Ada yang bilang masa SMA itu masa dimana kita akan menikmati dunianya. Bersenang senang dan belum memikirkan hal yang berat. Benar sekali, seperti itu juga Sisi. setiap hari rabu Sisi memiliki hari hemat, dimana Sisi dan teman temannya akan menonton bioskop makan atau mencari baju diskon. karna itu waktu yang pas sekolah pulang lebih awal, jika sudah hari jumat sabtu minggu tiket bioskop akan lebih mahal."hari ini kamu mau nonton bareng ya?" Tanya andra
"kok tau sih?" Sisi balik bertanya, ia sedikit heran karna memang hari hematnya hanya teman satu kelompoknya yang tau. Arin, destri, bunga, afita dan ema mereka juga tak pernah membahas itu diluar grup mereka.
"tau dong, aku kan pacar kamu" andra tersenyum misterius. Sejak mereka memutuskan berpacaran mereka juga memutuskan merubah panggilan menjadi aku kamu. Biar romantic kata andra.
"gak ngajak aku ih" protes andra.
"nontonnya bareng temen-temen, cewek semua lagi. Kan aneh kalo kakak cowok sendirian"
"aku gak keberatan kok, aku ikut ya?"
Sisi hanya menggeleng, ia terpaksa membatalkan acaranya. Ia menjadi tak enak jika harus mengajak andra. Sejak saat itu ia tak pernah menikmati hari hematnya. Pernah satu hari teman temannyya protes kenapa ia jadi jarang ikut berkumpul. Tapi belum sampai Sisi menjelaskan secara detail mereka sudah memahami, jika sudah punya pacar memang harus membagi waktu. Bahkan bisa jadi hanya terfokus untuk pacar.
Mulai hari itu Sisi seperti benar benar didalam penjara. Semua jadwalnya dikusai andra, hari liburpun juga terkecuali acara keluarga. Bahkan ia juga kesulitan untuk belajar kelompok, pernah waktu itu andra datang dan marah marah dirumah arin.
"kenapa gak bilang dulu?" Sisi mendongakkan kepala. Ia terkejut, tak hanya Sisi tapi semua penghuni ruang tamu arin.
"kak andra? Kok disini?" Sisi tergagap, seperti mendapat shock terapi ia mencoba mengatur nafas.
"kamu kenapa gak bilang kalo mau pergi? Ijin dulu lah harusnya. Aku kan pacar kamu" sentak andra menarik Sisi untuk keluar dari rumah arin.
Semua yang ada diruang tamu hanya saling pandang tak mengerti apa yang sedang terjadi, dan jelas itu menimbulkan seribu pertanyaan.
"kakak apaan sih lepas! aku lagi kerja kelompok?" Sisi menarik tangan yang digenggam andra.
"ada haris juga? Kamu belajar apa selingkuh?" tuduhnya membuat Sisi membulatkan mata.
"haris itu ranking dua dikelas, dia jago matematika dan kebetulan kami sekolompok. Kakak apaan sih ngomongnya gak jelas" nada bicaranya kesal tapi tak ingin memancing pertengkaran yang lebih dalam lagi.
"dia itu gak baik, pokoknya ini yang terakhir kamu berhubungan dengan dia. Dikelas juga kamu harus jaga jarak, kalau ada pelajaran yang gak kamu ngerti cukup Tanya ke aku!"
Sisi menghela nafas, ia tak ingin mendebat andra. Bahkan meskipun ia benar ia seperti tak mendapat hak untuk membela. Rasa cintanya sudah membuat Sisi kehilangan logika. Ia seakan terhipnotis menurut saja apa yang dikatakan Andra. bahkan pernah saat itu Sisi memaksa untuk hangout bersama teman-temannya tanpa sepengetahuan andra, dan hasilnya mengecewakan.
"lo kaya burung yang lepas dari kurungan Si, segala macem lo beli" kata arin melihat beberapa paper bag dibawah meja.
Mereka sedang menghabiskan sorenya di food court pada sebuah mall. Bahkan meja mereka saja sudah penuh dengan pesanan Sisi.
"itu kenyataan rin, stress gue lama lama kaya gini" Sisi manarik jus wortel yang ia pesan.
Arin, destri, afita dan ema hanya mengeleng. Melihat Sisi seperti orang kelaparan menyantap hidangan di atas meja membuat teman temannya iba. Apakah semengerikan itu memiliki pacar? Mereka sendiri menikmati masa SMA hanya untuk bersenang-senang bahkan mereka menghindari drama percintaan seperti Sisi.
