kabar buruk

1.5K 148 7
                                    

"bukan aku bermaksud datang sebagai pengganggu dan menghancurkan hubungan yang sudh ada. Tapi jika perasaan yang meminta maka tak bisa untuk menolak"

Setelah kejadian di toko digo, sisi memilih menghindar. Hampir seminggu ini andra selalu mencari kerumahnya dan berulang kali bunda selalu mengatakan bahwa sisi sedang pergi kebandung kerumah neneknya.

Tak baik seperti ini, tapi rasa bersalah sisi cukup mendominasi sampai membuatnya ketakutan sendiri. Bunda sudah mengurus surat kepindahan sisi, ia juga tak ingin melihat sisi tertekan dan berpengaruh pada pendidikannya.

Hari ini dia dengan semangat baru dan keyakinan baru bahwa ia harus benar benar move on dan melupakan andra. Pacar pertamanya.

"jangan difikirin, kalo dia sayang pasti dia ngerti kenapa lo gini" ucap digo melepas sisi pulang.

"basong jangan marah dan ngejauh dari gue" rayu sisi manja. Ia benar benar tak rela jika kehilangan digo.

"lo itu kaya magnet mana bisa gue ngejauh? Yang ada nempel lagi nempel lagi" kata digo sambil menyenggol bahu sisi dengan bahunya.

Sisi menyelidik keseluruh penjuru sekolah ia takut jika bertemu andra, apa yang harus ia katakan.

Hingga dering ponsel menyadarkannya. Hati yang mulai tenang karna semua kembali membaik seakan runtuh seketika, untung ia tak pingsan.

"digo kritis, cepat kamu kerumah sakit" bunda berhasil membuat sisi kelimpungan mencari taksi.

Bahkan ia tak menjawab bunda ia hanya berfikir kenapa digo kritis dan bagaiman keadaannya. Rumah sakit dan kritis adalah hal yang sama sama mengerikan.

Sepanjang perjalanan sisi tak bisa tenang, berbagai pertanyaan sudah membombardirnya. Apa digo baik baik saja? Kenapa bisa terjadi?

UGD, kenapa digo harus masuk UGD? Separah itukah yang terjadi padanya? Mungkin digo hanya ingin memberinya sebuah kejutan. Sisi terus melangkah mendekati kerumunan orang didepan UGD tanpa memperdulikan suara hatinya.

Mama, bunda dan juga rekan digo sudah berada disini.

"sisi!" bunda menyambut sisi dengan pelukan dan air mata. Bahkan bundanya saja tak sanggup untuk tak menitikan air mata.

"ada apa ma? Digo kenapa?" tanya sisi penasaran. Ia tak sabar untuk mengetahui keadaan digo. Sisi melepas pelukan bunda menghambur pada mama digo.

"sisi mau liat digo, dia baik baik aja. Dia Cuma mau kasih kejutan ke sisi. Biarin sisi masuk" teriak sisi histeris membuat semua orang ikut menangis. Sisi luruh dengan tangisnya ketika tak satu orangpun yang mau menjawabnya.

Sisi bisa menyimpulkan bahwa digo dalam keadaan parah. Semua orang merasa cemas dan mata sembab.

"sisi gak liat berita?" tanya rio, teman digo. Sisi sempat berkenalan saat digo mengajaknya ke pasar dan kebetulan bertemu digo.

Sisi hanya menggeleng, bagaimana mau liat berita. Ia baru saja menyelesaikan ulangan susulan dan tak mengaktifkan internet ponselnya. Untung ia tau jika bunda menelfon tadi.

"tawuran si, digo jadi korban tawuran"

Sisi mengerti sekarang. Lagi, ia merasakan persendiannya lumpuh. Terlebih dokter keluar dan belum bisa memastika keadaan digo. Dia masih kritis.

Saat itu juga rasa bencinya pada andra semakin berlipat ganda. Sisi mengenal siapa digo, ia tak mungkin ikut serta atau menjadi penonton jika terjadi hal seperti itu. Digo akan memilih menghindar.

Dokter hanya bisa menyerahkan semua pada Allah. Mereka sudah berusaha sebaik mungkin, kini tinggal digo yang berjuang untuk melewati masa kritisnya. Dan kemungkinan digo untuk meninggal menikngkat ketika ia harus kehilangan banyak darah, meski sudah melakukan donor darah tetap saja tak membuat ia dalam keadaan baik. Sisi kembali sesegukan dipelukan bunda sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.

**Dibatas Waktu**

Lima jam yang lalu.

