CHAPTER 24

8 0 0
                                    

Seorang pria berada dikamar seorang gadis yang skarang berbaring tak sadarkan diri dikasur, pria itu tak lain adalah Vino benar benar khawatir dengan gadis itu tak lain adalah cantiqa yang terlelap.
Vino sudah menelpon dokter untuk datang tapi ia tak muncul juga, Vino bersumpah dalam hati jika cantiqa kenapa kenapa karna dokter itu datang telat maka ia tidak akan mengampuni dokter tersebut.
Yang bisa dilakukannya adalah hanya mondar mandir tak jelas di samping tempat tidur Sam bil memandang cantiqa dengan penuh khawatir, pikiran pikiran buruk mulai muncul di kepalanya tapi sekuat tenaga ia meyakinkan dirinya kalau cantiqa akan baik baik saja, tapi entah kenapa hatinya menolak untuk mengatakan kalau cantiqa baik baik saja.
"Permisi, tuan"ucap seseorang memakai kemeja biru dan dilapisi kemeja putih, ia juga membawa tas berwarna hitam yang ia tenteng.
Vino yang mendengar itu langsung menghampiri pria itu, yaitu dokter yang baru saja ia hubungi
"Knapa kau lama Skali. Aku ingin kau memeriksa keadaannya"ucap braian dengan emosi.
Dokter itu melangkah mendekati cantiqa, lalu duduk disisi ranjang cantiqa, dokter itu memegang pergelangan tangan cantiqa, lalu beralih membuka kelopak mata cantiqa dengan lembut dan (kalian Taulah apa yang dilakukan dokter saat memeriksa pasien, soalnya aku tidak bisa menjelaskannya).
Setelah memeriksa cantiqa, dokter itu yang bernama Fandi menghampiri Vino yang tak jauh berdiri dari sisi ranjang
"Apa dia sakit dokter?"tanya Vino benar benar khawatir
"Tidak. Hanya saja sepertinya dia berusaha mengingat suatu hal yang membuatnya kepalanya sakit, aku hanya ingin mengatakan jangan memaksakannya untuk mengingat memorynya, karna jika dipaksakan maka akan seperti inu"jelas dokter, tapi Vino sama Skali tidak mengerti
"Maksud dokter? Saya tidak mengerti?"ucap Vino benar benar bingung dengan penjelasan dokter
"Dia itukan mengalami amnesia, jika dia memaksakan untuk mengingat sesuatu yang sudah ia lupakan maka kepalanya akan terasa sakit dan juga pusing, dan mungkin akan pingsan kalau begitu saya permisi" jelas dokter sekali lagi yang membuat Vino terkejut sehingga tidak menyadari kalau dokter itu sudah pergi meninggalkan ruangan ini
Amnesia, jadi selama ini cantiqa tidak mengenalku karna dia mengalami amnesia bukannya melupakanmu. Ohh astaga sebenarnya apa yang terjadi kenapa cantiqa bisa mengalami amnesia, aku harus menanyakan ini pada bang Leo, tapi kmana dia? Knapa dari tadi belum sampai? Batin Vino.
Vino duduk ditepi ranjang, meraih tangan cantiqa dan menggenggamnya sambil memandang wajahnya yang damai tanpa beban, sebuah senyum terukir diwajahnya, Vino sama Skali tidak bisa menjelaskan betapa bahagianya dia bisa bertemu dengan cantiqa walaupun cantiqa tidak mengingat dirinya, tapi Vino akan berusaha mengingatkan kembali masa masa dirinya bersama cantiqa

"Apa yang terjadi. Cantiqa.."teriak seseorang yang baru saja datang dan menghampiri cantiqa yang terbaring tak sadarkan diri dikasur, Vino memandang pria itu, raut wajahnya seperti sedang marah, khawatir, dan juga lelah menjadi satu, wajah pria dihadapannya tidak berubah, masih sama seperti dulu, pikir Vino
"Vi..Vino"ucap Leo terbata bata saat menyadari ada orang selain dirinya dan cantiqa dituangkan ini, bukan itu saja tapi pria dihadapannya yang sedang menggenggam tangan cantiqa dengan erat adalah pria yang pergi tanpa pamit ke luar negri 5 tahun yang lalu, dan skarang pria itu kembali lagi, ada rasa senang yang dirasakan Leo tapi ada rasa sedih dan kecewa saat melihatnya, senang karna dia tlah kembali, sedih karna skarang berbeda dengan yang dulu, Leo tau pria itu sangat merindukan cantiqa tapi cantiqa sama skali tidak mengingatnya karna dia mengalami amnesia, kecewa karna pria itu dulu pergi tanpa pamit, yang membuat cantiqa menangis dan menuruni diri selama berhari hari
"Hay bang... Senang bertemu denganmu lagi"sapa Vino sebelum bangkit berdiri
"Ngapain Lo kesini?"ucap Leo dengan ketus, Leo sendiri juga tidak tau knapa dia bisa berkata seperti itu tapi yang Leo rasakan adalah belum saatnya cantiqa bertemu dengan Vino
"Gua kesini tentu ingin bertemu sahabat Gua"ucap Vino sambil memandang cantiqa, Leo yang melihat itu tersenyum ternyata dugaannya benar kalau Vino kembali karna cantiqa, lalu knapa dia harus pergi jika tidak ingin jauh dari cantiqa???