Destri menendang kaki ema yang duduk disebelah Sisi secara tiba-tiba. Ema hanya menggelengkan kepala tak mengerti apa yang dimaksud oleh destri.
"Si, itu cowok kaya kak andra sih ya?" Tanya destri hati hati. Sisi menghentikan acara makannya. Ia memandang destri dan arin yang di depannya horror. Ia bahkan belum puas menikmati rabunya.
Sisi mengikuti arah pandang destri. Ia memandang cowok yang duduk dipojok food court, dengan jaket biru dongker dan juga topi yang menghalangi matanya. Jika dilihat sekilas memang seperti bukan andra, tapi tas punggung hitam itu milik andra. Sisi kenal betul.
Sisi balik menatap teman temannya horror, jantungnya kembali berdetak lebih kencang. Ia menghembuskan nafas kasar. Tak terbesit dalam fikirannya jika andra akan mengetahui dimana ia berada. Karna memang Sisi sudah meminta izin bunda sekaligus kong kali kong dengan bunda jika andra menghubungi rumah untuk mengatakan Sisi dirumah. Ponselnya sengaja ia tinggalkan, ia benar benar tak ingin diganggu.
Setelah mendapat anggukan dari teman temannya Sisi menghampiri andra.
"kakak ngikutin aku ya?" Tanya Sisitanpa basa basi.
"kamu yang pergi gak bilang bilang" andra melepas topi yang menghalangi matanya. Sorot matanya tajam menyiratkan kemarahan, menyurutkan keberanian Sisi untuk melampiaskan kekesalannya.
"kakak yang bilang mau pergi sama geng kakak, jadi gak salah dong kalo aku pergi bareng teman temanku" bela Sisi tanpa berani mantap andra.
"iya, tapi bukan berarti kamu bisa bebas kalo aku sedang pergi!"
"kok bisa sih?! Aku juga punya hak untuk pergi sama siapa aja" protes Sisi.
"sejak kamu jadi pacarku, kamu harus selalu dalam pengawasanku" kata andra posesif.
Sisi hanya mengerutkan keningnya, ini bagian drama percintaan yang paling ia benci. Ia sama sekali tak menyukai perkataan andra.
"bukan begitu Si, aku Cuma gak mau kamu kenapa napa. Aku sayang sama kamu" andra buru buru meraih tangan Sisi, nada bicaranya lebih lembut.
Rasa sayang itu yang membuatnya menjadi bukan dirinya sendiri. Orang tuanya saja tak pernah melarang sebegitunya. Awalnya Sisi memang terbuai dengan perhatian dan kasih sayang andra tapi takkan selamanya begitu. Hatinya mulai memberontak sayangnya hatinya itu selalu terkalahkan oleh rasa cintanya, sebuta itukah cinta hingga harus mau bertahan didalam rasa sakit yang berlebih?
~Ada Cinta~
Sejak kejadian itu Sisi memilih mendiamkan andra. Ia hanya ingin berfikir tanpa pengaruh dari andra. Beberapa kali ia menghubunginya tapi bunda yang mengangkatnya.
"ada masalah apa Si?" bunda meletakan ponselnya di atas meja belajarnya.
"gak ada bun, Cuma lagi males aja sama andra" jawab Sisi yang kembali membaca novel.
Bunda menggeleng tak percaya, "kemarin pas sama Digo gak sampai begini lo" Sisi menutup novelnya.
Bunda benar, Digo tak pernah membuatnya terbebani. Bahkan Sisi tak lagi pernah bertemu Digo sejak bersama andra.
"bunda ngijinin kamu pacaran bukan sedih dan mempengarui belajarmu ya Si. Kalo ada masalah cepet diselesaikan" pesan bunda sebelum meninggalkan Sisi sendiri.
Bahkan ia sendiri masih bingung dengan perasaannya. Sebenarnya ia sudah lelah tapi masih enggan untuk mengakhiri.
~Ada Cinta~
Gimana rasanya punya pacar kaya andra? Menyebalkan, diputus sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibatas Waktu
Fanfictionsaat pertama kali melihatnya, aku tau jika aku menyukainya. tawanya yang renyah, hazel indahnya sudah menarik perhatianku. hanya ingin bersamanya, bersama dirinya!. sayangnya tak semudah itu. ada pembatas yang terlalu tinggi diantara kami. bak kis...