Kupluk hitam itu sebagai penyelamatnya. Para siswa memulai peperangan kecil dijalan keramat itu. Tak akan jadi masalah karna kupluk hitam itu menandakan dia tak terlibat. Hari itu hanya peperangan kecil saja dan tak ada korban jiwa, seperti biasa tak ada.

Jika ditanya alasan mengapa mereka melakukan itu maka tak akan mendapatkan jawabannya. Mereka hanya mengikuti gejolak emosi anak muda yang naik dan turun. Mereka tak memiliki alasan pasti, kehormatannya telah diinjak-injak kemudian pasukannya mengikuti karna solidaritas.

Hari itu digo merasa tak enak badan, ia ingin kembali dan beristirahat lebih awal sehingga ia izin untuk pulang lebih dahulu. Tak ada yang aneh ketika ia melewati jalan kerawat itu. Semua normal seperti biasa.

Kupluk hitam itu melindunginya dari sengatan matahari yang seakan ingin membakarnya. Kupluk itu mempunyai history yang berarti. Kupluk itu diberikan kakaknya sehari sebelum beliau meninggal dan menjadikan sisi sebagai anak tunggal.

Digo menghentikan langkahnya ketika tubuhnya semakin melemas, ia belum sarapan dari pagi. Digo berhenti diwarung dekat sekolah, ia memutuskan untuk mengisi perutnya sebelum ia tak bisa pulang karna terlalu lemas. Karna terlalu asyik makan digo tak menyadari jika terjadi tawuran didekat warung itu.

"eh jangan keluar dulu, ntar lu kena sasaran juga" salah satu pelanggan diwarung makan melarangnya untuk keluar. Karna memanga sedang tak aman.

"aman bang, mereka tau gue bukan personil jadi gak akan kena" jawab digo santai, setelah membayar ia keluar begitu saja.

Selang lima menit ia mengucapkan kalimat itu, perutnya terasa sakit. Kali ini bukan karna mag ataupun terlalu banyak makan. Darah merembes dari seragam putihnya, dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan agar tak terus merembes. Ia menahan perih itu dengan ringisan, dengan kekuatan yang tersisa ia mendongak, menatap laki-laki yang masih berdiri dihadapannya dengan pisau berlumur darah ditangannya. Andra, dia andra. Sebelum ia benar benar kehilangan kesadarannya, ia masih bisa melihat wajah andra yang penuh dengan kilat amarah.

**Dibatas Waktu**

Andra seperti bukan dirinya. Ia sudah kalut tertutup emosi. Rasa kehilangan dan dicampakan oleh sisi benar benar membuatnya frustasi. Bahkan ia mulai aktif lagi mengikuti tawuran, seperti hari itu.

Andra hanya tak sengaja menemui andra yang sedang berjalan sendiri. Ingatannya kembali berputar saat digo dan sisi mengurai gelak tawa bersama. Mereka terlihat sangat bahagia menghabiskan waktu bersama. Itu yang membuat andra membenci digo.

Andra merasa iri tak pernah bisa menjadi alasan sisi tertawa. Ia tak pernah bisa membuat sisi nyaman bersamanya. Jika ia tak bisa memiliki sisi maka tak ada satupun yang bisa memiliki sisi, itulah fikiran picik andra.

Ia tak berfikir panjang saat menikam digo, ia hanya mementingkan emosinya. Saat itu nyawa seseorang hampir melayang bahkan bisa tak terselamatkan.

Luka akibat tikaman andra memang fatal. Luka tusukan itu dalam dan mengenai organ vital digo. Kemungkinan untuk selamat tak sampai setengah dari kemungkinan yang ada. Itu juga yang membuat sisi begitu frustasi takut jika digo benar benar meninggalkannya untuk selamanya.

Setelah kejadian itu andra menyerahkan diri kepihak yang berwajib. Sebelumnya tawuran hanya dijadikan ajang senang senang, tak ada korban jiwa bahkan sampai hampir meregang nyawa.

Suatu kehormatan jika digo benar benar pergi untuk selamanya. Ia berhasil menghapuskan dendam antara dua sekolah ini. Seperti yang ia katakan pada sisi, misinya terselesaikan meski harus berkorban nyawa. Ia pergi sebagai pahlawan. Dan sisi harus berbesar hati menerima semua garis takdir untuk cintanya dan digo.

**Dibatas Waktu**

Mau happy ending apa sad ending? Wkwk tunggu sampek acara abang selesai yes baru akan end

Dibatas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang