bundaran

1.6K 147 0
                                    

Sisi mengusap peluh dikeningnya, untung bis siang ini cukup tepat waktu. Ia tak perlu menunggu lama. Entah mengapa rasanya hari ini ia malas sekali berinteraksi dengan orang lain atau melakukan kebiasaannya. Sepanjang perjalanan prilly hanya menatap keluar jendela.

"untuk apa?"

Sapaan lembut disisinya membuat Sisi segera menengoknya.

"untuk mengembalikan senyum lo" Sisi tersenyum, ia menyambut buku yang diberikan Digo. Bukan hanya karna bahagianya mendapatkan novel yang sangat ingin ia baca tapi juga karna menikmati perhatian kecil yang Digo berikan.

"makasih kak" matanya berbinar, senyum tak henti ia tebarkan. Sisi mulai membuka cover novelnya.

"kiri pak!!" teriak Digo membuat supir bis menepikan bisnya. Digo menarik tangan Sisi untuk ikut turun dengannya.

Sisi hanya diam, mengikuti kemana Digo membawanya. Jangan fikir bahwa Digo akan membawanya untuk duduk ditaman, makan atau nongkrong. Digo bukan tipe cowok yang suka menghabiskan waktu untuk kesenangannya tanpa manfaat. Seperti janjinya tempo hari, Digo membawa Sisi untuk keperpustakaan rahasia. Digo menyebutnya begitu, meskipun itu bukan rahasia karna memang perpustakaan itu untuk umum.

"lo bisa cari buku yang lo mau disini, dijamin lengkap" Digo melepas tangan yang menggenggam Sisi.

Sisi melangkah memasuki sebuah toko kecil yang berada didalam gang pasar besar. Jangan berfikir pasar besar itu memang besar, hanya terdiri dari dua puluh toko saja. Untuk orang baru seperti Sisi dijamin tidak akan menemukan toko buku ini jika ia mencarinya sendiri.

Dari depan tak terlihat seperti toko buku, malah seperti gudang buku. Didepan ada lebih dari lima tumpukan buku atau bahkan lebih.

Sisi mulai menjajaki satu persatu barisan novel yang disusun dalam rak buku ditembok. Rasanya seperti mendapat tambang emas. Matanya terlihat berbinar, ia bahkan lupa jika Digo ditinggalkanya didepan toko.

Jari telunjuknya menyusuri satu persatu judul buku. Beberapa kali ia harus menutupi hidung dengan satu tangan yang lain. Sisi alergi debu, ia harus bersin karna debu dari rak buku.

"dapet?" Digo berjalan mendekat kearahnya.

"dapet es tebu maksudnya" Sisi terkekeh. Digo aneh, tapi keanehan itulah yang membuatnya merasanya nyaman berada didekat Digo.

"ditoko buku mana ada es tebu kak" sahut Sisi yang kembali sibuk mencari buku yang ingin ia pinjem.

"ini, cara membuat es tebu!" seru Digo menyerahkan buku resep makanan. Ia membuka daftar isi dan menunjukkannya pada Sisi.

Sisi berdecak sebal tapi tetap aja ia mengulas senyum. Rasa penatnya disekolah hilang seketika. Digo memiliki cara sendiri untuk membuatnya tersenyum.

"iya iya nanti kita buat ya kak!" seru Sisi, ia membekap dua buku didadanya.

Digp tersenyum, "lo harus pastiin ini adalah sebuah janji, oke!!"

Sisi mengangguk menarik Digo untuk keluar dari lorong diantara rak buku. Ia menyerahkan dua novel yang ia bawa pada Digo, Sisi adalah orang baru sudah pasti ia tak memiliki kartu pinjam disini.

"romeo dan Juliet" eja Digo.

Sisi mengulas senyum. Buku itu adalah buku yang sangat ingin Sisi baca. Novel klasik karya William Shakespeare yang mengisahkan tentang kisah cinta yang terhalang oleh permusuhan kedua keluarga ini sangat digilai oleh pecinta roman.

"iya nanti kaya kita!!" celetuk Digo membuat Sisi yang sedang sibuk mencari ikat rambut didalam tasnya langsung mendongak.

"apa kak?!" seru Sisi meminta Digo untuk mengulangnya.