"Kalau begitu knapa Lo ninggalin dia selama 5 tahun dan kembali lagi kesini dengan rasa rindu yang Lo punya"
"Gua bukan ninggalin dia, Gua pergi itu Karna.."
"Itu Karna Lo ingin ngejar mimpi Lo diluar sana, ia kan"bentak Leo yang memotong perkataan Vino, Vino hanya bisa bungkam dengan perkataan Leo yang separuh ada benarnya juga, tapi itu hanya separuh kebenaran bukan sepenuhnya
"Gua udah pernah bilang sama Lo kalau gua kesana bukan ingin ngejar cita cita gua, jika itu memang benar Gua gak mungkin balik lagi ke Jakarta"ucap Vino yang berusaha setenang mungkin
"Gua gak peduli apapun alasan Lo, dan Gua peringatin sama lo untuk jauhin adek Gua"ancam Leo sambil menunjuk Vino tepat didepan wajahnya
"Gua ngerti kalau Lo marah, tapi skarang Gua mau nanya sama lo, apa yang terjadi pada cantiqa? Kenapa dia bisa sampai amnesia?"tanya Vino dengan nada yang tinggi, Leo hanya tersenyum mendengar itu sebelum menyilangkan tangannya di dada
"Apa peduli Lo hah! Lo pergi begitu saja yang ngebuat cantiqa ngurung diri dikamar berhari hari bahkan dia sama Skali tidak makan yang membuatnya masuk rumah sakit, dan Lo juga gak tau apa lagi yang dialami cantiqa sehingga dia hilang ingatan, jika Lo ada disaat itu mungkin Lo bisa menenangkannya tapi gak saat itu Lo gak ada, bahkan Gua bang Edward, ayah bunda dan seluruh keluarga Gua gak ada disekitarnya untuk membantunya, dia berjuang sendiri untuk menyelamatkan nyawa Lo padahal yang sebenarnya Lo aman aman aja, dan membuatnya hampir kehilangan nyawanya, satu kata yang dia ucapkan sebelum dia tak sadarkan diri yaitu dia memanggil namamu Vino bukan diriku, bukan ayah dan bunda tapi Lo, disaat dia koma dia slalu memanggil nama Lo, tapi Lo gak ada disampingnya, tapi gua bersyukur dia selamat walaupun dia kehilangan ingatannya"cerita Leo tanpa sadar ia mengeluarkan air mata Karna mengingat kejadian dimana adiknya mengalami masa sulit sendirian, begitupun Vino yang mendengar itu walaupun ceritanya tidak lengkap tapi Vino dapat menyimpulkan kalau cantiqa pada saat itu sangat menderita bahkan lebih menderita dibandingkan yang ada dibayangkannya, dia langsung duduk ditepi ranjang, dia tak menyangka cantiqa akan mengalami hal itu setelah dia pergi, Vino benar benar menyesal andai saja dia tidak pergi pada saat itu dan andai saja dia bisa berada di samping cantiqa saat masa sulitnya. tapi itu hanya seandainya, penyesalan juga tidak ada artinya sekarang, tanpa sadar kedua pria itu menangis dalam diam dan terlena pada pikiran mereka masing masing tapi mengeluarkan air mata.

