karuan. Perkataan rindu semalam berkelebat difikirannya.
"kak!" Sisi menyentak tangan andra.
"eh ada iya si" diambilnya eskrim itu dari tangan Sisi.
Sisi berlari begitu saja. Dadanya sudah sesak dan matanya sudah memanas.
"Sisi!" teriakan andra seperti tak berguna, Sisimenghilang begitu saja diantara orang orang yang tengah berkumpul.
~Dibatas Waktu~
Sisi menangis. Perkataan rindu terus terngiang ditelinganya. Benar Sisi memang sudah memiliki andra tapi hanya fisiknya saja, sedangkan hatinya masih bersama alleta.
Ponselnya terus bordering, panggilan dari andra. Sisi mengabaikannya ia sibuk mengusap pipinya yang basah dengan kasar.
"jangan jatuh cinta jika tidak siap untuk sakit hati, karna luka yang ditorehkan akan lebih terasa dari pada saat lo jatuh cinta"
Sisi mendongakan kepalanya, tanpa babibu Sisi menghambur memeluknya. Bukankah ini sebuah takdir Tuhan. Digo selalu datang saat Sisi membutuhkan. Sepertinya Sisi juga tanpa sengaja menangis dihalte bis. Entahlah halte bis sudah menjadi tempat kencan yang pas untuk mereka
~Dibatas Waktu~
Selamat pagi, h-4 ya? Semangat semangat, jangan terlalu bahagia dan jangan terlalu bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibatas Waktu
Fanfictionsaat pertama kali melihatnya, aku tau jika aku menyukainya. tawanya yang renyah, hazel indahnya sudah menarik perhatianku. hanya ingin bersamanya, bersama dirinya!. sayangnya tak semudah itu. ada pembatas yang terlalu tinggi diantara kami. bak kis...