"bubur kacang ijo itu enak Si"

Digo menarik Sisi untuk segera keluar dari toko itu, itu toko sekaligus perpustakaan jadi jangan heran jika sebutannya juga aneh. Ada beberapa buku yang memang bisa dibeli dan ada juga yang hanya bisa dipinjam.

"lo tau artinya internet girls Si?" Tanya Digo ketika mereka sudah sama sama duduk dihalte bis.

"gadis internet?"

Digo menggeleng, "itu tipe cewek, biasanya susah diakses dan mudah memutuskan hubungan semacem disconnect gitu"

"haha!!! Kakak apaan sih dapet istilah dari mana coba"

Digo tersenyum, ia menatap Sisi yang tertawa lepas. Rasanya sudah mendapat sebuah kado yang berarti melihatnya tertawa lepas. Sisi menarik nafas beberapa kali menetralkan degub jantungnya yang berpacu lebih cepat akibat tawanya.

Harinya ia lewati dengan sempurna, meski rumah Digo dan Sisi berjauhan Digo mengantarnya kembali sampai didepan pintu gerbang. Catat Digo mengantar Sisi juga menggunakan bis, ia rela menghabiskan waktunya untuk memastikan Sisi selamat sampai rumah. Dan ini untuk pertama kalinya.

"mampir dulu nak!!" teriak bunda dari taman didepan rumah. Digo hanya mengangguk mengulas senyum.

"itu bunda, bundaran haha" Sisi membekap mulutnya sendiri. Bahkan ia bukan tipe cewek yang humoris, didekat Digo membuatnya selalu mendapat bahan untuk tertawa.

"hush! Ngawur lo Si, lo kira jalan pakek ada bundaran haha" Digo ikut tertawa. Bahkan rasanya mereka masih enggan untuk dipisahkan, tawanya masih mengiringi kebersamaan mereka.

"gue balik Si, bisa gak dapet bis nanti gue" Digo mengacak poni yang menutup keningnya. "bunda langsung pulang ya, jangan rindu!" teriak Digo dari gerbang depan.

Mungkin terlihat tidak sopan, tapi bunda malah melambai dan ikut tertawa melihat tingkah Digo. Tanpa ampun Sisi melayangkan pukulan dibahu Digo mengiringinya untuk berlalu dari rumahnya.

"rindu aja! eh Jangan rindu! Hahaha" teriak Digo sebelum ia benar benar menghilang didepan gang.

Sisi hanya mampu menebar senyum. Ini hari miliknya, entah rasa macam apa tapi Sisi nyaman. Bahkan Digo adalah orang pertama yang berinteraksi langsung dengan keluarganya. Jangan kira Sisi tak melarang, bahkan Sisi sudah memintanya untuk tidak dulu mengantarnya sampai didepan rumah.

Dengan kekuatan yang Digo miliki, tidak mungkin jika Sisi bisa menolak.

"jangan kak, plis jangan sampek depan rumah ya. Nanti bunda tau" mohon Sisi ketika Digo mengikutinya turun dari bis.

"biar saja bunda lo tau, biar gue diterima mantu hahaha!!" Digo melangkah mendahului Sisi.

"bunda galak kak, nanti kena semprot baru tau rasa loh"

"ck masih galak kucing dirumah gue pasti, lo tenang ntar gue cium bunda lo kalo sampek nyemprot gue"

Digo melirik Sisi yang berjalan disampingnya membekap mulutnya, menahan tawa. Bagaimana bisa Sisi mendapatkan teman semacam Digo, Sisi menggeleng kepala. Ia seakan tak mampu untuk menolak permintaan Digo, karna ia juga menginginkanya.

"kaktus bunda hilang satu Si, kamu tau?" langkah Sisi terhenti ketika pertanyaan bunda tak bisa diabaikan.

"kok Tanya Sisi si bun, masak iya Sisi mau bawa kaktus kesekolah kan gak masuk akal"

"nada bicaramu saja sudah mengatakan jika memang itu benar. Kamu kasih siapa? Cowok didepan itu tadi ya?" bunda menggulung selang yang suda selesai ia gunakan untuk menyiram tanaman.

"Digo bun namanya, udah ah Sisi mau masuk dulu" bunda hanya menggeleng. Sebenarnya tak masalah bagi bunda jika harus kehilangan satu tanaman, tapi jelas untuk apa dan siapa tanaman itu.

~dibatas waktu~

Off smntra dr ac dan yng lainnya

Dibatas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang