CHAPTER 23

9 0 0
                                    

     Cantiqa POV

Baiklah aku tau aku berlebihan tapi aku benar benar takut pada hewan kecil itu, ayolah masa hanya karna itu braian dan James harus marah dan juga mereka berdua tidak mau berbicara padaku.

Aku harus minta maaf pada mereka berdua, aku tau mereka sangat khawatir barusan, ya aku harus minta maaf. Kulangkahkan kakiku untuk keluar kamar dan menuju kamar braian yang berada di samping kamar bang Edward, dirumahku ini ada 20 kamar, 10 kamar berada dilantai dasar dan itu adalah kamar para pelayan dan 10 kamar lagi berada dilantai dua, kamarku, kamar bang Leo, kamar bang Edward, kamar ayah dan bunda, dan selebihnya kamar tamu

"Bambang"ucapanku terhenti saat aku melihat dikamar itu hanya ada James yang tidur tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya, ia sempat melirik ku tapi itu hanya sebentar kemudian dia beralih menatap ponselnya kembali
"James apa kamu lihat bambang?" Tanyaku padanya sambil duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur, kuperhatikan kamar ini lumayan luas
"Gua gak kenal siapa Bambang"jawabnya dengan singkat, aku yakin dia pasti masih marah
"Bambang itu braian, apa kamu melihatnya?"tanyaku
"Iya, dia lagi kedapur ngambil minum"jawabnya lagi tanpa memandangiku
"Bukannya disini banyak pelayan lalu kenapa bambang harus mengambilnya sendiri"tanyaku pada diri sendiri, karna kata bang Leo braian itu anaknya manja bahkan dia tidak pernah melakukan pekerjaan seperti menyimpan tasnya sendiri, mengambil minum kedapur sendiri, dan pasti dia akan menyuruh pelayan
   Cling..
Bunyi ponselnya, aku bisa menebak pasti dia lagi bermain BBM, Fb, Instagram, Line atau mungkin sejenisnya
"Kurang ajar kau braian"ucapnya sambil melempar ponselnya ke sampingnya, aku hanya bingung kenapa dia terlihat kesal, apa braian barusan mengatakan sesuatu
"Kenapa kamu kesal?"tanyaku
"Lo tau gak, dia pergi ke arena balapan dan ninggalin Gua sama lo. Oh Tuhan knapa kau tak takdirkan hidupku seperti ini"ucapnya sebelum duduk disisi ranjang sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak nya.

Apa dia membenciku sehingga dia tidak ingin bersamaku, tapi apa yang aku buat sehingga membuatnya benci, tapi knapa aku harus peduli dan juga knapa aku harus pikirkan hal itu, huh sepertinya kamu harus ke dokter deh cantiqa, otak kamu kayanya lagi geser

"Trus emang knapa? Kalau kamu mau nyusul Bambang yaudah sana, aku gak papa kok sendirian"ucapku dengan senyum manisku, sebenarnya ada rasa gak rela saat aku mengatakan itu tapi aku gak boleh egois, aku gak mau mereka tertekan karna aku, bagaimanapun juga mereka harus mendapat kebebasan
"Lo sich gampang ngomong, masalahnya kepala Gua taruhannya" ucapnya dengan ketus. Kata katanya barusan entah kenapa seperti membuatku ingin menangis, aku tau mereka semua yang menjagaku tujuannya mungkin bukan peduli denganku tapi itu adalah perintah dari ayah dan bunda, jika ada yang melanggar entah apa yang akan diberikan hukumannya, contohnya james dan braian, kebebasan mereka terbatasi olehku dan James juga bukan siapa siapa knapa dia harus repot repot menjagaku? Karna taruhannya disini nyawa
"Gak kok. Aku jamin gak akan, dan ya jika kamu gak ingin nyawamu terancam lebih baik kamu gak usah datang kesini lagi apa lagi ketemu bang leon dan bang Edward."ucapku dengan tulus, rasanya aku ingin menangis tapi tidak jangan skarang, aku tidak bisa menangis didepannya
"Kalau begitu aku kekamar dulu, aku akan baik baik saja jadi kamu bisa pergi dengan tenang"ucapku sebelum meninggalkannya yang masih terpaku dengan ucapanku.

Aku langsung menutup pintu kamarku dan menguncinya, aku berjalan kearah balkon kamarku, disinilah aku biasa menenangkan diriku, dari sini aku bisa melihat jalan komplekku yang sangat luas, dan beberapa rumah juga dapat kulihat.
Air mataku langsung tumpah saat melihat james menaiki motornya dan meninggalkan rumahku, entah kenapa aku merasa kesal karna membiarkannya pergi tapi kenapa? Aku masih tidak mengerti.
Aku duduk disofa dan memejamkan mataku, disini memang ada sofa panjang dan juga meja kaca selain itu aku sering main gitar disini bersama bang leon, namun masih belum lancar. Terkadang aku berpikir kapan aku bisa terbang bebas seperti burung di udara, aku tidak ingin selalu dijaga, ada saatnya diriku mulai hidup sendiri, dan aku mulai melakukannya dengan merahasiakan keluargaku tapi jika seperti ini dikawal oleh bodygardnya dan disekeliling rumah juga ada banyak bodygard untuk melindungi ku, aku tau itu demi kebaikanku tapi jika seperti ini terus kapan aku mulai merasakan tertawa lepas bersama temanku tanpa adanya gangguan, berjalan jalan keluar rumah seorang diri menikmati indahnya alam tanpa takut dengan segala ancaman, kapan aku seperti gadis normal

BFF(Best Friend Forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang