"mawar, gue suka!" seru andra ketika Sisi menyerahkan bunga yang ia berikan. Kali ini tidak dengan potnya hanya bunganya saja yang ia petik. Itu-pun atas sepengetahuan bunda, Sisi berdalih mawar itu akan digunakan untuk praktikum biologi disekolah. Sebenarnya sama saja hasil akhirnya adalah kebohongan.
Sisi tersenyum, andra menghirup aroma mawar segar itu berkali kali. Terlihat seperti orang yang pertama kali mendapatkan bunga.
"bagus kalo suka, aku balik kekelas dulu ya kak" Sisi membalik tubuhnya, kelasnya ada diujung lorong.
"tunggu si" teriak andra menghentikan langkah Sisi. sebenarnya ini masih jam istirahat, hanya saja Sisi menghindari ia menjadi bahan gosip teman temannya. Andra masih memiliki status hubungan yang jelas dengan alleta, meskipun ia hanya sekedar menjalankan hukumannya tetap saja ada rasa tak nyaman ketika menjadi pusat perhatian karna sedang berduaan dengan andra.
"gue minta nomer telepon lo boleh?" Sisi hanya memandang bingung.
"untuk gue pesen bunga trus gue kasihin alleta. Lo gak keberatan kan?" jelas andra.
Sisi menggeleng, "tapi aku bukan penjual bunga kak" protesnya. Keinginan andra memang terdengar aneh, bahkan tak masuk akal.
Sisi hanya sedang menjalani hukuman, bukan menjadi kaki tangannya yang bebas melakukan tugas sesuai perintah.
"gue ngerti, lo bawa bunga sesuai permintaan gue ya? Trus ntar gue kasihin ke alleta" ujarnya antusias.
Malang sekali ia harus berkuat hati untuk itu. Bagaimana bisa ia harus menyiapkan bunga untuk orang yang menjatuhkan hatinya tapi sebaliknya orang itu menjatuhkan hatinya pada yang lain. Mungkin sebagian dari mereka menyebutnya sebagai friendzone mungkin.
"oh oke" Sisi menyobek sedikit kertas dari buku yang ia bawa. Dituliskan nomer teleponnya sebelum berlalu pergi.
Sisi mempercepat langkahnya merasa tak nyaman dengan tatapan dari siswi yang berkumpul didepan kelas sepanjang lorong. Mereka saling berbisik, kadang tertawa dan juga tak lepas menatap Sisi.
Mungkin mereka sedang membicarakan bagaimana Sisi bisa sedekat itu dengan andra. Maklum saja andra adalah prince dari darma bakti, tampan, memiliki banyak uang dan juga pemimpin tawuran untuk sebagian cewek akan merasa bangga karna itu terlihat sangat keren.
Dan aneh saja jika andra bisa dekat dengan Sisi yang bukan siapa siapa, berbeda dengan alleta yang memang model, pintar dan juga dari keluarga mampu. Rasanya begitu pas jika disandingkan dengan andra, setara dan serasi.
Sisi menjatuhkan tubuhnya kebangku dengan kasar membuat arin yang duduk disebelahnya berjengkit kaget. Sisi menelungkupkan wajahnya didalam tangan yang ia lipat diatas meja.
"gue udah bilangkan Si, jangan deket deket sama andra" arin menutup bukunya dan membantingnya kasar diatas meja.
Arin memang sudah berkali kali mengingatkan untuk tak terlena dengan perhatian andra yang terlihatnya istimewa dibanding yang lain. "liat satu sekolahan ngomongin lo sekarang, udah siap dibully belum lo?" ujar arin frustasi karna Sisi tak merespon sama sekali.
"gue harus apa rin? Udah terlanjur. Bukan mau gue untuk terlena, lo pasti ngerti. Siapa yang gak mau terus terusan deket sama orang yang kita suka? Siapa yang gak mau selalu punya alasan untuk bertemu kakak senior tampan bernama andra itu? Munafik kalo lo bilang nggak. Satu sekolahan ini juga pasti mau rin"
Arin menggeleng, "itu emang fakta, fakta lainnya lo dinilai merusak hubungan andra dan alleta. Prince dan princess sekolah ini Si. Shiper mereka itu banyak dan yakin setelah ini lo bakalan dibully abis abisan, karna mereka putus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibatas Waktu
Fanfictionsaat pertama kali melihatnya, aku tau jika aku menyukainya. tawanya yang renyah, hazel indahnya sudah menarik perhatianku. hanya ingin bersamanya, bersama dirinya!. sayangnya tak semudah itu. ada pembatas yang terlalu tinggi diantara kami. bak kis...