Cantiqa merasa kepalanya masih terasa sakit, dan matanya juga sulit Skali terbuka, tapi ia berusaha membuka matanya saat mendengar suara seseorang bertengkar, tapi entah kenapa susah Skali membuka matanya dan pada saat tidak ada suara cantiqa mulai risih dan akhirnya dengan perlahan ia membuka matanya sedikit demi sedikit, rasa sakit langsung menyambutnya saat ia sadar
"Aaaaawww"jerit cantiqa sambil memegang kepalanya yang masih sakit, dan masih mencoba membuka matanya sepenuhnya
"Cantiqa"ucap Leo yang terkejut dan khawatir saat cantiqa menjerit dan memegang kepalanya, Leo langsung menghapus air matanya begitupun juga vino, dan Leo langsung duduk disisi ranjang berhadapan dengan Vino yang juga nampak khawatir
"Kau tidurlah tidak perlu bangun"ucap Leo, merebahkan tubuh cantiqa kembali saat cantiqa berusaha untuk duduk, dengan kepalanya yang masih ia pegang
"Bang Leo"ucap cantiqa saat ia benar benar dapat melihat semuanya, kepalanya memang masih sakit tapi ia berusaha menahannya agar tidak membuat Leo lebih khawatir lagi
"Apa kepalamu masih sakit?" Tanya Leo sambil memijat kening cantiqa dengan lembut, cantiqa memejamkan matanya dan menikmati pijatan Leo yang benar benar membuat sakit kepalanya sedikit hilang, belum sepenuhnya matanya terpejam ia melihat Vino berada dihadapannya dan membuat cantiqa membuka kembali matanya dan menajamkan penglihatannya, dia berharap kalau yang dia lihat hanyalah halusinasi akibat sakit kepalanya namun tidak Vino benar benar ada dihadapannya, cantiqa juga dapat merasakan tangannya digenggam oleh Vino diatas selimut, senyum terukir diwajahnya vino saat cantiqa menatapnya dengan tatapan tidak percaya, ingin Skali Vino katakan kalau dia ada akan slalu berada di samping cantiqa, selalu.
"Kakak kok bisa ada disini? Bagaimana bisa kakak masuk kerumahku?"tanya cantiqa yang terkejut sebelum duduk dengan tegap dan bersandar pada kepala ranjang, karna penjaga rumahnya tidak mungkin mengijinkan orang asing masuk kerumahnya, apa lagi Leo dan Edward sudah memerintahkan tidak ada yang boleh masuk kecuali orang orang yang diijinkan.....
"Tentu saja bisa, tidak ada yang berhak melarangku untuk menemuimu, mendekatimu, dan melindungimu, tidak ada dan jika ada aku akan membuat orang itu sadar kalau usahanya sia sia"ucap Vino dengan lembut sebelum memandang Leo yang juga menatapnya tajam,
Cantiqa melihat arah mata Vino mengarah pada Leo begitupun juga Leo yang menatap Vino tajam, cantiqa merasa Vino dan Leo seperti memiliki masalah yang serius, tapi apa??? Ingin Skali cantiqa menanyakannya tapi entah kenapa mulutnya seperti terkena lem
"Lebih baik Lo pergi dari sini"ucap Leo dengan nada datarnya dan juga memandang Vino tajam 'cepat pergi dari sini, atau Lo akan mati saat ini juga', Vino dapat mengerti arti tatapan itu sehingga membuatnya berdiri
"Baiklah sepertinya aku harus pergi, princess sampai bertemu lagi dan jaga kesehatanmu, aku sangat khawatir saat kau pingsan tadi jadi jangan pernah membuatku khawatir lagi, hanya ini untuk terakhir kalinya"ucap Vino sebelum pergi dengan senyumnya saat cantiqa mengangguk-angguk kepala, cantiqa juga tidak tau kenapa dia harus mengangguk-anggukkan kepala, ini seperti diluar kesadarannya
"Apa kepalamu masih sakit?"tanya Leo saat Vino benar benar sudah pergi dan menyadarkan cantiqa dari lamunannya dan tersenyum
"Aku baik baik saja"jawabnya berbohong, sebenarnya kepalanya masih terasa sakit tapi ia berusaha menahannya agar tidak membuat Leo lebih khawatir lagi
"Aku tau kepalamu masih sakit, aku akan turun kebawah dan menyuruh pelayan untuk membelinya obat, dan kau tidurlah dengan begitu sakit kepalamu akan hilang"ucap Leo sambil membantu cantiqa merebahkan tubuhnya di kasur, Leo kemudian menarik selimut hingga perut cantiqa dan mengusap kepala cantiqa dengan lembut sebelum mencium kening adiknya
"Tidurlah"ucap Leo kemudian bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. langkahnya terhenti kemudian berbalik badan dan melihat cantiqa masih belum memejamkan matanya dan justru memandang Leo sambil tersenyum
"Ngomong ngomong dimana James dan Braian?"tanya Leo
"Eeee....mereka mereka pergi ke... Aku tidak tau"jawab cantiqa gelagapan, sungguh cantiqa memang sama Skali tidak pandai berbohong, dia bingung harus mencari alasan apa, otaknya seakan putus saat Leo menanyakannya hal itu
"Pergi kemana mereka? Jawab dengan jujur"tanya Leo selembut mungkin sebelum bersandar pada pintu, Leo tau kalau cantiqa sedang menutupi sesuatu karna dari cara berbicaranya saja sudah terbaca olehnya
"Mereka pergi ke arena balapan, mungkin mereka ingin balapan motor, dan aku membiarkan mereka dan ya bang Leo jangan memarahi mereka, aku tidak ingin kebebasan mereka terganggu karena diriku dan juga cantiqa gak suka kalau bang Leo mengancam mereka"ucap cantiqa dengan nada yang tegas, cantiqa memang sudah muak dengan perlakuan abangnya ini yang sudah terlewat batas.
"Aku tidak akan memukul mereka, skarang istirahatlah"ucap Leo sambil tersenyum, sebelum menutup pintu kamar cantiqa dan turun kelantai dasar rumahnya....

BFF(Best Friend Forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang